26.7 C
Jakarta

Dilarang Puasa Hari Tasyrik, Kenapa?

Artikel Trending

Asas-asas IslamFikih IslamDilarang Puasa Hari Tasyrik, Kenapa?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Setiap ibadah ada aturan tertentu bahkan waktu yang telah ditetapkan dalam syariat untuk melakukan sebuah ibadah termasuk larangannya. Puasa sunat umpamanya sangat dianjurkan dalam pandangan syariat Islam namun Islam juga menetapkan waktu yang dilarang untuk berpuasa, salah satunya adalah pada hari Tasyrik.

Setahun waktu dilarang (haram) berpuasa hanya ada lima hari. Selain dua hari raya juga hari Tasyrik termasuk waktu yang haram berpuasa. Keberadaan hari tersebut dalam bulan Zulhijjah mulai 11 hingga 13 Zulhijjah. Di kalangan Syafiiyyah tidak membolehkan puasa dihari-hari Tasyriq sekalipun karena unsur nadzar. Imam Ahmad membolehkannya tapi jelek menjalani nadzarnya, Imam Malik membolehkan di hari ketiga dari hari tasyriq (tanggal 13 Dzul Hijjah). Termasuk hari-hari yang dilarang puasa adalah hari Tasyriq, tersebut dalam shahih Muslim Rasulullah saw. Bersabda “Hari-hari Mina adalah hari makan, minum dan berdzikir pada Allah” (HR. Muslim II/800).

Sementara itu, menurut kalangan Hanabilah, Malikiyyah dan Qaul Qadimnya Syafi’iyyah bagi orang yang menjalankan haji Tamattu’ dan Qiran saat tidak menemukan hadiah diperbolehkan berpuasa dihari-hari tersebut berdasarkan sebuah riwayat hadits dari Ibn Umar dan ‘Aisyah ra “Tidak ada kemurahan dihari-hari taysriq untuk dipuasai kecuali bagi orang yang tidak menemukan hadiah” (Atsar Ibn Umar dan ‘Aisyah ra- Fath al-Baari II/242).

Alasan Pelarangan Puasa di Hari Tasyrik

Menurut Imam Ahmad, Kalangan Hanafiyyah dan Qaul Qadimnya Syafi’iyyah puasa dihari-hari tasyriq sebagai pengganti hadiah diatas tetap tidak diperbolehkan berdasarkan larangan hadits yang pertama. Disamping itu di kalangan Hanabilah, Syafi’iyyah dan Malikiyyah berpendapat “Barangsiapa bernadzar menjalani puasa dalam satu tahun, tidak masuk dalam nadzarnya hari tasyrik, berbukalah dan tidak ada qadha baginya karena hari-hari tasyriq memang hari berbuka dan tidak dapat disentuh oleh nadzar sekalipun”.

BACA JUGA  Bolehkah Membawa Azimat Yang Berisi Zikir Ke Dalam Toilet?

Abi Yusuf, Ibn Mubaarak dan Muhammad meriwayatkan dari Imam Abu Hanifah “Nadzarnya sah hari-hari tasyriq tersebut hanya yang lebih baik ia berbuka dan berpuasa dihari-hari lainnya, bila ia berpuasa hari-hari tasyriq ini dirinya dianggap jelek tapi ia sudah keluar dari nadzarnya”.

Telah disebutkan sebagaimana diriwayatkan dari Imam Malik “Boleh hukumnya bagi orang yang berpuasa dihari ketiga dihari-hari tasyrik (tanggal 13 dzul Hijjah) bagi orang yang menadzarinya”. [ Al-Mausuuah al-Fiqhiyyah VII/323 ].Bila seseorang puasa dan tiba di tengah puasanya hari ied fitri, ied adha atau hari-hari tasyriq maka puasanya BATAL. [Kitab  al-Fiqh alaa Madzaahib al-Arbaah IV/238 ]. ‎

Qaul jadid menyatkan haram berpuasa sesuai sabda nabi naha ‘an shiyamiha (ayyami at tasyriq). Sedangkan qaul qadim boleh berpuasa bagi orang yang tidak mendapatkan dengang kurban, tapi jika selain itu maka haram puasa hari-hari tasyriq. Dalam kitab al-Bukhari dari Siti ‘Aisyah dan sahabat Umar Ra, tidak dibolehkan atau diringankan puasa pada hari-hari tasyrik kecuali bagi orang yang tidak mendapatkan daging kurban (al hadyu). Imam Nawawi memilih qaul tersebut dan Imam Ibnu Shalah menshahehkan qaul tersebut. Sedangkan menurut madzhab kita tidak boleh. [ Kitab Kifayatul akhyar 1/209 ]

Beranjak dari itu, meskipun ibadah puasa dilarang, namun masih banyak ibadah yang lainnya untuk dikerjakan di hari tasyriq untuk menambah pundi tabungan hari akhirat kelak. Mari berlomba dalam kebaikan meraih ridha-Nya.

Tgk. Helmi Abu Bakar El-Lamkawi, M.Pd.
Tgk. Helmi Abu Bakar El-Lamkawi, M.Pd.
Dosen IAI Al-Aziziyah Samalanga, Aceh.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru