33.5 C
Jakarta

Empat Macam Radikalisme yang Harus Diketahui

Artikel Trending

AkhbarDaerahEmpat Macam Radikalisme yang Harus Diketahui
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Bengkulu – Dalam rangka tingkatkan deteksi persebaran radikalaisme, Forum Mahasiswa dan Pemuda Basemah Libagh (Formapabel) Universitas Bengkulu (Unib) selenggarakan diskusi publik. Topik diskusi ini membahas tentang macam-macam radikalisme dan potensi persebarannya.

Menurut panitia pelaksana, diselenggarakannya diskusi ini bertujuan untuk deteksi macam-macam radikalisme di tengah-tengah masyarakat. Acara ini dilanjutkan dengan deklarasi forum pemuda cinta NKRI untuk Kota Bengkulu. Acara yang dilaksanakan pada Minggu (23/02/2020) di Cafe Kinanda Kota Bengkulu disajikan dengan santai dan serius.

Acara ini dihadiri oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Bengkulu, Khoirul Sulaiman. Hadir pula sebagai pemteri adalah Kabid Pemuda dan Pendidikan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Dedi Haryadi.

Macam-macam Radikalisme

Pada paparan materinya, Dedy mengatakan ragam radikalisme macam-macam radikalisme. Menurutnya radikalisme dibagi menjadi menjadi 4 bagian besar. Yaitu Radikalisme Gagasan, Milisi, Saparatis dan Premanisme. Semuanya itu akan menjadi akar tumbuhnya terorisme.

“Kelompok radikalisme gagasan memiliki ideologi radikal yang tidak menggunakan gerakan kekerasan dan masih mengakui NKRI. Namun ketika sudah mengacu pada pemahaman radikalisme saparatis, premanisme, dan milisi berindikasi terjadinya tindak terorisme,” sampai Dedi.

Dedy menambahkan, Indoktrinisasi online adalah yang paling banyak terjadi dalam perekrutan aktor terorisme. Setidaknya sudah 1 pemuda Bengkulu bernama Asmar Latin Sani, seorang remaja bermetamorfosis menjadi teroris, melakukan peledakan Hotel Marriot pada 2003 lalu dalam kasus Bom Marriot.

“Sejatinya remaja adalah orang yang paling rentan direkrut teroris. Latar belakang masalah keluarga, asmara juga ekonomi berdampak pada peralihan remaja putus asa menjadi aktor terorisme. Lalu, mengapa teroris menggunakan media maya, itu karena mudah diakses tidak ada kontrol, audiensi yang luas, kecepatan informasi, media interaktif dan mudah disebarkan” sampainya.

BACA JUGA  Kapolres dan DPD LDII Situbondo Deklarasikan Pemilu Damai Serentak Se-Jawa Timur

Dedy menambahkan, pergerakan terorisme dalam memecah belah NKRI bisa dicegah melalui gerakan-gerakan stategis organisasi kepemudaan.

Islam dan Radikalisme

Selanjutnya, pihak MUI Khoirul Sulaiman menjelaskan Bhineka Tunggal Ika rentan terhadap saparatisme dan radikalisme. Fenomena radikalisme menghadirkan Islam garis keras melalui ide-ide garis keras Khawarij sebagai pangkal permasalahan.

“Namun ketika spektrum Islam menuju moderenisasi dan hadir selaku penengah maka tidak akan ada lagi Islam garis keras. Memang dasarnya Islam adalah agama yang santun dan pemahaman yang longgar, berartian tidak terikat dengan ajaran agama. Ketika satu sama lain sudah mulai mengkafirkan orang, maka perlu lagi mengkaji kehadiran Islam itu sendiri,”

Menurutnya, gagasan Islam moderat yang digagas oleh Agus Rahman Wahid atau Gus Dur adalah sebagai bentuk langkah menengahi hadirnya elemen pun organisasi Islam yang ada, menanamkan nilai-nilai kemanusiaan melalui kebijakan yang konstruktif, meleburkan pemahaman Islam Garis Keras.

“Ajaran Islam yang inkslusif menambah tolerasi kepercayaan antar umat beragama, yang bisa mengubah konteks agama garis keras menjadi lebih humanis, bernilai persatuan dan damai sehingga menjauhkan diri dari kata dan pemahaman radikal,” kata Khoirul.

Dalam diskusi ini, setidaknya dihadiri puluhan remaja dari Forum Mahasiswa dan Organisasi Pemuda Basemah Libagh yang mendeklarasikan diri sebagai pemuda anti terorisme.

Ahmad Fairozi
Ahmad Fairozihttps://www.penasantri.id/
Mahasiswa UNUSIA Jakarta, Alumni PP. Annuqayah daerah Lubangsa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru