26.8 C
Jakarta

Benarkah Diksi Lirik Lagu “Aisyah Istri Rasulullah” Menyalahi Hadis?

Artikel Trending

Asas-asas IslamHadistBenarkah Diksi Lirik Lagu “Aisyah Istri Rasulullah” Menyalahi Hadis?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Akhir-akhir ini, industri musik tanah air dibikin gempar dengan viralnya lagu berjudul Aisyah Istri Rasulullah. Lagu tersebut menguasai trending YouTube Indonesia dan Malaysia dengan berbagai versinya di pekan ini. Selain enak dan syahdu didengar, banyak orang beranggapan bahwa lirik lagu yang dipopulerkan oleh Sabyan Gambus ini bisa menjadi pengalihan serta penyejuk hati di tengah wabah Covid-19 yang tengah melanda.

Lirik lagu yang semula diciptakan oleh Mr. Bie asal Malaysia ini mengisahkan bagaimana Nabi Muhammad SAW memperlakukan sang istri Aisyah semasa hidup. Seperti diketahui, Aisyah adalah salah satu istri yang paling dicintai Nabi. Namun, lirik lagu yang sedang viral ini menuai kontroversial. Banyak yang berangggapan bahwa ada beberapa diksi lirik lagu tersebut tidak sesuai atau misunderstanding dengan sejarah Islam yang ada. Lalu benarkah diksi lirik lagu “Aisyah Istri Rasulallah” tersebut menyalahi hadis?

Setelah penulis mencoba telusuri beberapa hadis yang berkaitan dengan kisah romantis Nabi SAW bersama Aisyah, penulis menemukan dua diksi kata dalam lagu yang tidak sesuai dengan hadis, bahkan merubah keorisinilan maknanya. Pertama, adalah kata “Bila lelah nabi baring dijilbabmu”. Dalam hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dalam kitabnya Sunan Abi Daud yang berbunyi:

عن عائشة أم المؤمنين قالت: كان رسول اللهِ ﷺ يضع رأسه في حجري فيقرأ وأنا حائض

“Dari Aisyah dia berkata; Rasulullah SAW pernah meletakkan kepalanya di atas pangkuanku, lalu beliau membaca (Al-Quran), sementara saya dalam keadaan haid.”

Hadis ini menjelaskan bahwa Nabi SAW pernah meletakkan kepalanya di “riba”nya Aisyah atau di “pangkuan”nya, bukan di “jilbab”nya Aisyah. Jadi penjelasan sejarah atau hadis yang mengatakan Nabi pernah tidur di jilbabnya Asiyah sejauh ini penulis tidak menemukan, bahkan tidak ada. Sedangkan diksi kata yang kedua yang misunderstanding adalah “mengikat rambutnya”. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari menyebutkan:

BACA JUGA  Ingin Jaminan Surga dari Rasulullah, Lakukan Enam Hal Ini

عن عائشة قالت: كُنْتُ أُرَجِّلُ رَأْسَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا حَائِضٌ

“Dahulu aku menyisir rambut Rasulullah SAW sedangkan aku dalam keadaan haid.”

Jika merujuk pada makna hadis tersebut, Aisyah dulu pernah “menyikat” atau “menyisir” rambut Nabi, bukan “mengikat”. Jadi kata “mengikat” pada lirik yang dinyanyikan oleh Nisa Sabyan dan yang lainnya tidak sesuai dengan sejarah yang ada di dalam literatur kitab-kitab hadis. Hal ini bisa dikatakan pendistorsian makna yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan hadis tersebut. Karena sejauh penelusuran penulis, hadis yang berbicara tentang Aisyah “mengikat” rambut Nabi itu tidak ada.

Sebaiknya pengarang lirik lagu yang berkaitan dengan sejarah Nabi harus ekstra hati-hati dan mengerti betul tentang sejarah kenabian. Hal ini bisa dilakukan dengan bertanya pada pakar sejarah atau orang yang mengerti hadis (muhaddis). Karena kalau tidak, misunderstanding dalam pemaknaan hadis akan kerap terjadi.

Jadi dalam hal ini, penulis setuju terhadap komentar Buya Yahya yang diunggah oleh Al-Bahjah TV pada Sabtu 04/4 lalu. Dalam komentarnya, Buya Yahya tidak menafikan bahwa lagu tersebut bagus, bahkan bisa membuat kita lebih mencintai Sayyidah Aisyah. Namun ia juga sepakat bahwa dalam lagu tersebut terdapat beberapa lirik yang tidak pantas disandingkan terhadap wanita mulia seperti Sayyidah Aisyah Radiyallahu ‘Anha. Wallahu A’lam bish Shawab.

Kunjungi laman kami untuk berbagi kegiatan melawan radikalisme dan penguatan pilar kebangsaan

 

Ridwan Bahrudin
Ridwan Bahrudin
Alumni Universitas Al al-Bayt Yordania dan UIN Jakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru