26.1 C
Jakarta

BIN dan Vaksinasi; Panas-Dingin Para Ikhwan Teroris di Masa Pandemi

Artikel Trending

Milenial IslamBIN dan Vaksinasi; Panas-Dingin Para Ikhwan Teroris di Masa Pandemi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Ini adalah opini. Saya tegaskan di awal, karena boleh jadi di antara pembaca akan ada yang bertanya, untuk apa vaksinasi dihubungkan dengan intelijen. Tidak nyambung. Tetapi saya ingin memotretnya dari sisi yang agak sedikit berbeda. Hipotesis saya adalah: selama pandemi, para ikhwan teroris melakukan harakah secara sangat rahasia, maka jika intelijen turun tangan menangani Covid-19, gerakan para ikhwan terancam. Anda mengira hipotesis ini terlalu dangkal? Tunggu dulu.

Harus dirunut, terlebih dahulu, beritanya. Presiden Joko Widodo menerjunkan aparat Badan Intelijen Negara (BIN) untuk melakukan vaksinasi Covid-19 dari rumah ke rumah (door to door). Program tersebut dilakukan terhadap 19 ribu orang yang tersebar di 14 provinsi, mencakup DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua.

Memang, dalam keterangan Deputi Bidang Intelijen Luar Negeri BIN, Mayor Jenderal TNI Agoes Joesni, tujuan vaksinasi oleh BIN ialah mencari dan mendeteksi masyarakat yang berkeinginan untuk segera mendapatkan vaksin tetapi terhambat jarak atau administrasi. Juga, BIN berkesempatan memberikan bantuan sosial kepada masyarakat berupa sembako dan vitamin secara lengkap. Itu pasti. Tetapi, apakah itu saja alasan mengapa vaksinasi dari BIN ini penting sekali?

Ada dua alasan mengapa vaksinasi tersebut sangat krusial dilakukan. Kesatu, memaksimalkan PPKM Darurat di samping lonjakan paparan Covid-19 yang semakin meningkat. Di tengah situasi seperti sekarang, keterlibatan seluruh pihak merupakan keharusan. Target vaksinasi BIN, yakni pelajar, boleh jadi akan menjadi sasaran awal untuk agenda yang sama ke depannya untuk masyarakat secara umum yang tentu saja medannya lebih kompleks dan penuh tantangan.

Kedua, untuk menyisir kondisi para pelajar yang selain berpotensi tertular virus Covid-19, mereka juga rentan terpapar indoktrinasi. Jadi vaksinasi secara sekaligus bisa dimanfaatkan untuk mengawasi serta mencegah kemungkinan terburuk para ikhwan teroris dan memojokkan medan harakah mereka. Semua ini karena satu fakta: terorisme tidak pernah vakum.

Ikhwan Teroris, Vakum?

Dari konsolidasi para ikhwan teroris di Karawang dan Maluku beberapa waktu yang lalu, kesimpulan menjadi kuat bahwa efek merata Covid-19 melahirkan kecemasan di kalangan pelaku terorisme. Mereka panas-dingin karena bisnis terancam, satu sisi, dan fai’ alias rampasan boleh jadi defisit, di sisi lainnya. Mereka, karenanya, hari ini tidak pernah beraksi. Pendanaan terorisme sudah terkuak ke khalayak, mereka semakin terdesak. Keadaan sama sekali tidak menguntungkan.

Selama ikwan teroris berada dalam masa hibernasi, yang mungkin akan berlangsung selama masa pandemi karena alasan-alasan internal, yang vakum semata-mata adalah aksi. Sementara itu, transmisi ideologi dan konsolidasi kelompok tidak pernah vakum. Mereka sangat militan. Tidak perlu bayaran. Selama ada tetua yang masih dipegang, dedengkot yang selalu menasihati ikhwan teroris lainnya, maka kajian mereka tidak akan sepi dan tali militansi tidak akan surut.

Justru di tengah kondisi bangsa yang sekarang, mereka semakin lebar alasan untuk menyalahkan pemerintahan. Sementara cita-cita ISIS tertanam erat, kekecewaan mereka kepada pemerintah semakin membengkak. Mereka bergerak door to door, dari rumah ikhwan ke ikhwan lainnya, untuk menanamkan loyalitas besar para anggota di tengah kondisi yang mencekik bisnis dan gerakannya. Bagaimana bisa yang demikian dianggap vakum? Bukannya sama saja bahayanya?

BACA JUGA  Aplikasi Prinsip Wasatiah dalam Menyikapi Hisab-Rukyat Ramadan

Satu hal yang bisa menjadi penanda adalah, mereka tidak akan pernah bersedia divaksinasi. Apa pun alasannya, mau Covid-19 melonjak atau tidak, karena yang mereka doktrinkan adalah ‘semua ini adalah permainan orang kafir’. Karena itu, vaksinasi door to door oleh BIN memiliki efek yang pas tidak sekadar untuk andil menangani Covid-19, melainkan menyelidiki fakta ke publik tentang para ikhwan teroris dan gerakan terselubungnya. Vaksinasi, dengan kata lain, bisa berguna untuk menelisik pergerakan.

Menelisik Pergerakan

Apakah saya hendak menyampaikan bahwa BIN perlu menjadikan vaksinasi sebagai agenda pengintaian? Tidak sesimplistis itu. Ungkapan yang lebih tepat adalah bahwa propaganda para ikhwan teroris di tengah pandemi harus ditindak secara tegas. Oleh karena gerakan para ikhwan tersebut sangat rahasia, sulit dilacak, maka vaksinasi oleh BIN bisa jadi alternatif untuk menemukan harakah tersebut sebelum para ikhwan teroris sukses melakukan amaliahnya.

Dengan demikian, selain para pelajar dan masyarakat terselamatkan dari Covid-19, herd immunity tercipta juga untuk melindungi warga dari propaganda terorisme yang sekarang bergerak door to door. Di tengah pandemi, para ikhwan teroris kemungkinan akan beraksi secara sporadis; bisa menimpa siapa saja dan terjadi di mana saja, juga terjadi kapan saja. Media sosial biarkan menjadi ranah pengawasan yang beda medan, terjun langsung ke masyarakat akan lebih menguak kebenaran masalahnya.

BIN mungkin saja hanya berfokus terhadap vaksinasi an sich, tidak pada yang lainnya. Namun demikian, para ikhwan teroris akan tetap panas-dingin karena mereka terdesak oleh sejumlah persoalan urgen yang terkait organisasi dan gerakan mereka. Meski ideologi tetap bisa saling bertransformasi, yang artinya menambah jumlah ikhwan setiap hari, namun tanpa aksi yang signifikan mereka tidak akan puas. Jika demikian, rasanya tidak ada alasan untuk tidak sekaligus menelisik pergerakan mereka.

BIN dan vaksinasi yang dilakukannya merupakan bukti konkret bahwa sebagai lembaga negara, BIN berada di pihak masyarakat, tidak sebagaimana stigmatisasi sejumlah kalangan bahwa para intelijen adalah pembuat propaganda. Yang membuat propaganda adalah para ikhwan teroris; memutar-balikkan keadaan yang sebenarnya. Sekarang, mereka, para ikhwan, jelas khawatir jika sampai ada intelijen hendak melakukan vaksinasi door to door. Karena dengan itu, harakah mereka akan terbongkar.

Sekali lagi, ini adalah opini. Saya yakin bahwa para ikhwan teroris itu sejatinya banyak sekali dan ada di mana saja, juga dari kalangan apa saja. Pelajar atau masyarakat umum, dengan demikian, harus menjadi target vaksinasi dari BIN. Pepatah lama mengatakan, “Sambil menyelam minum air”.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru