26.1 C
Jakarta
Array

Cara Menjaga Komitmen dalam Pernikahan

Artikel Trending

Cara Menjaga Komitmen dalam Pernikahan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Pernikahan yang sakinah, mawaddah, warrahmah adalah dambaan semua umat Islam yang sudah menikah dan berumah tangga. Penuh ketentraman, kebahagiaan dan kasih sayang, serta selalu diliputi rahmat dan karunia oleh Allah SWT merupakan ciri dari pernikahan tersebut. Dengan menikah, seorang laki-laki dan perempuan telah menyempurnakan separuh agamanya. Oleh karena itu, pernikahan menjadi ibadah yang suci dan sakral serta membutuhkan pondasi yang kuat demi terciptanya rumah tangga yang harmonis.

Selain rasa cinta, komitmen antar pasangan merupakan pondasi penting dalam suatu rumah tangga. Komitmen dalam pernikahan berarti perjanjian tidak tertulis yang biasanya dibuat oleh seorang suami istri setelah mereka menikah. Komitmen yang dibuat satu pasangan dengan pasangan yang lain akan berbeda-beda isinya. Ikhlas dalam menerima segala kelebihan dan kekurangan pasangan, memahami dan pengertian dengan kondisi pasangan, berjuang bersama-sama tanpa membeda-bedakan peran adalah beberapa contoh dari komitmen dalam pernikahan.

Menjaga komitmen dalam pernikahan bukan menjadi kewajiban salah seorang suami atau istri saja. Komitmen harus dijaga dan dilakukan bersama supaya adil dan tidak saling menyalahkan yang akan menyulut konflik rumah tangga. Banyak cara untuk menjaga sebuah komitmen. Tiga diantaranya adalah sikap terbuka antar pasangan, tidak sembarangan menerima curhat terutama curhat dari lawan jenis, dan menghargai kebaikan dan hal positif dari diri masing-masing pasangan.

Yang pertama, sikap terbuka yang harus dimiliki oleh seorang pasangan suami istri. Keterbukaan adalah salah satu cara efektif untuk menghadapi dan memecahkan permasalahan dalam rumah tangga. Sikap terbuka artinya tidak menyembunyikan atau menutupi hal-hal yang dialami oleh masing-masing pasangan. Hal-hal yang dimaksud adalah tidak melulu tentang suatu masalah yang sedang dialami saja. Namun bisa berupa uneg -uneg atau kritik dan saran untuk pasangan. Hendaknya seorang suami istri juga menpunyai waktu khusus untuk saling bercerita atau mengobrol tentang hal-hal di atas, walaupun itu hanya seminggu sekali. Dengan adanya sebuah keterbukaan dalam pernikahan, komunikasi yang baik akan terbangun dengan sendirinya.

Komitmen Pernikahan Kedua

Adalah tidak sembarangan menerima curhat, terutama curhat dari lawan jenis. Jika sebelum menikah kita bisa bebas untuk berkeluh kesah dengan teman. Maka setelah menikah hal tersebut tidak dianjurkan untuk dilakukan lagi. Mengapa?

Pertama, untuk menjaga perasaan. Dan juga seyogyanya pasangan suami istri untuk bisa saling berbagi dengan dengan pasanganya. Jika pun mengalami sebuah persoalan rumah tangga, hendaknya kita tidak menceritakan keburukan atau rahasia pasangan kepada orang lain. Allah berfirman:

لَا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ

Artinya “Allah tidak menyukai ucapan buruk (caci maki), (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya.” [An-Nisa: 148]

Kedua, dengan sengaja ataupun tidak sengaja curhat dengan lawan jenis, hal tersebut rawan sebagai pemicu munculnya sebuah perselingkuhan. Seorang psikolog klinis, Sri Juwita Kusumawardhani M.Psi mengatakan bahwa curhat tentang sebuah masalah kepada lawan jenis merupakan akar dari perselingkuhan. Sebabnya adalah seorang teman terutama lawan jenis akan terlihat lebih tenang dan sangat memahami kondisi yang kita alami. Perasaan membandingkan dengan pasangan akan muncul karena kita begitu tahu sifat pasangan kita baik luar maupun dalam. Namun dengan teman curhat? Diawali dengan perasaan nyaman yang berlanjut ke dalam hubungan yang tidak semestinya.

Ketiga Yaitu Menghargai Kebaikan.

Seorang manusia lahir dikaruniai dengan kelebihan serta kekurangan yang menandakan bahwa manusia merupakan makhluk yang tidak sempurna.

Biasanya yang muncul pertama kali dalam pernikahan adalah rasa cinta yang menggebu-gebu dimana terkadang sebuah kekurangan tidak terlalu kentara untuk diperhatikan. Namun seiring berjalannya waktu, persoalan-persoalan rumah tangga kian muncul. sikap positif dari pasangan pun tidak akan cukup untuk memuaskan perasaan kecewa yang dialami. Disinilah seorang suami istri akan diuji pernikahannya. Apakah mereka akan secara kompak menyelesaikan dengan bahu membahu atau malah mulai saling menyalahkan karena kekurangan yang mereka miliki masing – masing.

Allah SWT berfirman:

وَلَا تَنسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ إِنَّ اللهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Artinya: “Dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Melihat segala apa yang kamu kerjakan.” [Al-Baqarah: 237]

Dari Abu Hurairah, Nabi Shallallaahu’alaihi wa Sallam bersabda:

لَا يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ

Artinya : “Hendaklah seorang mukmin tidak membenci seorang mukminah, jika dia tidak menyukai perangainya niscaa dia menyukai yang lain.” [HR. Muslim].

Dari sini bisa disimpulkan bahwa hendaknya pasangan suami istri untuk bisa saling menghargai,  sehingga bisa saling menguatkan satu sama lainnya.

Tiga cara tersebut terlihat simple dan mudah, namun tidak bisa diremehkan begitu saja yang dimana dibutuhkan rasa pengertian dan memahami yang sangat besar. Pernikahan yang terlihat begitu membahagiakan di awal, dapat menjadi bak seperti di neraka jika baik suami ataupun istri tidak bisa mengatasi setiap permasalahan yang terjadi. Oleh karena itu, sungguh-sungguhlah dalam mempertahankan sebuah pernikahan karena hal tersebut juga merupakan salah satu cara untuk mendapat ridha dari Allah SWT.

Ahmad Khalwani, M.Hum
Ahmad Khalwani, M.Hum
Penikmat Kajian Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru