28.6 C
Jakarta

Berliterasi di Media Sosial, Ini Cara yang Wajib Anda Ketahui

Artikel Trending

KhazanahLiterasiBerliterasi di Media Sosial, Ini Cara yang Wajib Anda Ketahui
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com Peran bahasa sangat vital dalam kehidupan sehari-hari. Manusia tidak akan mungkin saling berhubungan satu sama lainnya tanpa bahasa. Bahasa menjadi wujud literasi dalam bidang apa pun. Tapi apakah semua orang mampu menggunakan literasi secara bijak? Hal ini terkesan sangat sepele, tetapi dapat memberikan dampak yang besar dalam kehidupan manusia.

Dalam edukasi literasi, makna literasi tidak sekedar menulis, membaca dan berhitung. Lebih dari itu. Perkembangan serta  kemajuan ilmu dan pengetahuan, telah memunculkan stigma baru dalam aspek sosial. Penyerapan dan pemahaman literasi merupakan bagian dari penerimaan sumber-sumber informasi yang lebih akurat.

Pada dimensi keilmuan, muncul pertanyaan apakah literasi juga perlu diadakan revitalisasi? Ini karena munculnya tantangan baru yang sifatnya marginal. Kondisi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor perubahan sosial, sering menimbulkan pemahaman literasi menjadi ambigu. Banyaknya penggunaan akronim, baik dari tutur kata sehari-hari maupun dalam komunikasi di ruang digital, sehingga kosakata menjadi pemahaman baru.

Ruang Siber dan Internet

Literasi digital adalah kemampuan seseorang dalam memanfaatkan informasi dalam berbagai bentuk. Baik itu dari sumber perangkat komputer ataupun dari ponsel. Secara teori, literasi digital diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis dalam bentuk digital.

Merujuk buku klasik Gilster (1997), literasi digital didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam pelbagai format yang berasal dari berbagai sumber, dan disajikan dalam perangkat teknologi, seperti komputer.

Masa kini, dalam keseharian masyarakat, setidaknya sangat bergantung pada penggunaan internet. Meski ini bukanlah sebuah kebutuhan primer. Tetapi kebutuhan informasi dan berita, termasuk berkomunikasi menjadi kebutuhan yang sulit dihindari. Secara langsung siapa saja akan berhubungan dengan ruang siber.

Kemajuan ilmu dan teknologi juga telah menggiring kepada revolusi logika, yang terkadang dianggap sebagai bagian dari kelangsungan hidup—peradaban manusia. Sangat diperlukan sebuah riset analisis sebab-akibat dari pelbagai dampak yang muncul. Adanya penemuan alat kecerdasan buatan (artificial intelligence) seolah mampu menjawab tantangan revolusi logika. Meski dibutuhkan seberapa jauh indikator yang dicapai.

Problem dasar yang harus dipahami adalah sebab-akibat yang dihadapi. Apakah kehadiran AI di ruang siber menjadi sebuah solusi dari efisiensi pemikiran manual, atau justru berdampak negatif pada kemampuan olah pikir dan nalar kritis? Yang perlu dipikirkan adalah proses pembelajaran peserta didik, harus didasari oleh kemampuan olah pikir kritis. Efek positifnya, akan melahirkan generasi yang tangguh dan berperilaku baik.

Sering kali muncul pertanyaan, bagaimana cara menggunakan fitur literasi secara baik dan benar pada ruang siber atau media digital? Apakah kita mampu menggunakan secara bijak ruang siber atau digital? Atau berpikir dengan jalan pintas dan instan, menggunakan kecepatan robot pintar AI? Sebab, memahami karakteristik literasi digital membutuhkan keterampilan dan pengetahuan yang cukup.

Jika kita terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan ruang siber atau digital, tentu tidak akan bisa terlepas dari peran internet yang menjadi objek penghubung dalam aktivitas tersebut. Ada baiknya kita melakukan perenungan sebelum mengenal ruang siber.

BACA JUGA  Spirit Literasi: Aku Menulis Maka Aku Ada

Ruang siber sering dianalogikan sebagai ruang maya, sebagai perangkat teknologi yang menghubungkan sistem operasi dan pelaku sistem untuk melakukan hubungan interaksi satu sama lainnya. Hubungan interaksi untuk berbagi dan mendapatkan informasi selalu bersifat simbiosis mutualisme dan generalisasi.

Di sini, peran literasi dan/atau bahasa menjadi entitas hidup seakan-akan interaksi itu berada pada ruang nyata. Sayangnya, sebagian besar masyarakat masih rendah pemahamannya tentang literasi digital. Kemampuan analisis sebab-akibat belum mampu menjangkau informasi akurat dan tepat. Kasus-kasus psikologis banyak menerpa para konsumen dalam membuat kesimpulan. Tetapi ini tentunya bersifat individual.

Kenapa peran bahasa menjadi sangat penting dalam proses kegiatan interaksi di ruang siber? Sebagaimana kita ketahui, bahwa interaksi pada ruang siber, yang salah satunya sangat umum dikatakan sebagai jejaring sosial, komunikasi dilakukan dengan tidak menggunakan bahasa tubuh. Yang kemudian akan menimbulkan pesan-pesan samar dalam menerjemahkannya.

Maka perlunya keterampilan olah pikir yang cepat dan serba instan, dengan kemampuan yang berbeda-beda. Konstruksi pikiran manusia berbeda satu sama lainnya. Kemajuan teknologi seakan menjadi jembatan bagi keterbatasan ini. Kecepatan ini juga memacu revolusi logika yang dianggap tuntutan zaman. Membaca karakteristik manusia hanya dengan mempelajari karakteristik literasi dan numerasi.

Kita tidak menampik bahwa kehadiran AI dalam pengembangan teknologi tentu juga membawa dampak positif, tetapi seyogianya manfaat edukasi harus berjalan seimbang, antara konsep tekstual dan kontekstual. Sehingga bagi pembelajar juga mampu berpikir analitis terhadap masalah-masalah yang dihadapi. Terutama untuk mengurangi risiko psikis dalam perkembangan mental.

Adakalanya para pengguna ruang siber berintrospeksi diri dari keterlibatannya pada ruang siber atau ruang maya. Cara berliterasi di ruang maya juga merupakan sebuah edukasi terutama untuk kesehatan mental. Ruang siber yang tentunya sangat bergantung pada jaringan internet seyogianya memudahkan pengguna dalam berinteraksi secara cepat.

Internet memudahkan kita dalam mendapatkan informasi secara cepat. Setiap saat kita sangat bergantung pada media sosial yang terkoneksi dengan jaringan internet. Apakah semua orang mampu menggunakannya secara baik dan benar?

Kemudahan ini juga memunculkan kekhawatiran kita tentang bagaimana pengguna internet yang terus-menerus akan mengubah cara kita dalam berpikir. Internet seringkali memecah perhatian dan menghambat kemampuan kita untuk fokus dan memproses informasi secara mendalam.

Di sisi lain, internet juga memengaruhi proses pembelajaran, aktivitas dan hubungan interaksi sosial di antara pengguna ruang siber. Ada baiknya kita keluar sejenak dari ruang maya dan memikirkan dampak terhadap diri kita sendiri. Bagaimana sebaiknya mengeksplorasi cara penggunaan internet secara bijaksana.

Luangkan waktu untuk kegiatan yang melibatkan pemikiran kritis di luar ruang digital. Sehingga kita betul-betul dapat menggunakan internet secara tepat tanpa mengurangi kualitas pikiran dan kehidupan. Maka dalam silogisme interaksi sosial melalui media sosial, literasi tidak sekedar soal mencapai tujuan dalam mengoperasikan perangkat, tetapi lebih dari itu, bagaimana mengelola cara berpikir dengan menggunakan literasi digital.

Vito Prasetyo
Vito Prasetyo
Pegiat sastra dan peminat budaya. Mukim di Malang, Jawa Timur.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru