27.1 C
Jakarta

Benarkah Penonton Drama Korea Menjadi Kafir?

Artikel Trending

Asas-asas IslamFikih IslamBenarkah Penonton Drama Korea Menjadi Kafir?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Akhir-akhir ini telah viral di media sosial, baik di Youtube maupun Instagram tentang video Ustad Abdul Somad atau lebih dikenal dengan UAS. Dalam viedo tersebut UAS menjawab pertanyaan dari salah satu jamaah tentang hukum menonton film Drama Korea (Drakor). Mengingat saat ini, demam K-Pop tengah mewabah di Indonesia.

Dalam jawabanya, UAS menjelaskan bahwa hukum menonton drakor adalah bagian dari kafir. “Jangan suka kepada orang kafir, siapa yang suka kepada orang kafir, maka dia bagian dari kafir itu. Condong artinya pada orang kafir,”. Kemudian UAS juga menambahkan jawabanya dengan, “Jangan ditonton lagi itu sinetron-sinetron korea korea, rusak. nanti pas sakaratul maut, datang dia ramai-ramai. Apa yang sering kita dengar, apa yang sering kita tengok, akan datang saat sakaratul maut”.

UAS bermaksud menyandarkan jawabanya dengan hadis berikut, “man tasyabbaha biqowmin fahuwa minhum”. Arti hadis tersebut adalah, siapa yang meniru suatu kaum niscaya ia termasuk bagian dari mereka. Pertanyaanya, benarkah penonton Drama Korea atau drakor tersebut masuk dalam kategori kafir seperti yang dijelaskan oleh UAS?

Para pembaca www.www.harakatuna.com/harakatuna yang dirahmati Allah SWT. Islam datang ke muka bumi ini sebagai pedoman bagi para penganutnya. Serta Nabi Muhammad Saw diutus, sebagai suri tauladan yang membawa Islam sebagai rahmatan lil alamin (kasih sayang bagi seluruh alam).

Selaku umat muslim yang baik, seyogyanya hati-hati dalam mengeluarkan kata-kata. Jangan sampai ucapan buruk keluar dari mulutnya, termasuk menuduh saudara seiman dengan sebutan kafir. Karena sesuai yang diajarkan Nabi, ketika tuduhan tersebut tidak didasarkan dengan dalil yang kuat, maka tuduhan kafir itu akan kembali terhadap siapa yang mengucapkan.

Cara Benar Menyikapi Drama Korea Menurut Islam

Kemudian, kalau kita perhatikan kalimat “tasyabbaha(تشبه) dalam hadis, artinya adalah menyerupai. Di dalam ilmu sorof, setiap kalimat yang mengikuti bentuk tafa’ala(تفعّل) , seperti taqorroba (تقرب). Kalimat taqorroba artinya berusaha mendekati, maka ia mngandung arti takalluf ((تكلف, yaitu, معاناة الفاعل الفعل ليحصل (bersusah payahnya pelaku akan perbuatannya sedemikian rupa sehingga berhasil (menyerupai segala sesuatu yang mereka inginkan untuk diserupai). Begitupun dengan kalimat tasyabbaha yang artinya berusaha menyerupai.

BACA JUGA  Hukum Menyusui Anak Lebih Dari Dua Tahun

Maksudnya, jika sekedar serupa tanpa niat, apalagi tanpa susah payah menyerupai maka Bahasa Arab yang sesuai adalah “Asybaha (أشبه)”. Jadi tidak bisa seseorang menerjemahkan apalagi menyimpulkan satu hukum hanya berdasarkan faham satu hadis atau satu ayat dari al-Qur’an saja.

Kalau hanya sekedar menonton drama korea yang sifatnya sekedar pengibur dikala bosan, apakah tetap dihukumi kafir? Padahal penonton tersebut tetap yakin terhadap Islam dan menjalankan rutinitas ibadahnya. Tentu pendapat ini termasuk golongan tekstualis yang sangat ekstrem dalam beragama.

Guru Besar Syariah dan Hukum di Al-Azhar Cairo Mesir, Syeh Wa’il al-Dzowahiri Salamah mengatakan di dalam bukunya yang berjudul “al-Tasyabbuh, Qowaiduhu wa Dhowabituhu wa Ba’du Tathbiqotihi al-Muasiroh”, (Penyerupaan, Secara Kaidah dan Batasannya, Serta beberapa Implementasinya di Zaman Modern).

Dalam buku tersebut, Syeh Wa’il menegaskan bahwa, bentuk penyerupaan terhadap orang-orang yang terlarang (kafir) itu terdapat beberapa tingkatan. Yang pertama adalah di hukumi kafir, sedangkan yang kedua hanya dihukumi “lebih baik di tinggalkan”. Karna pada dasarnya, seorang muslim sejati adalah mereka yang meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat di dalam kehidupannya.

Jadi, kita tidak bisa spontan menghukumi terhadap penonton drakor sebagai orang kafir, sedangkan mereka tetap menjalankan kewajibannya sebagai orang muslim. Dan kita semua tidak tahu, apakah penonton tersebut benar-benar berusaha ingin menyerupai terhadap apa yang ditonton dari segi pakaian dan tingkah lakunya, ataukah tidak. Ditambah, kita tidak tahu niat para penonton seperti apa. Wallahu’alam.

Ridwan Bahrudin
Ridwan Bahrudin
Alumni Universitas Al al-Bayt Yordania dan UIN Jakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru