33 C
Jakarta

Bagaimana Islam dan Pancasila Mengatasi Korban Covid 19?

Artikel Trending

Milenial IslamBagaimana Islam dan Pancasila Mengatasi Korban Covid 19?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Positif korban Covid 19 belakangan ini melonjak drastis hingga banyak yang meninggal dunia. Tidak sedikit di kalangan masyarakat, yang menolak penguburan korban virus corona. Tampaknya Covid 19 diciptakan untuk merusak keberagaman, mengikis keimanan umat Islam, dan militansi pada Pancasila.

Tanda-tanda berislam tanpa Pancasila kita telah menemukan problem kemanusiaan dan masyarakat hanya takut pada Covid 19, termasuk korbannya yang meninggal. Waspada virus corona mungkin ada benarnya. Namun, ketika menolak penguburan korban yang meninggal dunia itulah intoleransi manusia.

Prilaku toleransi dan kemanusiaan kita telah hilang tanpa ada rasa peduli atas hak-haknya sebagai umat beragama. Fenomena ini terjadi di pelbagai daerah banyak mobil ambulan yang dilempari batu dan lain sebagainya. Apakah kita merasa menjadi umat beragama yang paling benar di dunia ini?

Jika itu faktanya, maka kita lebih brutal dari pada aksi radikal dan teroris yang telah sadar dan berhijrah demi agama dan kemanusiaan. Ternyata keyakinan sebagian kaum mayoritas dan minoritas pada agama itu dangkal akibat invasi Covid 19 semata-mata bukan menyerang kesehatan, tetapi ideologi dan agama.

Di sisi lain, serangan pada agama mampu membuat masyarakat kita takut bukan tabayun. Sedangkan serangan pada ideologi tanpa merubah prilaku toleransi dan kemanusiaan kembali pancaroba. Terutama segelintir umat Islam yang masih ikut-ikutan menebar rasa takut itulah tidak jauh beda dengan paham terorime.

Keimanan kita pada agama dan Pancasila ternyata bukanlah fiksi. Setelah sekian lama viru corona berkembang dari Wuhan China hingga Indonesia. Itulah ujian dari Tuhan yang Maha Esa mencoba sejauh mana soliditas umat beragama di Indonesia pada persatuan agama dan keyakinan ideologi Pancasila.

Islam dan Pancasila Melawan Covid 19

Era pandemi menciptakan wabah yang mematikan dan membuat situasi dunia darurat. Parahnya, ekspresi masyarakat terlihat takut besar-besaran. Ihwal yang menghantui masyarakat karena tidak beragama dan berislam sebagaimana identitas keindonesiaan. Identitas ini adalah mengamalkan Pancasila.

Islam dan Pancasila bukan berarti membuat kita takut mati. Akan tetapi, memotivasi hidup kita untuk menjadi pahlawan atau volunteer toleransi dan kemanusiaan. Karena itu, hanya prilaku ini yang mendorong kita untuk menjaga kesehatan dan keselamatan masyarakat luas dari ancaman Covid 19.

Paling penting, ketika hidupnya kita dalam beragama dan berislam atas dasar Pancasila menumbuhkan semangat air mata keteladanan di tengah tragedi kemanusiaan. Sumber keteladanan berislam dan berpancasila itu masih jauh dari pengamalan masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi multikulturalisme.

Pun kehidupan sosial yang masih problematik karena virus corona mempengaruhi nurani keagamaan dan kemanusiaan masyarakat Indonesia. Maka dari itu, masalah-masalah darurat seperti wabah Covid 19 perlu direspon dengan pemikiran-pemikiran agama dan sejauh mana kita berpancasila.

BACA JUGA  Konsistensi Perjuangan Melawan Radikalisme

Jika semua saling menyalahkan, maka tidak akan ada solusi yang bisa ditawarkan. Yang ada hanyalah timbul perpecahan pada komitmen persatuan dan persaudaraan. Untuk itu, Islam dan Pancasila setidaknya adalah sumber untuk mengatasi sekelumit masalah kesehatan yang terjadi masif dan darurat.

Lemahnya keimanan segelintir umat Islam telah membuat kita berontak dan protes pada negara Pancasila. Dalam konteks ini, ternyata masih ada yang belum kunjung menyatukan pikirannya bahwa hidup berislam tanpa Pancasila akan timbul prilaku intoleransi dan sikap tidak manusiawi.

Jalan Alternatif

Hubungan Islam dan Pancasila membangun konstruksi fenomena Covid 19 dalam format toleransi dan kemanusiaan. Dalam konteks ini, keindonesiaan dan keislaman meramu kehidupan yang intoleran menjadi sadar akan kemanusiaan. Utamanya, menghargai perbedaan keyakinan maupun aliran.

Secara kompleks Islam agama rahmatan lil ‘alamin yang dapat mewujudkan keselamatan umat manusia dari ancaman virus corona. Begitu juga Pancasila, nilai-nilainya tentu bermuara pada prilaku kesadaran kemanusiaan. Dua hal ini, momentum terbaik untu menata kehidupan beragama dan bernegara.

Atas dasar itu, firman Tuhan dalam QS. al-Mumtahanah: 8. “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang adil.”

Sumber kitabullah itu obat paling mujarab dalam keberislaman kaum mayoritas dalam upaya melawan bahaya Covid 19. Inilah pelajaran substantif bagi kita selaku umat beragama untuk meningkatkan rasa ketakwaan pada Tuhan dan mengamalkan nilai-nilai kemanusiaan Pancasila.

Alhasil, dengan keyakinan umat Islam dan teguh Pancasila kehidupan kita selamat dari bahaya wabah corona. Lebih-lebih dari bahaya intoleransi, radikalisme dan terorisme. Di mana Pancasila sebagai esensi kemanusiaan yang telah menyadarkan kita untuk berprilaku baik, sopan dan santun.

Tidak hanya kaum mayoritas, tetapi juga kaum minoritas perlu mengamalkan pandangan al-Qusyairi, salah seorang pakar tasawuf “Siapapun mereka yang memilik akhlak yang baik atau bersikap lembut kepada orang-orang muslim, maka orang-orang muslim diperintahkan untuk bersikap baik dan penuh toleransi kepada mereka.”(Abdul Muqsith Ghazali, dkk: 2016)

Perspektif ahli tasawuf ini meneguhkan bahwa Islam dan Pancasila mengajarkan kaum mayoritas dan minoritas untuk mentoleransi dan bersikap manusiawi dalam melawan Covid 19. Khususnya bagi korban yang telah meninggal untuk tidak lagi menolak pelaksanaan penguburan  jenazah tersebut.

Hasin Abdullah
Hasin Abdullahhttp://www.gagasahukum.hasinabdullah.com
Peneliti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru