25.4 C
Jakarta

Dari Mudik Virtual hingga Gulung Tikar Kelompok Radikalis

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanDari Mudik Virtual hingga Gulung Tikar Kelompok Radikalis
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Setiap menjelang lebaran banyak perantau mudik alias pulang kampung. Mudik memang bukan perintah agama atau syariat Islam. Tapi, mudik di Indonesia sudah menjadi budaya yang sulit dihindari. Seakan kurang afdhal, utama kalau tidak mudik.

Budaya mudik sungguh mencuri perhatian publik. Media informasi berebutan memberitakannya. Seakan mudik memiliki magnet yang sangat kuat. Sayang, mudik tahun ini tak lagi merekah seperti tahun-tahun sebelumnya. Tentu, ini semua karena wabah Virus Corona yang belum pudar di Indonesia.

Mudik seperti biasanya atau disebut dengan mudik manual mungkin dapat tergantikan dengan mudik virtual. Perantau dapat menyulam rindu bertemu keluarga setelah sekian lamanya tidak bertatap muka dengan video call atau sejenisnya. Lewat itu segala kerinduan tumpah, kendati tidak seberapa dibandingkan bersenda gurau langsung.

Kecanggihan teknologi jelas telah membantu banyak orang menyampaikan maksudnya, walau jarak sangat jauh membentang. Semestinya perantau, pun juga yang lain, mensyukuri anugerah yang maha dahsyat ini. Bahkan, berkat teknologi semua orang dapat bekerja dari rumah. Sungguh sangat simpel dan mudah!

Teknologi jika dipikir secara mendalam layaknya pisau. Pisau akan sangat bermanfaat jika digunakan pada tujuan yang benar. Pisau, misalnya, dapat mengupas kulit mangga. Sebaliknya, pisau dapat membawa bahaya bila diarahkan pada sesuatu yang tidak benar. Semisal, pisau yang digunakan untuk membunuh sesama.

Jelas, pada kasus mudik teknologi sangat membantu perantau mudik virtual di dunia maya. Tanpa harus pulang kampung. Sedikit banyak kerinduan dapat terobati. Sungguh ini sangat bermanfaat! Tapi, teknologi akan memberikan mudarat yang sangat besar bila berada di tangan kelompok radikalis, kelompok yang gemar berpikir dan bertindak keras.

Kelompok radikalis biasanya mengajak masyarakat secara face to face. Selain itu, mereka juga mengampanyekan paham radikal secara virtual dan cara seperti ini sangat ampuh dan mudah diterima. Karena, masyarakat banyak meluangkan waktunya di dunia maya di tengah pandemi sekarang. Mereka promosi produk khilafah, negara Islam, negatif thaghut, dan seterusnya. Produk semacam ini banyak diminati oleh masyarakat yang baru belajar Islam dan masih belum paham betul mana Islam yang semestinya dan mana Islam yang terlarang.

Saran saya, masyarakat hendaknya berhati-hati mengonsumsi informasi yang bertebaran di media sosial. Lebih baik sekali menerima informasi, ditabayun dan diteliti secara serius, agar selamat dari jebakan kelompok radikalis yang sangat membahayakan. Sekali kecanduan dengan produk khilafah, misal, akan sangat mungkin mengkafirkan masyarakat Indonesia yang hidup di bawah payung NKRI. Sehingga, akan sangat mungkin juga membentuk seseorang bertindak ekstrem, mulai dari main hakim sendiri sampai aksi terorisme.

BACA JUGA  Mewaspadai Aksi-aksi Terorisme pada Tahun Baru

Sungguh, di luar dugaan produk khilafah yang biasanya dikampanyekan oleh pengikut Hizbut Tahrir (HT) dan beberapa ustaz, seperti Felix Siaw, Khalid Basalamah, dan lain-lain, kini mulai tidak laku, walau di tengah pandemi. Masyarakat mulai sadar, khilafah hanyalah isu hoaks yang ditunggangi oleh kelompok radikalis yang berniat menghancurkan Islam secara umum dan Indonesia secara khusus. Masyarakat akhir-akhir ini mulai berpindah tontonan di media sosial kepada ustaz-ustaz moderat.

Berdasarkan survei online Alvara Reseach Center tahun 2020, ustaz-ustaz moderat mulai naik daun dengan total tontonan yang berada di rangking teratas selama Ramadhan. Sebut saja, Ustaz Abdul Somad atau UAS (18,6 %), KH. Bahauddin Nursalim atau Gus Baha (15,7 %), KH. Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus (8,3 %), KH. Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym (5,1 %), dan KH. Muhammad Quraish Shihab (4,9 %).

Pencapaian ini jelas akan membuat kelompok radikalis naik pitam. Produk khilafah yang sangat menoton pada akhirnya gulung tikar juga dan tergantikan dengan produk moderat yang mulai sold out. Benar apa yang disebutkan dalam Al-Qur’an: Kebenaran telah datang dan kebatilan telah lenyap. Sungguh, yang batil pasti lenyap. (QS. al-Isra’ [17]: 81). Al-Qur’an telah memberikan jawaban kepada masyarakat, bahwa khilafah dan sejenisnya yang usung oleh kelompok radikalis akan musnah dengan sendirinya, karena ia termasuk kebatilan.

Di tengah kemenangan di hari yang fitri, masyarakat hendaknya tidak lupa bertasbih untuk mensucikan diri dari segala kebatilan yang dapat mengotori jiwa. Masih ingatkah bagaimana Allah memerintahkan Nabi Muhammad Saw. bertasbih pada surah al-Fath ketika menggapai kemenangan dengan hadirnya masyarakat Mekkah yang membenarkan Islam sebagai agama? Perintah sakral ini hendaknya tetap ditanamkan dalam benak, sehingga kemenangan Islam moderat memberikan berkah di tengah alam semesta, walau raga ini masih di tanah rantau.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru