30.1 C
Jakarta

Dari Hijrah Simbolis Menuju Hijrah Esensialis

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanDari Hijrah Simbolis Menuju Hijrah Esensialis
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Fenomena hijrah bebera dekade terakhir ini menemukan momentumnya kembali. Semua kalangan dari mulai artis, pegawai swasta, pegawai negeri, musisi ramai-ramai mulai berhijrah. Akan tetapi kebanyakan mereka masih tertuju kepada hijrah simbolis semata.

Tentu hijrahnya mereka itu harus diapresiasi, karena dengan mereka hijrah mereka akan lebih mengenal dan belajar ilmu agama. Syiar agama Islam akan bergema di seluruh lapisan masyrakat. Dan hijrahnya mereka juga menandakan bahwa dakwah Islam sudah mulai membuahkan hasilnya. Dakwah Islam secara milenial sudah membuat berbagai kalangan tertarik untuk mempelajari Islam lebih dalam lagi.

Namun hijrahnya mereka juga membuat kekhawatiran sendiri. Karena hijrahnya mereka hanya sekedar simbolis dan belum menuju kepada yang esensialis. Sebagiamana contoh yang tadinya musisi dengan baju bekennya berubah memakai jubah, wanita dengan jilbab trendinya dengan menuju bercadar, dari menggunakan celana yang umumnya dipakai menjadi memakai celana cingkrang. Dan masih banyak hijrah simbolis yang mereka slogankan.

Suatu fenomena juga bahwa hijrah yang dilakukan oleh sebagian orang sekarang adalah hijrah yang arabisme. Yaitu hijrah yang berkiblat kepada budaya arab dan terkesan memusuhi budaya sendiri. Dengan hijrah semacam ini hal-hal yang berbau budaya nusantra dianggap bid’ah. Seperti batik harus diganti dengan jubah, sonkok diganti dengan imamah. Sampeyan diganti dengan antum dll. Tentu hijrah yang seperti ini sudah sangat jelas hijrah yang simbolis.

Bahkan ada sebagian masyarakat yang melakukan hijrah secara ekstrem yaitu dengan mengubah sikat gigi dengan siwak, dari batik menuju jubah, dari saudari menuju ukhti, dari anda ke antum, dari masehi menuju hijriyah dari karyawan bank menuju penjual minyak wangi.

BACA JUGA  Hindari Golput dan Gunakan Suaramu dengan Bijak

Mereka pada umumnya memaknai hijrah hanya sekedar sesuatu yang tampak saja. Padahal makna hijrah yang sebenarnya adalah berubah dari keburukan menuju kebaikan, dari kegelapan menuju ketercerahan. Dari sering menyakiti menjadi tidak menyakiti.

Menuju Hijrah Esensialis

Harusnya hijrah yang esensi adalah meninggalkan hukum jahiliyah yang memaksakan kehendak menuju hukum yang lebih madani atau berperadaban yang menghargai hak-hak asasi manusia lainnya.

Dan hijrah yang esensi juga yang tidak sekedar simbolis adalah mulai memahami inti dari syariat Islam itu sendiri. Bahwa tujuan inti syariat Islam itu untuk lima hal yaitu menjaga agama, menjaga nasab, menjaga harta benda, menjaga pikiran dan menjaga kehormatan.

Dengan demikian hijrah yang esensi harus mengarah kepada kelima hal tersebut. Jangan sampai hanya hijrah simbolis dengan mengenakan baju yang dianggap syar’i dan mengganggap baju yang lain tidak syar’i atau mengatakan bahwa baju yang lain itu baju kafir.

Tentu hal yang demikian akan menyebabkan orang lain tersakiti dengan sikap tersebut. Dengan demikian sudah saatnya mengarahkan fenomena hijrah dari yang simbolis menuju yang esesnsialis. Apa itu hijrah esensialis..? yaitu hijrah yang dilakukan dengan memahami inti syariat Islam yang lima seperti yang telah disebutkan diatas.

Dengan hijrah esensialis ini maka diharapkan akan bisa menjadi seorang muslim yang baik dan kaffah. Seperti yang disabdakan nabi Muhammad bahwa seorang muslim [yang baik] adalah seorang muslim yang orang lainnya selamat dari ucapan dan perbuatannya.

Ahmad Khalwani, M.Hum
Ahmad Khalwani, M.Hum
Penikmat Kajian Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru