27.5 C
Jakarta

Cahaya Islam Terhalangi oleh Kaum Muslim yang Gemar Mengkafirkan

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanCahaya Islam Terhalangi oleh Kaum Muslim yang Gemar Mengkafirkan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Kafir-mengkafirkan bukan sesuatu yang baru-baru ini terjadi di tengah masyarakat. Tudingan kafir telah lama dialamatkan oleh kelompok Khawarij (oposisi) terhadap Ali Ibn Abi Thalib dan pengikut-pengikutnya. Mereka dituding kafir karena memutuskan suatu hukum di luar keputusan Allah.

Dugaan sejarawan, tudingan kafir akan berakhir dengan berakhirnya tunas Khawarij tumbuh. Sayangnya, dugaan itu keliru. Tudingan kafir semakin merajalela sesudah masa Khawarij berkuasa. Tidak heran, Prof. Azyumardi Azra menyebut, orang yang gemar mengkafirkan adalah Neo-Khawarij. Mereka hidup sesudah masa Khawarij.

Kegemaran menuding kafir pernah dilakoni oleh mantan teroris Ustadz Harits Amir Falah. Tak sedikit orang yang dijadikan korban dari sifat keegoisannya. Beruntungnya, Ustadz Amir sekarang mendapat hidayah dan bertaubat dari dosa sosial ini. Ustadz Amir menebus kesalahannya dengan menulis buku yang membongkar kebodohan paham takfir (mengkafirkan) berjudul “Hijrah dari Paham Radikal menuju Paham Moderat”.

Hijrahnya Ustadz Amir dapat dibilang sebagai bentuk taubat nasuha. Taubat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Tidak akan mengulangi dosa takfir kembali. Lebih jauh, Ustadz Amir menebus dosa sosialnya dengan membongkar paham takfir. Bagi Ustadz Amir, takfir itu merupakan sesuatu yang sangat dilarang dialamatkan kepada orang lain. Karena, takfir itu mengundang amarah orang yang menjadi objek.

Takfir, kata Ustadz Amir, adalah suatu kebodohan. Orang yang mengkafirkan sesungguhnya bodoh karena tidak mengetahui bahwa kebenaran itu hanyalah milik Allah, bukan milik manusia. Semua manusia selain para nabi dan utusan-Nya tidak memiliki hak veto untuk mengkotak-kotakkan kebenaran dan kesesatan. Mengkotak-kotakkan itu bukti kedangkalan pengetahuan. Kata Prof. Nasaruddin Umar, orang yang gemar menyesatkan perlu belajar lagi tentang Islam.

Takfir itu termasuk kata yang kurang sopan digunakan untuk lawan bicara. Pendakwah tidak boleh mengeluarkan bahasa kasar ini. Jika itu dipaksakan, akan sangat mungkin jamaah menghindar dan lari karena ketakutan. Sehingga, pesan dakwah tidak tersampaikan. Nabi SAW. diperintahkan untuk berdakwah dengan lemah lembut. Tidak menyakiti hati orang yang diajak. Tidak menggurui. Bahkan, tidak menyesatkan orang yang tidak mengindahkan ajakan Nabi.

BACA JUGA  Membaca Al-Qur'an dan Momen Hijrah Para Teroris

Anehnya, sebut Ustadz Amir, para pendakwah yang sering berkata-kata kotor seperti kafir dan sesat yang dialamatkan ke orang lain yang tidak sepemikiran, bersikeras jadi pendakwah. Itu bukan membangkitkan Islam. Malah, menghancurkan Islam dari dalam. Karena, akan sangat mungkin timbulnya stigma negatif yg terlintas dalam benak banyak orang, terlebih orang non-muslim, bahwa Islam itu adalah agama kekerasan. Padahal, Islam sendiri menentang kekerasan.

Sedikit Ustadz Amir memberikan refleksi terkait Islam pada masa Nabi dengan sekarang. Islam pada masa Nabi memiliki kebenaran yang disampaikan oleh Nabi. Berbeda, Islam di masa sesudah beliau, tidak benar dimiliki oleh pihak tertentu, sehingga orang yang berbeda tidak boleh dituding kafir dan sesat. Apalagi, Allah tidak pernah memberikan hak kepada orang tertentu selain nabinya untuk memegang kebenaran. Maka dari itu, tidak benar mengklaim dirinya paling benar dan menuding orang lain kafir.

Benar kata Muhammad Abduh, “Cahaya Islam terhalangi oleh kaum muslimin”. Maksudnya, kejayaan Islam sesungguh dirusak oleh orang muslim sendiri. Orang muslim seperti apa yang menjadi perusak Islam? Ustadz Amir menyebutkan, bahwa perusak Islam adalah mereka yang tidak menggunakan akhlaknya. Mereka yang menyebarkan ajaran Islam dengan kekerasan: gemar menyesatkan, gemar mengkafirkan, dan gemar melakukan tindakan ekstrem, seperti terorisme.

Maka dari itu, perlu ditanamkan dalam benak kita untuk menjadi muslim yang baik. Muslim yg mengajarkan Islam dengan akhlak. Karena, kata Syekh Ali Jaber, “Kemuliaan akhlak itu adalah inti dari Islam.” Percuma menjadi muslim yang gemar meneriakkan Islam, tapi krisis akhlaknya: suka mengkafirkan dan menyesatkan saudaranya sendiri, baik seagama maupun sekemanusiaan.[] Shallallahu ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru