27.1 C
Jakarta

Dakwah Berbasis Literasi Digital; Tantangan dan Peran Santri Milenial

Artikel Trending

KhazanahLiterasiDakwah Berbasis Literasi Digital; Tantangan dan Peran Santri Milenial
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Dakwah dalam perjalanannya mengalami perkembangan yang variatif dan adaptif terhadap situasi dan target dakwahnya. Media yang digunakan dalam berdakwah juga tentu saja mengalami perkembangan sepanjang perjalanan sejarahnya. Pada masa awal Islam, sebelum literasi digital mengemuka, dakwah dilakukan Nabi dengan cara sembunyi-sembunyi. Model kajiannya musyafahah, yaitu dengan bertatap muka langsung antara Nabi dan para sahabat. Pasca hijrah ke Madinah, dakwah dilakukan dengan secara terang-terangan.

Selanjutnya, setelah Islam berkembang dan memiliki pengikut yang cukup banyak, model dakwah yang dilakukan para sahabat ialah dengan melakukan ekspansi secara masif ke berbagai daerah di seluruh dunia. Selain itu juga digalakkan pembangunan perpustakaan dan penerjemahan buku-buku sebagai sarana penyebaran Islam melalui ilmu pengetahuan.

Perkembangan-perkembangan seperti ini tentu saja akan terus terjadi tergantung situasi, kondisi, tempat di mana dakwah disampaikan dan kepada siapa dakwah disampaikan. Hal yang seperti ini merupakan bagian dari sifat sejarah yang dinamis dan selalu berkembang.

Di Indonesia, pada awal masuknya Islam, Wali Songo yang merupakan agen dalam penyebaran Islam di Nusantara, khususnya di pulau Jawa telah memberikan beberapa contoh metode dakwah yang variatif dengan menghadirkan unsur budaya dan kearifan lokal dengan tidak menghilangkan nilai substansi dari apa yang ingin disampaikan.

Memasuki era media baru atau yang oleh beberapa ahli disebut dengan era Revolusi Industri 4.0, perkembangan teknologi semakin pesat. Salah satu efek yang ditimbulkan ialah terjadinya keterbukaan informasi yang menyebabkan mudahnya segala informasi diakses melalui internet dan media sosial. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi perkembangan dakwah dan bagi para santri milenial yang mempunyai tugas dalam menyampaikan pesan-pesan damai dalam beragama, lalu yang menjadi persoalan yaitu bagaimana konsep dakwah di era media baru saat ini?

Agama dalam Ruang Teknologi

Ledakan teknologi telah membawa banyak perubahan pada pola-pola kehidupan manusia, mulai dari bagaimana manusia berkomunikasi, berinteraksi, hingga pola-pola pengasuhan, tak terkecuali pula dalam beragama. Dalam hal ini dapat kita lihat bahwa bagaimana internet yang pada awalnya berfungsi membantu dan memudahkan manusia untuk mengakses informasi dapat berubah menjadi sebuah sistem sosial yang sangat kompleks. Kemudian, yang menjadi pertanyaan adalah bagaiamana internet dapat menjadi sebuah sistem sosial?

Seorang filsuf masyhur Aristoteles, mengatakan, manusia adalah Zoon Politicon yang artinya bahwa manusia pada dasarnya merupakan makhluk yang selalu ingin bergaul dan berkumpul bersama manusia lainnya. Karena sifatnya yang suka bergaul, berkumpul dan berinteraksi antarsesamanya, maka manusia disebut sebagai makhluk sosial.
Menyikapi sifat dasar manusia yang memiliki kecenderungan untuk bergaul dan berinteraksi antar sesamanya. Internet hadir dengan menawarkan cara-cara berkomunikasi yang kian cepat dan tanpa batas melaluli berbagai macam media sosial seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, dan lain semisalnya. Lalu, yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana media baru dengan basis teknologi internet hadir untuk memenuhi kebutuhan spiritual seseorang, dalam hal yang lebih besar aktivisme digital, mempengaruhi praktik keberagamaan seseorang?

BACA JUGA  Menulislah, Ide Itu Begitu Berharga

Teknologi dan agama bagi sebagian orang menjadi dua hal yang bertentangan. Hal ini karena teknologi dianggap menjadi penghambat dan penyebab kelalaian seseorang dalam beribadah. Padahal di lain sisi, teknologi yang dalam hal ini adalah internet dan media sosial memiliki dampak yang signifikan dalam aktivitas keberagamaan sesorang apabila digunakan dengan bijak.

Sebagai contoh, dalam mesin pencari di internet, hal-hal seperti tata cara ibadah dan hukum-hukum dalam Islam sangat banyak terakses. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan internet mampu secara signifikan membantu meningkatkan tingkat spiritualis seseorang. Melihat hal ini kita menyadari betapa pentingnya keterlibatan agamawan maupun institusi keagamaan untuk menyediakan konten-konten keagamaan di internet.

Karenanya, dalam hal ini tentu saja santri yang merupakan seorang yang belajar ilmu agama memiliki peran penting dalam dunia digital sebagai agent of control agar paham-paham keagamaan yang tersebar di media sosial adalah wajah Islam yang ramah dan penuh moderasi.

Literasi Digital: Strategi Santri Memenangkan Dakwah di Era Milenial

Tantangan, peluang, serta manfaat dalam dunia digital dan media sosial terhadap gerakan dakwah di Indonesia tentu saja harus mendapat perhatian lebih. Tantangan dan peluang yang ada tersebut juga secara tidak langsung memunculkan sebuah tekad untuk mengoptimalisasikan ruang-ruang siber tersebut bagi kepentingan dakwah, maka salah satu cara yang dapat dilakukan ialah menggalakkan literasi digital yang konten-kontennya diisi oleh kaum santri.

Paul Gilster, yang pertama kali memunculkan istilah literasi digital memaknai literasi digital sebagai “the ability to understand and use information in multiple formats from a wide variety of sources when it is presented via computers”. Literasi digital merupakan kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai format dari beragam sumber yang disajikan.

Peningkatan kualitas dunia digital dalam bidang keagamaan sebaiknya bukan hanya pada penyedia informasi tapi juga pada pembacanya. Oleh karena itu, dalam hal ini tentu saja santri milenial mempunyai peran penting dalam menyediakan konten-konten Islam yang ramah dan moderat dengan cara-cara yang kreatif.

Melihat definisi yang diutarakan oleh Paul Gister, literasi digital dalam hal ini juga bisa dimaknai lebih luas bukan hanya terbatas pada tulisan atau artikel. Namun juga dapat menggunakan media lain seperti info grafis dan video-video dalam menyampaikan wajah Islam yang ramah kepada masyarakat pengguna media sosial.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru