31.2 C
Jakarta

Drone; Senjata Baru Kelompok Teroris?

Artikel Trending

EditorialIndonesiaDrone; Senjata Baru Kelompok Teroris?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Kemarin (16/10), BNPT dan Kemenag bekerjasama dengan kedutaan besar Korea untuk Indonesia menggelar seminar bertajuk “Korea-Indonesia Counter Terrorism Seminar. Preventing and Countering Terrorism anda Radicalism Involving New Technology” di Ballroom Margo Hotel Depok.

Acara ini sesungguhnya merupakan upaya serius dari pemerintah Indonesia dan Korea untuk bekerjasama dalam rangka menanggulangi radikalisme dan terorisme, yang belakangan ini melanda hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Acara yang mendatangkan beberapa ahli dan pengamat terorisme dari Korea Selatan dan dalam negeri itu menyadarkan kepada kita semua sebagai bangsa, bahwa; kelompok radikalis-teroris telah berhasil melakukan adaptasi sedemikian cepat terhadap perkembangan teknologi.

Setidaknya, ada tiga hal yang dimanfaatkan kelompok radikalis-teroris dalam kaitannnya pemanfaatan teknologi dan informasi.

Pertama, memanfaatkan media sosial untuk melakukan penyebaran ideologi. Hadirnya platform seperti Twitter, Facebook, YouTube dan lainnya dimanfaatkan dengan cerdik oleh kelompok radikalis-teroris untuk menyebarkan ideologi mereka.

Kita paham betul bahwa belantara media sosial sangatlah luas nan ganas. Kondisi ini, sekali lagi, ditangkap dengan baik oleh kelompok radikalis-teroris untuk melancarkan aksinya; meracuni pengguna media sosial. Di sinilah radikalisasi terjadi.

Radikalisme dan Terorisme dalam Media Online

Radikalisme dan terorisme dalam situs dan media online menjadi persoalan pelik karena tiga sebab. Pertama, media itu saluran komunikasi baru. Kehadiran internet yang sangat pesat ini telah memunculkan ruang dan realitas baru di tengah masyarakat. Dan ruang dan realitas baru ini menjadi pasar bebas ide (free market of idea). Bayangkan jika kelompok radikalis-teroris menggarap ladang ini secara serius. Pastinya, dunia, utamanya Indonesia, akan surplus radikalisme dan terorisme.

Kedua, jangkauannya sangat luas, melewati batas-batas negara. Jangkauan ini efektif untuk menciptakan sebuah jaringan lintas negara. ISIS, dengan segala kekuatan yang dimilikinya, tengah memanfaatkan hal ini. Sehingga mereka saat ini bisa dibilang telah memiliki jaringan internasional yang cukup kuat.

Ketiga, mampu mempengaruhi seseorang secara efektif. Meminjam teori David K. Berlo, bahwa narasi atau propaganda yang diciptakan kelompok radikal ibarat peluru yang menembuh ke dalam pikiran khalayak. Peluru itu dapat memasukkan pesan khusus kepada seseorang tersebut.

Media sosial, sebut saja seperti FB, digunakan untuk menyebarkan gagasan kelompok radikalis secara bebas. Kemudian juga dipakai untuk menyampaikan pesan secara rapih melalui analisis profil akun untuk dijadikan sebagai target atau kader. Tak berhenti disi sini, narasi visi ideal kehidupan ISIS juga menjadi senjata ampuh mereka untuk mempengaruhi seseorang.

Kedua, sebagai alat propaganda. Melalui platform seperti YouTube, Twitter dan lainnya, kelompok radikalis-teroris telah menyuarakan beberapa narasi propagandis sebagai berikut: 1) melawan invasi asing. Pihak asing selalu dijadikan sebagai alat untuk melakukan proganda dengan tuduhan dan label, komunis dan liberalis, misalnya. Sehingga, masyarakat akan merasa empati dan membenarkan apa-apa yang dikatan oleh kelompok radikalis-teroris.

2) mendiskriditkan pemimpin negara muslim dengan tuduhan meninggalkan nilai-nilai agamanya. Bagi kelompok radikalis, ukuran pemimpin itu senafas dengan Islam adalah menerapkan sistem khilafah. Bila tidak khilafah, akan distempel sebagai munafikun dan kafirun.

3) berkoar-koar bahwa kehidupan dunia yang ideal itu adalah yang bersistem syariah secara kaffah (khilafah islamiyah). Inilah propadanda-propaganda kelompok radikalis-teroris.

Ketiga, memanfaatkan teknologi yang terdapat dalam sebuah drone. Pada awalnya, teknologi mutakhir menemukan drone difungsikan untuk pengiriman, pemetaan, inspeksi keselamatan, foto grafi udara, untuk pertanian dan lain sebagainya.

Teknologi ini sangat berdampak positif bagi manusia. Namun di tangan kelompok radikalis-teroris, drone berubah menjadi alat yang mendatangkan mala petaka bagi manusia dalam skala besar. Karena, digunakan untuk aksi teror; menciptakan suasana kacau.

Pemanfaatan Drone

Drone menjadi senjata baru kelompok teroris. Mengapa demikian? Setidaknya ada beberapa alasan mendasar:

Pertama, tidak dapat terdeteksi atau sulit. Drone, juga ada yang mengistilahkan sebagai “pesawat siluman”. Teknologi pesawat tanpa awak itu mampu meniupkan udara dari mesin dengan kecepatan supersonik melalui ujung sayap pesawat. Kondisi ini menjadikan drone dapat dikendalikan tanpa harus takut terdeteksi.

Kedua, mudah diperolah. Drone, mulai dari yang konvensional hingga yang paling mutakhir, merupakan produk yang dijual secara luas dan terbuka. Siapa saja, bisa membelinya, termasuk seorang teroris sekalipun.

Cara memperoleh yang mudah ini, dengan sedikit modifikasi, bisa efektif dan mengerikan jika digunakan untuk melancarkan aksi teror.

Ketiga, lebih efektif. Sulit dideteksi, kemudian tanpa pilot; menjadi senjata baru yang mengerikan nan bagi kelompok radikal-teroris untuk menciptakan suasana teror di tengah masyarakat.

Selanjutnya, tidak perlu kompetensi tinggi untuk menjalankan sebuah drone. Inilah beberapa alasan kenapa drone akan menjadi senjata baru bagi kelompok radikalis-teroris dalam menjalankan misi utamanya.

Perlu Sebuah Langkah Pencegahan

Drone, di tangan teroris bak senjata pembuh berdarah dingin, mengerikan! Untuk itu, sebagai antisipasi, diperlukan sebuah langkah yang efektif, seperti menciptakan sistem anti drone, rancanngan untuk mencegah drone. Terdiri dari deteksi, identifikasi, pelacakan, dan penggagalan.

Jadi, perlu membentuk peraturan anti drone. Misalnya dengan membuat kebijakan baru; setiap drone harus didaftarkan. Setelah itu, perlu juga dibuat larangan dan pembatasan penerbangan drone di tempat tertentu.

Dan tak lupa pantauan superketat di wilayah berbatasan antar negara. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada acara kecolongan drone milik musuh masuk dan merusak kedamaian yang sudah lama tercipta.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru