25.6 C
Jakarta

Bela Palestina Lawan Israel, Yes! Bela HTI Tegakkan Khilafah, No!

Artikel Trending

Milenial IslamBela Palestina Lawan Israel, Yes! Bela HTI Tegakkan Khilafah, No!
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Ratusan massa dari Forum Ulama, Tokoh, dan Advokat (FUTA) Jawa Barat menggelar Aksi Bela Perjuangan Rafah-Gaza Palestina di depan Gedung Sate, Bandung, Jumat (31/5) kemarin. Aksi tersebut menuntut para penguasa negeri Muslim, termasuk Indonesia, mengirimkan tentaranya untuk mengusir zionis Yahudi dari tanah Palestina, dan menolak solusi dua negara (two state solution) yang ditawarkan sejumlah pihak.

Sehari setelahnya, Sabtu (1/6), ribuan Muslim kembali mengikuti Aksi Bela Palestina di depan Kedutaan Besar AS, Jakarta, menyerukan boikot semua produk pro-Israel. Para demonstran membawa dan mengenakan sejumlah atribut Palestina, mulai dari bendera, bandana, topi, dan syal. Mereka menggaungkan seruan “bebaskan Palestina”, yang hingga ini terus digenosida oleh Zionis Israel.

Pada hari yang sama yakni 1 Juni, di Masjid Istiqlal, saya sendiri juga mengikuti diskusi publik bertajuk “Sikap Kita dalam Mendukung Palestina” yang dihadiri sejumlah tokoh, seperti Quraish Shihab, Nasaruddin Umar, Abdul Kadir Jailani (Kemlu RI), Husein Ja’far Al Hadar, dan lainnya. Palestina memang wajib dibela. Genosida oleh Israel harus dihentikan, dan semua tindakan Zionis adalah sesuatu yang mesti dilawan bersama.

Artinya, terhadap gagasan atau sikap membela Palestina dan melawan Israel, kita semua harus satu kata: “Yes!”. Tetapi ketiga aksi di atas, sekalipun cita-citanya membela Palestina, ternyata ada yang ditunggangi ormas terlarang, yakni HTI, yaitu aksi yang terjadi di Bandung. Bukan bendera Palestina yang dikibarkan demonstran, justru bendera HTI dan bertuliskan jargon yang besar sekali: “Solusi Palestina adalah Jihad dan Khilafah”.

Terhadap gagasan dan sikap semacam itu, maka kita semua harus satu kata: “No!”. Membela Palestina adalah keharusan, tanggung jawab moral dan kemanusiaan. Namun demikian, kita juga mesti waspada dengan HTI yang menunggangi Palestina untuk mempropagandakan khilafah mereka. Masyarakat harus paham bahwa membela Palestina adalah satu hal, dan menegakkan khilafah adalah hal lainnya. Keduanya berbeda.

HTI Menunggangi Palestina

Secara historis, Hizbut Tahrir memang lahir dari rahim Palestina. Hizbut Tahrir adalah gerakan politik pembebasan yang didirikan oleh teolog Palestina, Taqiuddin al-Nabhani, pada 1953 di Yerusalem, yang pada saat itu merupakan bagian dari Yordania setelah Perang Arab-Israel 1948. Menariknya, tahun “1953” itu persis lima ratus tahun atau lima abad pasca-penaklukan Konstantinopel—tahun 1453.

Jadi setelah Perang Dunia II dan pembagian Palestina, serta pembentukan negara Israel oleh Inggris pada tahun 1948, banyak negara di Timur Tengah mengalami instabilitas sosial-politik. Dalam situasi itulah, Hizbut Tahrir didirikan, dengan tujuan ideologis yang jelas: mengembalikan khilafah islamiah, yakni khilafah sebagai sistem pemerintahan, dan menolak nasionalisme, demokrasi, dan sistem negara bangsa (nation-state).

BACA JUGA  Salam Lintas Agama Itu Menyatukan, Bukan Memecah-Belah Bangsa

Sejak awal Reformasi hingga ditetapkan sebagai ormas terlarang pada 2017, HTI sudah melakukan banyak aksi. Mereka juga kuat secara pendanaan, serta telah memiliki beberapa organisasi cabang/afiliasi bahkan yayasan pendidikan. Pasca-pelarangan, HTI tidak lagi menunjukkan eksistensinya secara terang-terangan. Mereka memilih memakai nama kamuflase, seperti FUTA pada demonstrasi di Bandung kemarin.

HTI juga tidak lagi melakukan aksi demonstrasi secara bebas sebagaimana dulu, tetapi memanfaatkan berbagai momentum sebagai sarana propaganda. Ada kasus apa pun di negara ini, HTI akan hadir menungganginya—dengan dalih bela Islam, bela umat, dan lainnya. Isu Palestina pun kemudian juga ditunggangi. Namun apakah mereka benar-benar membela Palestina? Tidak. Mereka justru mempromosikan khilafah.

Konflik Palestina bagi HTI sejatinya tidak penting. Bagi mereka, yang terpenting adalah mempromosikan khilafah tanpa henti. Lihat saja spanduk yang mereka bawa, semua tuntutannya mustahil. Misalnya, menolak two state solution yang notabene solusi paling realistis hari ini. Artinya, yang HTI inginkan adalah tegaknya khilafah, sementara Palestina hanya tunggangan belaka. Itulah mengapa Indonesia harus waspada.

Indonesia Wajib Waspada Khilafah

Bela Palestina lawan Israel, yes! Bela HTI tegakkan khilafah, no! maksudnya adalah kritik terhadap krisis moral aktivis khilafah. Untuk kemerdekaan Palestina, semua kemungkinan harus dilakukan. Inti dari perjuangan Palestina hari ini adalah menyudahi genosida yang dilakukan Israel. Tetapi itu mustahil jika yang dituntut adalah menegakkan khilafah dan menolak two state solution. Apakah HTI mengira bisa mengusir Israel? Naif.

HTI menunggangi Palestina dan itu harus kita tolak. Namun bukan berarti perjuangan untuk kemerdekaan Palestina harus dijauhi, justru harus semakin digalakkan. Media sosial harus dimanfaatkan untuk membangun solidaritas nasional dan internasional dalam membela Palestina. Tetapi kita juga mesti waspada dari pihak-pihak yang memanfaatkan konflik Palestina untuk agenda ideologis, baik jihad maupun tegakkan khilafah.

Menegakkan khilafah di negara ini memang mustahil. Tetapi propagandanya tidak akan berkesudahan. HTI akan melakukan segala cara untuk menghasut masyarakat agar anti-NKRI, anti-Pancasila, dan benci demokrasi. Maka, dalam hal ini, Indonesia memiliki tanggung jawab ganda: memperjuangkan kemerdekaan Palestina dan melawan Israel di satu sisi, serta menjaga kedaulatan Indonesia dari HTI dan propaganda khilafah di sisi lainnya.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru