25.4 C
Jakarta

Benarkah Umat Islam Terbelakang dan Sulit Maju?

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanBenarkah Umat Islam Terbelakang dan Sulit Maju?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Saya cukup tertarik dengan ceramah yang disampaikan oleh Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin yang disiarkan TVRI, Senin 11 Mei 2020.

Wakil presiden (Wapres) Maruf Amin menyebut jika sebagian besar negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam susah untuk maju. Hal ini pula yang terjadi pada Indonesia.

Pernyataan ini bukan sekadar ungkapan belaka, sebab dia turut menjabarkan sejumlah faktor, mengapa bisa demikian.

Menurut Wapres Maruf Amin, susahnya maju negara berpenduduk agama Islam karena menerapkan cara pikir konservatif dalam kehidupan sehari-hari. Maka, ekonomi dan pendidikan pun menjadi tertinggal.

“Cara berpikir konservatif menjadi salah satu penyebab mengapa negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim masih tergolong underdevelopment country dan mengalami ketertinggalan dalam ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya,”.

Wapres Maruf Amin kemudian menilai cara berpikir tersebut semakin berkembang akhir-akhir ini, khususnya ketika muncul kelompok-kelompok masyarakat yang berpikir bahwa kemurnian Islam harus dibangun dengan cara tekstualis.

“Cara berpikir seperti itu memang sudah mulai berkembang akhir-akhir ini, ketika isu kemurnian Islam harus dibangun dengan cara tekstualis, kemudian kita mengalami kemunduran berpikir, sehingga cara berpikir kita terbentuk dan mengarah pada cara pikir yang sangat tekstual,”.

Kelompok konservatif tersebut, lanjut Wapres Maruf Amin, biasanya menolak adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena dianggap tidak sesuai dengan pemahaman mereka terhadap ajaran agama Islam secara tekstual.

Padahal, kata dia, pemahaman secara tekstual dan konservatif itu tidak sesuai dengan salah satu sabda Nabi Muhammad SAW.

Cara berpikir konservatif tersebut juga menghambat upaya-upaya dalam mewujudkan peradaban Islam.

Untuk membangun kembali peradaban Islam, kata Wapres Maruf Amin, pola pikir wasathi atau moderat harus ditanamkan dan dikembangkan di negara Islam dan negara berpenduduk mayoritas Muslim.

BACA JUGA  Satu Hal yang Sering Terlupakan Saat Memasuki Bulan Ramadhan

“Cara berpikir konservatif seperti itu menghambat dan kontraproduktif terhadap upaya membangun kembali peradaban Islam. Oleh karena itu, cara berpikir wasathi dapat menjadi pijakan kuat untuk kita membangun kembali peradaban Islam yang kuat,” katanya.

Apa yang disampaikan oleh KH. Ma’ruf Amin itu memang fakta yang terjadi belakangan ini hampir di seluruh negara yg berpenduduk mayoritas muslim.

Banyak yang terlalu mengglorifikasi kejadian ratusan tahun lalu dan di saat sama serba memikirkan akhirat.

Hidup tidak menjejak bumi.

Masuk kategori kemajuan luar biasa karena sangat banyak umat yang memilih hidup tidak menjejak bumi. Banyak yang terlalu mengglorifikasi kejadian ratusan tahun lalu dan di saat sama serba memikirkan akhirat.

Kita pernah menjadi pioneer dalam kemajuan perdaban dunia.

Dalam ilmu pengetahuan dunia Islam pernah menjadi rujukan melalui Ibnu Sina, Muhamad Ibnu Musa Al-Khawaizmi, Abu Musa Jabir Bin Hayyan, Al Battani, Ibnu Khaldun, Abbas Ibn Firnas dan lainnya.

“Kita pernah menaklukkan Konstantinopel.”

“Kita pernah menjadikan Baghdad pusat ilmu pengetahuan.”

“Kita pernah menguasai daratan Eropa, Asia, dan Afrika dalam waktu bersamaan.”

Dan masih banyak lagi.

Glorifikasi masa lalu rutin diucapkan sambil membanggakan tokoh ilmuwan Islam.

Sedangkan yang banyak dilakukan sekarang kita lebih fokus bagai mana cara menghakimi dan menyalahkan orang lain tanpa mampu melakukan intropeksi dan memperbaiki diri.

Sebagian dari kita hanya fasih mengeluhkan jika ekonomi dikuasai kafir, iptek dikuasai kafir, kafir menguasai media, de el el.

Sikap reaktif dikedepankan tanpa mampu melakukan introspeksi diri dan memperbaikinya.

Ibenk Rohmansyah

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru