Dengarkan artikel ini
Pada mulanya saya belum tahu apa itu HTI? Tahunya mungkin HTI adalah Hizbut Tahrir Indonesia. Lebih dari itu, HTI adalah organisasi keislaman yang benar-benar merepresentasikan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.
Sayang, saya terjebak dengan propaganda HTI yang menampilkan citra yang baik. Saya masuk menjadi anggota HTI sejak tahun 1993, namun pada tahun 1998 saya memutuskan keluar dari ormas yang didirikan oleh Syekh Taqiyuddin An-Nabhani ini.
Setelah bertahun-tahun saya terjebak dalam HTI saya mulai menyadari ada banyak ajaran HTI yang bertentangan dengan cita-cita Indonesia: kebhinekaan. HTI mengkafirkan negera merah putih ini. Karena, Indonesia dianggapnya bukan negara Islam (Daulah Islamiyyah).
Negara Islam yang dicita-citakan oleh HTI harus dipimpin oleh seorang khalifah yang mengatur seluruh dunia. Terus, hukum yang digunakan bukan demokrasi tapi hukum Islam.
Sebagai bentuk kebencian HTI terhadap pemerintah, HTI menentang segala keputusan pemerintah Indonesia. Tuduhan miring disinyalir. Sebut saja, pemerintah itu koruptor atau melegalkan tempat-tempat prostitusi.
Sungguh tidak ada benarnya sikap pemerintah di mata HTI. HTI melihat pemerintah sebelah mata. Tidak melihat secara utuh. Sehingga, kebenaran akan diputuskan sebagai kekeliruan. Sungguh menyayangkan.
Saya menyesal masuk HTI. Sungguh banyak dosa sosial yang saya perbuat. Sebagai bentuk taubat, saya membongkar kedok HTI dengan mengajak organisasi-organisasi untuk membumikan Islam yang moderat. Islam yang menyatukan perbedaan. Islam yang mempertemukan. [] Shallallah ala Muhammad.
*Tulisan ini dinarasikan dari cerita mantan anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ainur Rofik Al Amin yang dimuat di Website JawaPos.com
