34 C
Jakarta

Belajar Dakwah (Penyangkalan Tudingan Radikal) secara Elegan pada Bulan Ramadhan

Artikel Trending

KhazanahTelaahBelajar Dakwah (Penyangkalan Tudingan Radikal) secara Elegan pada Bulan Ramadhan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Ramadhan memang penuh berkah, banyak sekali kultum yang bisa kita ikuti sebagai sarana menambah pengetahuan, meningkatkan keimanan kita kepada Allah yang bersamaan dengan menahan makan, minum dan hawa nafsu. Melimpahnya ruang belajar agama yang bertebaran di linimasa media sosial, tentu kita sebagai pengguna harus bisa memfilter kajian yang seharusnya diikuti ataupun yang tidak tidak.

Salah satu diskusi spesial ramadhan yang penting untuk disorot adalah yang ditampilkan oleh khilafah chanel beberapa waktu silam yang mengusung tema “Parade Kezaliman Jelang Ramadhan, Indonesia Hendak Dibawa Kemana”. Menarik untuk saya ulas sebagai penonton, pendengar dan orang awam yang berusaha mencari ruang belajar dimanapun dan kapanpun.

Tulisan ini perlu saya cantumkan bahwa tulisan ini tidaklah menjawab niat dan tujuan mengapa diskusi itu digelar, sebab konsep acara secara kompleks dan alasan mengapa acara tersebut digelar dengan niat dari berbagai narasumber yang menyampaikan materi begitu luar biasa saya tidak tahu. Hanya saja saya mencoba menganalisa berbagai statement yang penting untuk digarisbawahi sebagai titik tolak penyangkalan demi penyangkalan yang dilontarkan,  atas kejadian yang terjadi beberapa waktu terakhir dengan strategi dakwah begitu elegan pada bulan ramadhan ini.

Diskusi Apik dengan Pembahasan yang  Kompleks

Diskusi yang dibawakan oleh : Prof. Daniel M. Rosyid, Tengku Zulkarnain, Ust. M. Ismail Yusanto, Dr. Ahmad Yani. MH. dan Munarman MH sukses menyita perhatian publik jika dilihat dari banyaknya penonton dari live streaming youtube yang disertai dengan berbagai komentar-komentar para netizen dari golongannya yang begitu apik.

Jika dilihat dari baground pembicara, kelima tokoh diatas bukanlah orang sembarangan, namanya familiar diberbagai linimasa media sosial dengan spirit perjuangannya dalam menegakkan khilafah di Indonesia. Ini artinya, bisa disimpulkan bahwa materi diskusi tidak jauh-jauh dari materi kenegaraan, sistem pemerintah dan kedzaliman yang dibuat oleh pemerintah.

Benar saja ketika menyimak diskusi yang berlangsung selama 1 jam 46 menit tersebut. Prof Daniel M Rosyid mengawali materi dengan sejarah keislaman yang begitu sempurna dan berakhir pada kesimpulan bahwa negara Indonesia ditumpangi oleh kepentingan sekuler kiri yang memanfaatkan agenda China di Nusantara dan sekuler kanan (radikal) yang secara berdikari hadir di Indonesia.

Ia sampai pada kesimpulan bahwa sejarah berdirinya Indonesia tidak lepas dari peran cendekiawan muslim. Maka dari itu, agenda ke depan adalah bagaimana menghidupkan agenda Islam sebagai langkah baru menuju Indonesia dimasa yang akan datang. Ini sangat progresif sekali dalam melihat Indonesia dimasa yang akan datang dengan berbagai tantangan yang ada.

BACA JUGA  Menerapkan Sikap Toleran dalam Menghadapi Pemilu

Teori kapitalisme yang dibawa oleh Karl Marx atas kaum elit yang berkuasa di Indonesia, kemudian bisa membeli kebijakan yang diterapkan di Indonesia, dan akhirnya menimbulkan ketidakadilan.  Itulah yang sebenarnya membuat Indonesia saat ini tidak jelas dan menjadi hancur.

Maka tidak salah ketika pasal yang dikenakan kepada HRS sangat tidak masuk aka, sedangkan pada kasus yang lain, seperti korupsi dll tidak seperti kasus HRS. Ini adalah bentuk kezaliman, bukanlah radikalisme yang menghancurkan, akan tetapi kaum elit itu sendiri. Penjelasan diatas disamppaikan oleh Tengku Zulkarnain dan Ismail.

Bagaimana seharusnya kita?

Pertanyaan ini selalu muncul dalam benak saya ketika mendengarkan, belajar dari berbagai ruang diskusi yang menyajikan pola keislaman dan kenegaraan yang berbeda dibandingkan dengan ulama-ulama yang justru sudah final dalam pembahasan  relasi Islam dan negara. Namun, term yang saya maksud final bukan hendak meniadakan kritik kepada berbagai kebijakan pemerintah yang selama ini ada.

Misalnya dalam berbagai kasus yang terjadi, seperti SKB 3 Menteri, Penghilangan frasa agama pada peta jalan pendidikan, hilangnya pancasila dalam kurikulum seperti yang disinggung oleh para pemateri dalam diskusi tersebut. Permasalahan itu tidaklah luput dari berbagai kritikan dan masukkan olah para ulama yang senantiasa mengkawal masa depan Indonesia.

Hal yang wajib dipahami bahwa, sekalipun kritik itu terus digencarkan, tidaklah kemudian ulama-ulama kita menjadikan kenyataan tersebut sebagai alasan mengapa sistem khilafah wajib ditegakkan sebagai solusi dari rezim zalim yang disampaikan oleh para pemateri pada diskusi.

Agenda-agenda Islam yang kita pahami selama ini sebagai bangsa yang berhimpun di negara Indonesia yang diajarkan oleh para ulama kita sejak kecil, tetaplah pada ajaran untuk terus merekatkan hubungan persatuan dan kesatuan dalam negara majemuk Indonesia. Sekalipun tantangan tersebut berasal dari berbagai kebijakan pemerintah yang dirasa denial, ataupun premature.

Menjadi cacat tatkala berakhir pada kesimpulan bahwa sistem khilafah adalah sistem yang terbaik ditegakkan di negara Indonesia Indonesia dengan berbagai alasan kebobrokan yang ditampilkan oleh para pemangku kebijakan.

 

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru