28.2 C
Jakarta

Dahsyatnya Pahala Meninggal pada Malam Jumat

Artikel Trending

Asas-asas IslamSyariahDahsyatnya Pahala Meninggal pada Malam Jumat
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Kita sebagai manusia pasti akan merasakan apa yang disebut dengan kematian. Mustahil sosok yang telah bernyawa dan hidup tidak akan bertemu dengan makhluk yang sangat menakutkan yang bernama maut ( kematian). Kematian itu sangat misterius dan tidak ada makhluk yang mengetahui, kapan dan di mana kita akan mengakhiri hidup di dunia yang fana ini. Dalam banyak penjelasan disebutkan kematian yang bagus adalah pada malam jumat.

Kita semua mengetahuinya setiap aktivitas di dunia ini diliputi oleh dimensi ruang (al-makan) dan sa’ah (waktu). Kemungkinan dari dua unsur ini, lantas kita mencoba menganalisa dalam konteks kemampuan manusia, lantas manakah yang lebih memungkinkan dapat kita rencanakan?

Secara logika manusia pasti kita akan sepakat, tempat (al-makan) akan lebih memungkinkan ketimbang waktu. Indikatornya al-makan lebih pasti dan permanen. Hal ini tentu saja berbeda dengan  time (as-sa’ah) yang terus menerus berjalan secara kontinyu dan dinamis.

Sebuah contoh untuk kita analisa. Seorang merencanakan, ingin meninggal di usia dalam jangka waktu 63 tahun umpamanya sebagai umur ghalib ( kebiasaan) dan ingin meningal di , Aceh. Lantas dari kedua premis ( pernyataan) tersebut, mana yang lebih memungkinkan untuk direncanakan?

Tentu saja premis  yang kedua lebih memungkinkan. Logikanya Ketika ada orang yang bertekad dan berusaha ingin meninggal di Aceh . Kemungkinan dia bisa bertekad dan berikhtiar untuk selalu menetap di Aceh  apa pun resiko dan kondisinya. Walaupun bisa jadi, Allah SWT menghendakinya dengan iradah dan kudrah-Nya meninggal di tempat lain. Dengan Allah ciptakan indikator yang menggiring orang tersebut untuk menghembus nafas terakhir di daerah lain.

Hal ini dalam Alquran sendiri, Allah SWT telah menegaskan bahwa manusia tidak ada yang pernah tahu kapan dan di mana dia akan meninggal. Bunyi firman-Nya “Tidak ada satupun jiwa yang mengetahui di belahan bumi mana dia akan meninggal.” (QS. Luqman: 34).

Melihat ayat di atas jika tempat saja manusia tidak tahu, apalagi waktu. Sementara seseorang merencanakan tempat meninggal, fenomena itu lebih memungkinkan dari kita merencanakan sa’ah (waktu) meninggal. Berdasarkan hal tersebut, untuk bisa meninggal hari Jumat atau malam Jumat, kita sebagai makhluk sama sekali tidak memiliki kehendak.

BACA JUGA  Karena Kesibukan, Bolehkah Shalat Tarawih Sendirian di Rumah?

Namun semua itu murni kehendak Allah. Allah pilih siapa di antara hamba-Nya yang berhak mendapatkan keutamaan itu. Sementara kita dianjurkan hanya mampu berdoa dan berharap serta usaha kita untuk itu tidak pernah disia-siakan. Sebagaimana diungkapkan oleh Syekh Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari, beliau menyebutkan, Syekh Az-Zain Ibnul Munayir menjelaskan; Tidak ada seorangpun yang memiliki pilihan untuk menentukan waktu kematian. Hanya saja dia punya kesempatan untuk mengambil sebab agar bisa mendapatkannya. Seperti banyak berharap kepada Allah untuk tujuan mengambil berkah. Ketika harapannya tidak terwujud, dia mendapatkan pahala atas keyakinannya. (Fathul Bari, Syarh Shahih Bukhari, 3/253).

Kelebihan meninggal Malam Jum’at

Seperti kita jelaskan di atas, kematian dan di mana serta waktunya itu rahasia Allah SWT. Namun alangkah bahagianya mereka yang meninggal di malam atau hari Jumat. Mereka akan tebebas dari fitnah dan siksa kubur sebagaiman hadist Rasulullah Saw; “Setiap muslim yang meninggal di hari Jumat atau malam Jumat, maka Allah akan memberikan perlindungan baginya dari fitnah kubur.” (HR. Ahmad 6739, Turmudzi 1074 ).

Mengomentari hadist di atas, Syekh Al-Mubarakfury dalam syarahan Sunan Turmudzi menelaskan bahwa Allah akan memberikan perlindungan bagi almarhum dari fitnah kubur; “Allah menjaga dia dari fitnah kubur, yaitu pertanyaan dan azab kubur. Dan hadis ini bisa dimaknai mutlak (tanpa batas) atau terbatas. Namun makna pertama (mutlak) lebih tepat, mengingat karunia Allah yang sangat luas”. (Kitab Tuhfatul Ahwadzi, Syarh Sunan Turmudzi, 4/160).

Bahkan juga disebutkan mereka yang meninggal malam Jumat akan mendapatkan pahala syahid di samping terbebas dari fitnah kubur, bunyi hadist tersebut yaitu: “Seseorang yang meninggal dalam malam Jum’at dituliskan kepadanya pahala syahid dan terbebas dari fitnah kubur.”

Hadis di atas merupakan dalil bahwa kemuliaan waktu mempunyai pengaruh yang besar sebagaimana keutamaan tempat juga mempunyai pengaruh yang besar. Hadis tersebut memang dhaif tetapi mempunyai banyak syahid.

Semoga kita terus meningkatkan ibadah dan bertaqarrub kepada Allah untuk menggapai husnul khatimah dan husnul ‘aqibah demi menggapai mardhatillah dalam mengarungi bahtera sa’adatu ad-dahraini (menggapai kebahagian dunia dan akhirat)

Tgk. Helmi Abu Bakar El-Lamkawi
Tgk. Helmi Abu Bakar El-Lamkawi
Guru Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga dan Dosen IAI Al-Aziziyah Samalanga, Bireuen dan Ketua PC Ansor Pidie Jaya, Aceh.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru