29.3 C
Jakarta

Di Balik Aksi Terorisme, Siapakah yang Salah?

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanDi Balik Aksi Terorisme, Siapakah yang Salah?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Terorisme jelas dilarang dalam semua agama, termasuk dalam agama Islam. Terorisme dengan paham dan tindakannya yang merugikan pelakunya dan orang lain adalah sesuatu yang zalim atau perbuatan aniaya. Kezaliman bagaimana pun alasannya tetap dilarang oleh agama.

Klaim kekeliruan terorisme sesungguhnya tidak selamanya dialamatkan kepada pelakunya. Karena itu, terbersit sebuah pertanyaan: “Siapakah sebenarnya yang salah?” Secara sederhana, kesalahan terbesar bukan pelakunya, tetapi penggerak paham ini. Penggerak ini dalam istilah perfilman lebih pas disebut “sutradara” atau pencipta skenario.

Pencipta skenario jika dilihat dari ideologi sekian kelompok teologis dapat dibagi dua. Pertama, kelompok Jabariyah. Kelompok ini lebih memusatkan pencipta skenarionya adalah Tuhan. Karena, semua perbuatan manusia, baik atau salah, adalah kehendak Tuhan.

Kedua, kelompok Qadariyah. Kelompok ini lebih melihat segala perbuatan manusia tidak langsung dialamatkan kepada Tuhan sepenuhnya. Kelompok ini lebih mengembalikan segala perbuatan kepada pelakunya. Karena, seseorang melakukan sesuatu dikendalikan oleh pikirannya sendiri, bukan selainnya.

Terlepas dari perdebatan kedua kelompok tersebut, saya lebih sependapat dengan kelompok kedua (Qadariyah). Alasan sederhananya, perbutan terorisme tidak dapat disandarkan kepada Tuhan Yang Maha Suci (Quddus). Tuhan hanya dapat menyandang segala sesuatu yang baik.

Jika memang pelakunya yang salah, jadi dalam kasus terorisme kesalahan itu tertuju kepada pelakunya sendiri. Semisal, kesalahan Lukman beserta istrinya dan Zakiah Aini ketika melakukan perbuatan terorisme dengan bom bunuh diri dan penembakan orang yang tidak bersalah.

Kesalahan terbesar tentu bukan dialamatkan terhadap pelakunya. Karena, pelaku bisa jadi korban dari seseorang yang mencuci otaknya (mendoktrinnya) dengan pemahaman agama yang keliru. Penggerak terorisme ini biasanya tidak berperan langsung di lapangan. Biasanya penggerak ini hanya duduk manis di atas podium atau di depan kamera sambil menyampaikan gagasan terorisme.

BACA JUGA  Perbedaan Muhammadiyah dengan NU dalam Penetapan Awal dan Akhir Ramadhan, Mana yang Benar?

Penggerak terorisme, bila saya sederhanakan, adalah seseorang yang mengaku ustaz, tapi sebenarnya ia belum pantas menyandang predikat yang membanggakan ini (ustaz). Karena, ustaz yang benar tidak bakal menggiring jamaahnya kepada sesuatu yang dilarang agama. Ustaz sesuai dengan tugasnya memperbaiki yang salah dan mengembangkan yang baik.

Penggerak terorisme yang mengaku ustaz itu biasanya menggiring jamaahnya memilih multipel choice yang keliru. Semisal, pilih mana Presiden Jokowi atau Nabi Muhammad. Terus lagi, ustaz ini juga meminta memilih Pancasila atau Al-Qur’an. Multiple choice ini tidak dapat dibenarkan. Karena, Presiden dan Nabi Muhammad adalah dua sesuatu yang tidak sebanding. Apalagi, pembandingan Pancasila dan Al-Qur’an.

Ketika jamaahnya lebih memilih Nabi Muhammad dan Al-Qur’an dibanding presiden dan Pancasila, penggerak terorisme akan menggiring jamaahnya untuk mengkafirkan dua hal yang tidak dipilih. Bahkan yang lebih tragis, penggerak ini menghalalkan darah orang yang kafir.

Penggerak terorisme ini sesungguhnya masih misterius. Terlepas dari itu semua, terorisme harus diperangi sampai ke akar-akarnya. Karena, membiarkan paham ini tumbuh dan berkembang di suatu negeri akan membuat tatanan negeri terporak-porandakan. Perdamaian dan persatuan pelan-pelan akan terkikis habis.

Sebagai penutup, kesalahan terbesar dalam perbuatan terorisme adalah orang yang ada di balik semua itu. Orang ini berperan di belakang layar. Sementara, pelaku bisa jadi hanya korban dari doktrin penggerak tersebut. Perangi penggerak terorisme, baru selamatkan korbannya.[]

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru