26.6 C
Jakarta

Cyber Islamic Environmentsi, Radikalisme: Pendekatan Islam di Dunia Maya

Artikel Trending

KhazanahCyber Islamic Environmentsi, Radikalisme: Pendekatan Islam di Dunia Maya
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Memasuki era post-truth yang ditandai dengan meletusnya arus informasi yang tak terbendung. Banyak kemungkinan-kemungkinan kebohongan atau hoax berseliweran, dan melahirkan budaya yang menurut. J.A Llorente (2007) sangat menyuburkan propaganda; sebuah iklim-sosial politik ketika objek dan rasionalitas membias emosi atau hasrat untuk memihak pada keyakinan. Meski sebenarnya fakta menunjukkan yang berbeda sama sekali dengan kebenaran-kebenaran tersebut. Kini, jaringan Islam radikalisme terus bergerak melalui pemanfaatan teknologi media-media secara masif, untuk mendoktrin, mengkonstruk, dan menebarkan paham-paham ideologi Islam radikalisme di dunia maya.

Konten-konten Islam radikalisme setiap detik, setiap menit, dan setiap jam terus bergulir-bergerak. Bahkan, semakin menyebar ke pelbagai lini kehidupan masyarakat lewat media sosial, upaya itu ada misi terselubung. Tidak lain untuk menarik simpati dari masyarakat khususnya anak-anak muda yang masih belum matang keagamaanya dan keilmuanya. Selain itu, konten-konten radikalisme dijadilan media komunikasi untuk mencari masyarakat yang tertarik bergabung dengan jaringan Islam radikal. Pun mereka akan merekrut melalui komunikasi dunia maya. Menurut beberapa pengamat, dengan hadirnya dunia maya memudahkan masyarakat untuk masuk dalam kubangan organisasi radikalis seperti ISIS.

Kehidupan dunia maya menjadi lahan empuk bagi para kelompok radikalis untuk merancang aksi-aksinya, mereka lebih dimudahkan. Dan  yang diuntungkan dengan perkembangan teknologi digital tersebut, cukup dengan membuat konten-konten vidio ideologi radikalis, pelatihan militer, dan cara merangkai bom. Kemudian disebarkan lewat YouTube, Telegram, Twitter, WhatsApp, dan media-media sosial yang lain. Berdasarkan penelitian Universitas Miami, Amerika Serikat mengungkapkan. Ada 166 group di media sosial yang digunakan untuk membangun jaringan Islam radikal seperti terorisme.

Media, Sarana Penyebaran Islam dan Radikalisme

Gerakan Islam radikal pelan tapi pasti terus menyelinap masuk merongrong pertahanan agama Islam dengan kekuatan yang lebih modern, maka pendekatan lingkungan Islam di dunia maya (Cyber Islamic Environments) adalah wacana yang cukup segar untuk melawan dan memukul mundur gerakan Islam radikalis. Mau bagaimanapun Islam dituntut untuk terus mengimbangi perkemabangan zaman dengan gerakan revolusioner sebagaimana dikatakan oleh Gary Bunt (2003) dalam bukunya, Islam in the Digital Age: E-Jihad, Online Fatwas and Cyber Islamic Environments, untuk  terus gencar menyebarkan pemahaman tentang Islam. Sedangkan, jihad adalah untuk mengkalter isu-isu miring atau stereotipe tentang Islam. Maka tidak berlebihan, jika dunia maya adalah mediasi untuk memuluskan visi dan misi diturunkannya Islam ke dunia.

Pendekatan Islam di lingkungan maya adalah fenomenologis yang penulis kemukakan untuk menjadi sarana yang dapat memfilter. Karena internet sebagai penyedia beragam pengetahuan yang bisa diakses dengan mudah, tempat strategis untuk mentransmisikan ajaran-ajaran Islam terutama untuk mengukur tingkat pengetahuan masyarakat terhadap Islam di lingkungan maya. Tujuannya adalah untuk melihat dan menilai dampak dari beragam situs-situs yang berhubungan dengan Islam di internet. Yang tidak sejalan dengan ajaran Islam yang rahmātan lil ālamīn, serta mendeteksi bagaimana pengetahuan pada situs-situs tersebut dapat merepresentasikan dan mempengaruhi perspektif muslim dan non-muslim mengenai Islam beserta isu-isunya yang berkembang. Dunia maya menyediakan beragam pengetahuan yang bisa diakses dengan mudah, adalah tempat strategis untuk mentransmisikan apa pun, termasuk penyebaran konten-konten radikalisme yang disebut dimuka.

BACA JUGA  Manifesto Perbedaan Hari Raya Idulfitri, Masih Perlukah Penetapan?

Apa yang dilakukan oleh Gary R Bunt tadi menggunakan pengetahuan metode komunikasi yang memberikan pengaruh bentuk wacana dan pemahaman secara personal, dalam konteks lokal, regional, dan bahkan global. Pendekatan ini memiliki kesamaan dengan  studi cyber-culture. Secara spesifik mengamati fenomenologis di dunia maya tentang keragaman, pengalaman, dan ekspresi keagamaan. Di mana semua itu adalah kunci untuk mengamati lebih jauh tentang lingkugan Islam di dunia maya. Istilah tersebut sebagai rujukan pelbagai konteks, perspektif, dan aplikasi media.

Metode Perlawanan Gerakan Islam Radikal

Ketika menganalisis lingkungan Islam di dunia maya mengingat ekspansi radikal dalam jumlah situs web, email, ruang obrolan, dan komunikasi elektronik. Yang tercermin dalam internet begitu pesat. Maka, dengan getol dilakukan wacana Islam tandingan dari wacana Islam radikalis yang berkembang di lingkungan maya. Secara otoritas penting masyarakat memiliki salah satu atau pelbagai media yang dapat dijadikan rujukan otoritas dalam mempelajari Islam secara virtual, media-media yang memberikan konten-konten Islam sesuai dengan ajaran yang diajarkan Nabi Muhammad. Ini bisa meminimalisir adanya penyimpangan-penyimpangan akan Islam radikal sebab ketidaktahuan masyarakat terhadap media-media otoritas yang bisa merepresentasikan Islam yang kaffah.

Meskipun secara sistem politik negara melarang media-media yang radikal dan bahkan memblokir beberapa akun media yang menyebarkan konten-konten ideologi radikalisme, namun jika tidak ada yang mencoba untuk melakukan perlawanan dengan wacana tandingan seperti media di atas yang bisa memegang kendali masyarakat di dunia maya hal itu akan menjadi isapan jempol belaka. Memang direkomendasikan terhadap masyarakat untuk belajar dan mengetahui tentang Islam yang benar, namun di sisi lain kelompok-kelompok Islam radikalis akan membuat media-media baru dan terus tumbuh-bermunculan tak terhingga di dunia maya.

Secara pasti “Cyber Islamic Environments” adalah berkaitan dengan perspektif Islam oleh beberapa platform muslim di internet, maka tujuan yang penulis kemukakan adalah untuk menggambarkan lanskap internet Islam yang bisa melawan Islam radikalisme secara masif dengan media Islam yang otoritas. Ini dipandang penting sebagai tugas mulia yang fenomenologis bagi pemerintah khususnya di Indonesia sendiri mengingat banyak media-media yang berseliweran menyebarkan konten-konten Islam radikal masih belum terditeksi dengan jelas, bahkan masih bisa bebas beroperasi dan diakses oleh masyarakat luas. Wallahua’lam..

Jamalul Muttaqin
Jamalul Muttaqin
Penulis Lepas

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru