26.5 C
Jakarta
Array

Ciri Washatiyah

Artikel Trending

Ciri Washatiyah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Washatiyah atau sikap moderat, terutama dalam hal agama, menjadi sesuatu yang mendesak untuk diterapkan atau dibumikan. Terlebih dalam kondisi seperti saat sekarang dimana ekstrimisme (ghukuw dan tatharruf) semakin menjadi-jadi.

Kita semua tentu sepakat dan sepaham bahwa ekstrimisme dalam beragama termasuk sikap yang tercela. Untuk itu, merupakan sebuah kewajiban bagi kita untuk melawan dan meninggalkan serta bersamaan dengan itu kita kemudian menerapkan sikap moderat dalam pemikiran, sikap, tindakan, dan perilaku dalam beragama.

Lantas yang menjadi pertanyaan mendasar adalah; apa ciri-ciri orang yang moderat dalam beragama, khususnya dalam memahami dan mengamalkan teks-teks keagamaan? Jawaban atas pertanyaan ini sangat penting untuk dicarikan jawabannya.

Setidaknya ada beberapa ciri. Pertama, memahami realitas (fiqh al-waqi’). Satu hal yang harus selesai dipahami oleh setiap Muslim adalah, bahwa kehidupan manusia selalu berkembang begitu cepat mengikuti ruang dan waktu serta keadaan (zaman), sementara ada teks-teks keagamaan terbatas dan cenderung stagnan. Memang Islam memuat ketentuan yang tetap dan ada hal-hal yang memungkinkan untuk berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Adapun hal-hal yang tetap bisa dibilang jumlahnya tidak banyak, yang diantaranya adalah, prinsip-prinsip akidah, ibadah, dan akhlak. Sedangkan yang lainnya lebih bersifat ‘elastis’, fleksibel.

Dengan menerapkan pemehaman di atas, maka seorang Muslim akan memiliki sifat dan sikap terbuka, tidak mudah mengharamkan sesuatu. Segala tindakan hendaknya diperhitungkan berdasarkan maslahat dan madaratnya secara realistis, sehingga keinginan melakukan kemaslahatan jangan sampai mendatangkan madarat yang lebih besar.

Kedua, memahami fikih prioritas (fiqh al-Awlawiyyat). Dari fiqih, seorang atau kelompok yang kaku dan ekstrim sangat terlihat begitu jelas. Utamanya dalam konteks memahami perintah di dalam Islam. Orang kaku dan ekstrim, akan memahami hukum atas segala sesuatu secara hitam-putih; kalau tidak haram, ya, halal. Padahal, hukum di dalam Islam; larangan dan perintah, ditentukan bertingkat-tingkat. Ada yang bersifat anjuran (sunah), dibolehkan (mubah), wajib dan fardlu, makruh, dan sampai sama sekali tidak boleh dilakukan (haram).

Nah, sikap moderat (wasathiyah) menuntut seseorang untuk tidak mendahulukan hal-hal yang bersifat sunnah dan meninggalkan yang wajib. Juga persoalan furu’iyah tidak boleh mengalahkan dan mengorbankan sesuatu yang prinsip dalam ajaran Islam. Contoh adalah qunut. Yang salah dan tidak boleh adalah tidak qunut dalam artian tidak melakukan shalat subuh.

Ketiga, terbuka, mengedepankan dialog, dan toleran. Ini sudah termuat adalam Alquran surat Al-Kahfi ayat 29. Bahwa sikap moderat itu ditunjukkkan, salah satunya, melalui keterbukaan dengan pihak atau kelompok lain yang berbeda pandangan.

Dalam ayat tersebut terdapat kalimat “tetapi mereka senantiasa berselisih” memberikan pengetahuan kepada kita semua bahwa Allah tidak menghendaki manusia itu satu pandangan dan penggunaan fi’il mudhari’ menunjukkan masa yang akan datang, sehingga berarti bahwa perbedaan akan terus terjadi sampai waktu yang akan datang (selamanya).

Sikap moderat sangat menjunjung tinggi dialog dan keterbukaan. Menjalin hubungan dengan lain agama sekalipun juga harus didasari atas sikap terbuka dan dialog, tidak boleh saling menuduh, apalagi menjustifikasi kelompok lain salah dan sejenisnya.

Toleransi juga menjadi komponen yang selalu melekat dalam konsep moderasi Islam. Bahkan dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa ketika ada jenezah orang Yahudi melintas di hadapan Rasullah, beliau lantas berdiri dan memberi salam penghormatan dengan alasan, “bukankah ia juga manusia” (alaysat nafsan).

Sesungguhnya masih banyak ciri-ciri dikap moderat dalam memhami teks-teks keagamaan. Namun demikian, tiga poin sebagaimana dijelaskan di atas kiranya sudah lebih dari cukup. Artinya, jika ketiganya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka semua itu sudah memberikan dampak positif bagi langkah kita dalam mempelajari dan mengamalkan nilai-nilai agama secara baik dan benar. Selain itu, sikap moderat akan secara otomatis menolak adanya sikap ekstrimis. Nilai-nilai wasathiyah harus terlebih dahulu hadir dalam diri kita. Jika sudah demikian, maka kebaikan-kebaikan akan hadir dalam kehidupan umat secara keseluruhan. Semoga!

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru