25.2 C
Jakarta

Budayakan Membaca Buku dalam Keluarga

Artikel Trending

KhazanahLiterasiBudayakan Membaca Buku dalam Keluarga
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – “Buku merupakan jendela dunia. Melalui membaca buku buku, kita menjelajah ke berbagai sisi dunia. Dari kedalaman laut, rimbun belantara, sampai ke luar angkasa. Tak hanya itu, melalui buku, kita mengenal gagasan, ilmu, hikayat, dan riwayat yang dituliskan sepanjang sejarah umat manusia” (Presiden Joko Widodo).

Kata-kata indah milik Presiden Joko Widodo di atas memotivasi kita untuk gemar membaca buku. Mimpi Indonesia berliterat tinggi perlu dimulai dari oleh, dan untuk buku. Akan tetapi, menjadikan kita gemar membaca buku tak semudah membalikkan telapak tangan.

Masyarakat kita saat ini cenderung lebih suka menonton televisi daripada membaca buku. Tak pelak, tontonan sinetron yang tayang di stasiun televisi akan menjadi obrolan mereka sehari-hari dengan sangat menggebu, seakan itu sebagai sebuah kisah nyata. Atau bahasan yang seakan tidak kalah dengan dunia nyata akibat banyaknya bermain sosial media seperti TikTok, Instagram dan yang lainnya.

Bisa dipahami, sebagian masyarakat kita mengalami pergerakan melompat dari praliterer menuju pascaliterer tanpa melalui masa literer. Maksudnya adalah masyarakat tidak pernah membaca terlebih dahulu, akibat tidak terbiasanya dengan budaya menulis. Namun, mereka telah langsung masuk ke dalam dunia baru, mengiring pesatnya teknologi komunisasi serta informasi.

Budaya membaca harus didahului kebiasaan membaca. Hal tersebut terjadi jika terlebih dahulu terdapat minat membaca. Tidak adanya budaya membaca didukung semakin tidak pedulinya orangtua terhadap aktivitas membaca. Alasannya adalah mereka sibuk bekerja sehingga tidak ada waktu dan energi lagi untuk membaca bersama anaknya. Misalnya, membacakan cerita ataupun mendongeng.

Di sisi lain, ketidakpedulian orangtua pada aktivitas membaca, ya karena tidak sedikit di antara mereka yang kurang gemar membaca buku. Mereka beranggapan kegiatan membaca buku hanya untuk orang yang bersekolah atau bekerja yang berhubungan dengan pendidikan. Jadi, mereka kurang bergairah dalam aktivitas membaca.

Tak ayal kehadiran buku di tengah keluarga bisa dibilang masih minim. Tidak banyak keluarga yang punya kesadaran untuk mengoleksi buku di rumah. Lalu, membacanya bersama dengan anaknya. Kondisi ini makin menguatkan hasil survei berbagai lembaga penelitian soal minat baca masyarakat kita amat rendah.

UNESCO membeberkan bahwa Indonesia ada di urutan kedua dari bawah soal literasi dunia. Minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Riset berbeda bertajuk Worldís Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 lalu, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Data yang menyedihkan bukan?

Membaca Nyaring

Karena itu, mari kita bergerak bersama untuk meningkatkan literasi membaca. Gerakan ini akan efektif apabila dimulai dari keluarga. Jadi, ayah, ibu, dan anak harus menjadikan keluarganya punya budaya baca yang tinggi.

BACA JUGA  Banyak Baca Membuat Tulisan Makin Berkualitas, Benarkah?

Berbicara tentang keluarga yang berbudaya baca, kita bisa belajar dari Presiden Indonesia Pertama yaitu Soekarno. Sejak kanak-kanak, Soekarno sudah terlihat sebagai kutu buku. Kegemarannya semakin nyata sejak tinggal dengan keluarga HOS. Tjokroaminoto di Surabaya. Penyambung Lidah Rakyat Indonesia itu adalah insan Indonesia pecinta buku yang tiada banding pada zamannya. Dilahapnya segala macam buku tentang politik, sejarah, ekonomi, agama, dan sosial lainnya.

Melalui buku-buku tersebut, terbentuklah Soekarno yang memiliki kepribadian intelektual yang membuatnya layak dikenang sebagai manusia Indonesia nomor satu. Sejarah mencatat bahwa beliau patut dijadikan referensi dan inspirasi untuk orang-orang Indonesia di masa sekarang ini. Dengan banyaknya aktivitas membaca buku tersebut, Soekarno tidak saja hanya ingin menjadikan kepalanya sebuah perpustakaan yang penuh dengan buku-buku. Melainkan ilmu untuk diamalkan.

Dari kisah Soekarno tersebut, sangat jelas bahwa kecintaan membaca buku dimulai dari keluarga. Orangtua yang gemar membaca akan menularkan kegemarannya itu pada anaknya. Sejak dini anak sudah ditumbuhkembangkan dengan tradisi membaca.

Praktik sederhanannya, orang tua dan anak terlibat dalam aktivitas membaca nyaring. Membaca nyaring merupakan aktivitas melafalkan bunyi dengan cukup keras. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Dalman (2010: 48) yang mengungkapkan bahwa membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan mengeluarkan suara atau kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras.

Jadi, orangtua membaca nyaring buku dilakukan di dekat anaknya. Orangtua bisa membacakan sebuah cerita dari buku sejak bayi dan dilakukan setiap hari. Karena ruh ilmu buku tersebut muncul ketika dibacakan.

Hal itu sesuai dengan rekomendasi para dokter di Cleveland Clinic, Ohio, Amerika Serikat, agar orang tua membaca bersama anak-anak mereka sejak masa bayi dan berlanjut hingga tahun-tahun sekolah dasar. Kegiatan membaca bersama anak dapat membangun asosiasi yang hangat dan bahagia dengan buku.

Anak akan menganggap membaca itu menyenangkan di masa depan. Selain itu, bisa meningkatkan kinerja anak di sekolah di kemudian hari. Juga anak dapat meningkatkan kosakata, meningkatkan kepercayaan diri, membangun keterampilan komunikasi yang baik, dan memperkuat otaknya (Tirto.id).

Selain itu, Maxim Gorky pernah mengatakan bahwa ”Dua kekuatan yang berhasil mempengaruhi pendidikan manusia yaitu seni dan sains. Keduanya bertemu dalam buku”. Jadi, tidaklah merugi apabila orangtua menyenangi kegiatan membaca buku dan membacakan nyaring untuk anaknya. Karena dua kekuatan besar yang mempengaruhi pendidikan manusia (seni dan sains) bertemu dalam sebuah buku.

Karena itu, ayah dan bunda mari merelakan waktu untuk membacakan nyaring buku buat buah hatinya. Kegiatan ini bila rutin dilakukan akan menjadi sebuah kebiasaan. Pada akhirnya terwujudlah keluarga yang punya budaya baca. Semoga.

Kurniawan Adi Santoso, S.Pd
Kurniawan Adi Santoso, S.Pd
Guru SDN Sidorejo Kec. Krian Kab. Sidoarjo

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru