34 C
Jakarta
Array

Belajar Literasi dari Rocky Gerung

Artikel Trending

Belajar Literasi dari Rocky Gerung
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Budaya literasi berupa membaca dan menulis harus menjadi suatu kebiasaan pokok seorang mahasiswa untuk memajukan suatu Negara. Lewat budaya literasi mahasiswa akan terbiasa berfikir kritis terhadap suatu permasalahan yang ada di sekitarnya. Namun, kenyataannya budaya literasi di Negara kita sendiri masih minim. Seseorang lebih memilih untuk menonoton dan mendengarkan lagu daripada membaca dan menulis.

Salah satu penyebab utama rendahnya minat baca mahasiswa adalah tidak adanya motivator yang dapat menumbuhkan semangat literasi mhasiswa. Dosen yang mengajar di kampus umumnya hanya berpedoman kepada silabus pembelajaran. Para dosen hanya berupaya mengejar target pembelajaran yang telah ditetapkan oleh pihak kampus. Mereka hanya menyuruh mahasiswanya membaca buku pelajaran, namun tidak mencontohkan secara langsung pengaplikasiannya.

Pada kuliah umum dalam acara talk show yang berjudul Generasi muda?, Rocky gerung menyampaikan pendapatnya mengenai literasi yang ada di Indonesia. Literasi di Indonesia sedaang terpuruk. Bahkan, dalam acara itu dia mengungkapkan bahwa budaya literasi Indonesia masih kalah maju dengan Negara tetangga kita Vietnam.

Tercatat dalam studi yang dilakukan oleh Most Littered Nation In the World yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada tahun 2016 lalu, Indonesia menduduki peringkat ke 60 dari 61 negara mengenai minata membaca. Indonesia persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61).

Dalam penelitian lain, hasil survei yang dilakukan oleh UNESCO pada tahun 2011 menunjukkan indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, hanya ada satu orang dari 1000 penduduk yang masih mau membaca buku secara serius (tinggi).

Tokoh yang sedang melejit namanya dan sering hadir dalam acara Indonesia Lawyers Club itu, mengkritisi soal budaya generasi muda milenial yang kurang aktif dalam bidang literasi. Padahal, dua puluh persen APBN dialokasikan untuk pendidikan, namun budaya literasi di Indonesia belum juga berkembang.

Justru hal inilah yang seharusnya menjadi pecut bagi generasi milineal untuk meningkatkan semangat membaca. Sudah banyak uang Negara yang dihabiskan untuk kebutuhan pendidikan. Maka tugas kita adalah menjaga bagaimana uang tersebut berguna sesuai fungsinya. Jangan sampai menyia-nyiakan kesempatan yang telah diberikan oleh pemerintah. Menurut Rocky Gerung mahasiswa harus bersikap asimetris bukan bersifat simetris, tugas mahasiswa itu harus membuka legitimasi Negara.

Kemudian Rocky Gerung menyebutkan bahaya besar akibat lemahnya buadaya literasi. Menurutnya, literasi yang lemah dapat mempengaruhi nalar kritis anak bangsa. Maka tidak heran lagi jika kritik terhadap pemerintah dianggap sebagai ujaran kebencian.

Tidak hanya itu, budaya literasi yang rendah juga dapat mempengaruhi kesetabilan Negara. Dengan melemahnya budaya literasi di kalangan mahasiswa, berarti akan semakin berkurang kontribusi yang akan diberikan oleh negaranya. Padahal pendiri bangsa ini sangat banngga terhadap para pemudanya. Semakin kuat para pemuda maka semakin kuatlah Negara tersebut.

Untuk mengatasi masalah ini, tidak bisa dilakukan dengan waktu yang singkat. Perlu adanya tahapan-tahapan yang harus dilalui. Pertama, pemerintah harus merekrut dan memperkerjakan dosen yang berkualitas tinggi. Tidak hanya berkualitas di bidang akdemik, tapi juga harus bisa menjadi motivator penumbuh literasi mahasiswa.

Kedua, mahsiswa harus meningkatkan budaya kritis terhadap suatu permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Menurut Rocky Gerung kritis adalah nafas mahasiswa. Dia menghimbau kepada seluruh mahasiswa untuk meningkatkan literasi saat ini, bukan hanya membaca buku, namun diskusi juga perlu diadakan. Lewat diskusi itu akan timbul perdebatan yang memacu daya keritis mahasiswa.

Mengutip kata-kata dari Cahyana dkk (2017:16) bahwa berfikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan dalam kegiatan seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Dengan demikian kegiatan literasi sangat penting untuk membangun keterampilan berfikir kritis peserta didik.

Ketiga, siapapun yang mendapat kritikan, dia harus membela dirinya dengan argumen-argumen yang logis. Janganlah terlalu cepat mengatakan bahwa sebuah kritikan itu adalah sebuah ujaran kebencian. Tidak semua kritik yang diterima adalah bukti kalau seseorang benci kepada kita. Namun, banyak kritik yang bisa membantu untuk bisa lebih berkembang dari sebelumnya.

[zombify_post]

M. Nur Faizi
M. Nur Faizi
Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Bergiat sebagai reporter di LPM Metamorfosa, Belajar agama di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru