26.1 C
Jakarta

Cegah Ancaman Radikalisme dengan Kepedulian terhadap Masyarakat

Artikel Trending

AkhbarNasionalCegah Ancaman Radikalisme dengan Kepedulian terhadap Masyarakat
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta – Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto meminta partisipasi masyarakat. Ia mengatakan intelijen negara dalam menjalankan tugas senyapnya tetap butuh partisipasi elemen masyarakat. Terutama sekali dalam mencegah ancaman radikalisme dan menjaga persatuan bangsa. Sehingga, potensi terintegrasi akibat gangguan munculnya segala konflik dan radikalisme bisa melebur.

“Intelijen kita pasti patroli 24 jam. Memang kerjanya tidak terlihat dan laporanya tidak terdeteksi publik. Soal kemampuan deteksi sangat dipengaruhi oleh partisipasi masyarakat,” papar Wawan saat diskusi akhir pekan, “Kebon Sirih-Lampumerah.id” di Bakso Rusuk, Jakarta.

Wawan mengingatkan, tanpa kepedulian masyarakat, mustahil intelijen bisa bekerja maksimal. “Kita bekerja dengan semua institusi dan komponen masyarakat. Termasuk dengan kementerian luar negeri, kementerian dalam negeri, kepolisian dan TNI di semua wilayah dan daerah melalui BIN daerah,” tegas Wawan.

Potensi konflik terendus bisa tersebabkan oleh banyak hal. Berbasis perbedaan bendapat dalam politik, dia menyontohkan, misal tidak siap kalah, sakit hati dan tidak ingin orang lain menang. Sepanjang masih dalam koridor hukum, fakta selalu menunjukkan ‘tidak masalah’ (sumir).

“Tapi kalau sudah (pakai senjata) mengangkat bedil, urusannya dengan penegakan hukum. Kami tidak main main. Tidak ada pilahan toleransi lagi. Karena memang sipil sesuai undang undang tidak boleh bersenjata,” jelasnya.

Ancaman Radikalisme Masa Kini

Deputi Komunikasi BIN ini juga menyinggung fenomena praktek anarkis dan radikalisme yang sempat semarak belakangan di masyarakat.

BACA JUGA  Amir Mahmud Sebut Ramadan Momen Pulihkan Kebersamaan Pasca Pemilu 2024

Menurutnya, sangat ironis karena bukan watak bangsa Indonesia yang terkenal memiliki peradaban luhur dan adi luhung. “Jika belakangan muncul aksi aksi cenderung memaksakan kehendak dan menggangu ketertiban, itu hanya kepentingan sesaat di saat tertentu,” simpulnya.

Wawan menggarisbawahi sejarah membuktikan bahwa sejak nenek moyang bangsa ini  memiliki keramahtamahan dan toleransi. Jika ada anarkis terutama momen tertentu di tahun politik, itu biasa. Harus diapresiasi dengan kearifan agar bisa dicegah dan tidak semakin membesar.

BIN berharap masyarakat harus semakin pintar memilah mana ajakan positif dan mana yang destruktif. “Jika ada ajakan ke arah situ (destruktif) harus berani menolak dan mencegah. Ingat, anarkis bukan budaya kita,” kata Wawan.

BIN mengendus potensi radikalisme di Indonesia memang ada pada kelompok dengan simbol dan atribut tertentu, berbungkus fanatisme keagamaan dan menginginkan perubahan. Namun, sejauh ini masih bisa dieliminir.

“Dari dulu kelompok seperti ini memang ada. Sejak bangsa ini merdeka, mereka memang sudah melakukan aksi aksi yang sengaja menggangu. Sejauh ini aksi mereka selalu bisa diredam,’’ ungkap Wawan.

Karena itu, Wawan mengajak semua pihak agar memberi teladan kearifan sejak dini melalui lingkungan terkecil keluarga. “Baru ke lingkungan lebih luas sekolah, pesantren, dan seterusnya melalui sikap dan contok bijak kepada generasi muda. Supaya mereka tidak meniru cara seniornya yang terkadang kurang pas dalam menyikapi,’’ tegasnya.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru