27.4 C
Jakarta
Array

Basis Dakwah Aswaja ala Mahasiswa

Artikel Trending

Basis Dakwah Aswaja ala Mahasiswa
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF
Sebagai bagian garis manifesto perjuangan Nahdlatul Ulama (NU), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan pewaris tahta penyebaran ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah yang bergerak di tataran kampus.  Peran besar ini bertanggung jawab dalam memproyeksikan narasi besar memperjuankan Izzul Islam Wal Muslimin. Sebagaimana PMII diejawantahkan sebagai lokomotif pemberdaya dan pelestari nilai-nilai islam yang tersublimasi dalam kerangka Ahlu Sunnah Wal Jama’ah. Bahkan dimanapun tempat kuliahnya, baik kampus umum (seculer) maupun religi yang berbasis atribut agama (UIN/IAIN/Pesantren) amanah PMII dalam melestrikan sesuatu yang terangkai dalam bingkai “Al Muhaafadotu Alal Qadimis Shalih, wal Akhdu bil Jadidil Aslah” haruslah massif digerakkan. Unsur utama sikap yang mencirikan karakter Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah mempraktikkan spirit “4 “T” yaitu, at Tasamuh, At Ta’adul, At Tawazun, at Tawassut dalam hubungannya bermasyarakat di dunia kampus. 
Secara sistemik, PMII dihembuskan pasca proses ideologisasi untuk mengorganisir aspek wacana maupun praksis konsepsi Ahlussunnah Wal Jama’ah ke wilayah diskursif dan amaliyah dengan varian yang melihat antropologi kampus yang ada. Ini menjadi sangat penting, manakala kampus yang dijadikan bidikan strategis adalah kampus umum. Dikatakan penting, karena ibarat hutan yang penuh semak belukar dan karakter hewan yang buas, maka PMII haruslah membabat hutan tersebut kemudian didesain oleh kebangunan yang bernafaskan islam yang ramah dan manusiawi, Rahmatan Lil A’Lamin
Belum lagi akhir-akhir ini, di sebagian kampus umum menjadi bidikan munculnya gerakan-gerakan islam radikal untuk mensuplay ajaran yang bercorak formalistik dan menghendaki cara beragama yang kaku, Wajah Islam yang ramah, oleh mereka sengaja di Fashion-kan menjadi Islam yang berwajah buram, kasar, dan penuh amarah, bahkan teroris yang jauh dari visi dan misi ajaran Islam itu sendiri. Di sinilah peranan PMII sebagai organisasi kaderisasi dan toggak estafet bangsa berfungsi sebagai benteng gerakan-gerakan radikal yang sudah mulai menjamur di kampus-kampus umum di Indonesia. Hadirnya radikalisme berkedok agama dan intoleransi dengan garang menunjukkan keberadaannya adalah dinamika mempertahankan paham Ahlussunnah Wal Jama’ah dan membentengi masyarakat dari radikalisme agama adalah tugas dan tanggung jawab bersama dalam menjaga keutuhan NKRI yang susah payah dibangun oleh ulama-ulama kita, khususnya untuk kader-kader PMII. 
Pendudukan dan ASWAJA (Isasi) 
Langkah perubahan tidak kudu didemonstrasikan dengan langkah-langkah yang besar dan terburu-buru, dengan hal yang sederhana perubahan itu berawal, kader PMII mengawali cara yang memiliki action menarik, namun tidak terkesan menjemukan untuk menyebarkan dan membentengi ajaran Ahlu Sunnah Wal jamaah di kampus umum. 
Pertama, Menguasai/menduduki organisasi intra kampus. Sejak dini sangat penting, ditanamkan jiwa kepemimpin dan metodik mengorganisir massa di PMII, sebagai bentuk fitrah bahwa setiap manusia adalah pemimpin, sehingga tidak ada hal yang mustahil dan dipertentangkan apabila mahasiswa-mahasiswa NU (PMII) kemudian menjajaki organisasi intra kampus seperti Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Sebab, dengan pendudukan kekuasaan, dengan mudah autority untuk membidik kegiatan bernafaskan ASWAJA dapat semarak. Sedangkan, Sikap apatis terhadap proses pergolakan kampus akan semakin memberikan kesempatan pihak-pihak lain untuk menempati posisi-posisi strategis yang ada di kampus.
Kedua, membentuk Group Discussion Aswaja di kampus. Ini sangat penting sekali, apalagi jika diterapkan di kampus-kampus umum dengan mengundang tokoh-tokoh yang kompeten tentang pemikiran Islam (Aswaja) guna membentengi dan menggaet mahasiswa dan akademisi kampus dengan doktrin Islam Aswaja. Maka dengan begitu, akan  terbentuk suasana yang diskursif kajian-kajian ASWAJA. 
Ketiga, menguasai Lembaga Pers Mahasiswa kampus (LPM). Sebagai wadah yang konsen di media, menjadi penting dijadikan wilayah strategis untuk bilamana ada kajian ke-Aswaja-an yang dilakukan akan di mediakan(berita). Sehingga kajian-kajian yang mewarnai kampus  datang dari ajaran Aswaja sendiri, tidak lagi mengusung tulisan-tulisan yang bernada tidak moderat, bahkan terkesan memasung toleranasi yang merupakan backgaround dari radikalisme fundamentalis.
Berdasarkan tiga hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa PMII adalah basis dakwah Aswaja bagi kalangan mahasiswa. Jika ketiga segmintsi kampus tersebut berhasil diraih oleh kader-kader PMII, maka tak dinyana nilai-nilai ajaran islam Ahlussunnah Wal Jama’ah akan menghiasi wajah kampus-kampus tersebut. Bahkan sampai pada tataran tingkat kampus umum sekalipun, PMII memiliki peranata sentral untuk menggabah seluruh tatan perwajahan mahasiswa menjadi Aswaja sentris. Dan pada kesempatan itu, hal yang perlu diperhatikan adalah tetap jeli dan strategik menyesuaikan dengan tipologi dan antropologi kampus itu sendiri.
*Rifan Anshori. Kader kultural PMII UNIJA Sumenep. Alumni Pesantren Salafiyah Syafiiyah, Sukerejo

[zombify_post]

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru