26.3 C
Jakarta

Dua Titik Temu yang Dapat Melerai Perselisihan

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanDua Titik Temu yang Dapat Melerai Perselisihan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Perselisihan karena perbedaan belum saja mencapai titik klimaks. Semuanya saling menyudutkan satu sama lain. Merasa dirinya paling benar dan menutup mata melihat kebenaran orang lain. Sungguh celaka! Demikian kecam Tuhan pada beberapa ayat Al-Qur’an.

Kenapa mereka berselisih dan memonopoli kebenaran? Sederhananya, mereka belum mengetahui titik temu (common platform) yang dapat merangkul perbedaan. Mereka lebih memilih menutup diri dari tabayun dan diskusi. Padahal, mencari titik temu merupakan satu-satunya cara melerai permasalahan. Sayang, hati dan pikiran mereka tertutup.

Semua manusia memiliki titik temu yang seharusnya disadari oleh semua orang tanpa terkecuali. Titik temu ini bisa dilihat dari sisi biologis dan sisi teologis. Secara biologis semua manusia berasal dari Adam dan Hawa sebagaimana disebutkan dalam surah an-Nisa’ ayat 1: Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.

Titik temu biologis manusia seharusnya menyadarkan manusia untuk saling menghormati satu sama lain. Karena, semuanya bersaudara. Persaudaraan bagaikan bangunan yang saling menguatkan, bagaikan cinta yang saling menyempurnakan, dan bagaikan anggota tubuh yang saling menjaga. Sungguh sangat picik orang yang gemar mencela orang lain karena perbedaan, sedang mereka sama-sama bersaudara.

Secara teologis semua agama yang dianut oleh manusia di penjuru dunia sama-sama memiliki kebenaran relatif. Tidak dibenarkan penyesatan terhadap agama yang dianut oleh orang lain. Titik temu teologis mempertemukan manusia pada keyakinan yang sama, yaitu monoteisme (tauhid). Sikap monoteis bukan hanya dimiliki oleh agama Islam, tetapi juga dimiliki oleh agama lain. Sebut saja, Kristen, Hindu, Budha, Kong Hu Chu, dan beberapa agama lainnya.

BACA JUGA  Mengapa Konsep Perubahan Penting Ditegakkan di Negeri Ini?

Maka, sungguh sangat menyayangkan dan benar-benar picik orang yang berselisih karena faktor agama. Sebagai negara pluralistik Indonesia sering kali dihantui oleh kelompok radikal yang mengkafirkan agama lain. Saking fanatiknya, Ahok terpaksa dituding sebagai penista agama dan diharamkan terpilih sebagai pemimpin karena dianggap kafir. Naudzu billah!

Titik temu semua agama dapat dibaca dalam surah al-Baqarah ayat 133: Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.”

Pada ayat tersebut Allah Swt. membenarkan Nabi Ibrahim beserta keturunannya yang membawa agama semitik, yaitu Islam, Yahudi, dan Nashrani untuk menyebut dirinya muslim. Jadi, sebutan muslim tidak selamanya melekat hanya bagi pemeluk agama Islam, tetapi juga bagi pemeluk agama di luar Islam. Tiga agama yang dibawa Nabi Ibrahim sesungguhnya mengajarkan siapa saja, termasuk generasi millenial sekarang untuk menyadari persamaan semua agama.

Melalui dua titik temu tersebut, diharapkan semua manusia menyadari untuk menghormati perbedaan, menjaga persaudaraan, dan menanamkan percintaan. Tidak perlu kaget dengan perbedaan, karena berbeda itu indah. Jangan benci saudaramu jika salah, karena ia adalah kamu dalam sosok yang lain, sehingga jika kamu bisa salah, saudaramu juga begitu. Tanamkan cinta, karena cinta itu akan mengabadikan semua perbedaan.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru