25.3 C
Jakarta

Ayo Jihad: Uji Validitas Jihad Wahabi dan Kelompok Radikal yang Lain

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanAyo Jihad: Uji Validitas Jihad Wahabi dan Kelompok Radikal yang Lain
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Apa itu jihad? Pertanyaan ini mungkin sudah tidak asing lagi. Tapi, melalui pertanyaan ini saya coba mulai tulisan ini. Jihad memiliki definisi atau pemahaman yang berbeda-beda dilihat dari sudut pandangnya. Kelompok Sunni, semisal Prof. Quraish Shihab memahami jihad sesuai dengan potensi pelakunya. Seorang pelajar jihadnya adalah menuntaskan studinya. Seorang pekerja jihadnya mengentaskan kemiskinan. Seorang polisi jihadnya menjaga keamanan. Dan seterusnya.

Jihad bagi kelompok di luar Sunni, sebut saja kelompok radikalis, jihadnya mengkafirkan orang lain yang pro-negara demokrasi dan anti-khilafah. Bahkan, jihad kelompok teroris adalah melakukan tindakan pengeboman yang membahayakan jiwa si pelaku dan orang lain. Lalu, bagaimana jihad Wahabi? Wahabi sederhananya adalah kelompok puritan dan eksklusif. Jelas, jihad mereka tidak jauh berbeda dengan jihad kelompok radikal. Mereka kalau tidak mengkafirkan orang, mengarahkan orang melakukan tindakan pidana.

Jihad dalam beberapa pandangan pakar dipilah menjadi dua bagian: jihad al-akbar (jihad besar) dan jihad al-ashghar (jihad kecil). Jihad besar adalah jihad melawan hawa nafsu. Hawa nafsu menjadi objek jihad pertama ini karena ia bersemayam di dalam diri semua manusia. Bahkan, kata Imam Ghazali, nafsu adalah musuh yang dicintai. Sangat susah dikalahkan. Karena, cintanya yang menjadi tameng. Berbeda dengan jihad kecil yang bentuknya cukup luas, yaitu sesuatu yang ada di luar diri manusia. Semisal, jihad melawan Wahabisme dan lain sebagainya.

Penting digarisbawahi bahwa masing-masing jihad tersebut memiliki subjek yang berbeda-beda. Jihad akbar subjeknya adalah diri masing-masing. Dalam konteks ini kelompok Wahabi hendaknya berjihad terlebih dahulu mengalahkan hawa nafsunya sebelum berjihad memerangi orang lain. Faktanya, mereka lebih banyak melihat ke luar daripada melihat ke dalam. Mereka lebih silau dengan pencapaian orang lain. Sementara, mereka lupa mengurus diri sendiri.

Akibatnya banyak kelompok Wahabi yang gagal jihadnya. Kata pepatah, mereka bagaikan tong kosong nyaring bunyinya. Mereka cukup vokal berbicara agama. Saking vokalnya, mereka sombong bahwa kebenaran adalah apa yang mereka sampaikan, sementara argumen orang lain diklaim sesat bin kafir. Sungguh sangat lucu klaim radikal mereka. Sebegitu mudahnya klaim kafir menjadi umpatannya. Padahal, Nabi mengingatkan, “Siapa saja yang mengkafirkan orang, sementara yang dituduh tidak kafir, maka klaim itu kembali kepada si penuduh.”

BACA JUGA  Hal-Hal yang Hanya Dapat Anda Lihat Menjelang Lebaran, Apa Itu?

Dalam konteks melawan Wahabi dan kelompok radikal yang lain, jihad kecil subjeknya adalah orang lain di luar mereka. Yang jelas mereka adalah kelompok moderat yang berusaha mengembalikan pemahaman yang diubah orang Wahabi dan menyelamatkan bangsa dari tindakan terorisme. Bisa jadi kelompok moderat melakukan kontra narasi sebab itu kemampuannya. Bisa juga dengan melakukan tindakan pengamanan di balik jeruji besi karena jihadisnya adalah pihak kepolisian.

Maka dari itu, jihad memiliki ruang lingkup yang luas dan tidak terbatas. Jihad tidak melulu dibatasi dengan perang sebagaimana yang dipahami Wahabi. Jihad harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Indonesia bukan negara konflik, jadi jihadnya bukan perang mengangkat senjata, melainkan perang melawan kebodohan agar tidak terjebak propaganda paham sesat seperti Wahabi. Jihad perang hanya dilakukan di Indonesia pada masa dulu saat negera ini sedang dikuasai oleh penjajah.

Wahabi dan kelompok radikal lainnya yang membatasi jihad dengan perang mengangkat senjata jelas kekeliruan mereka dalam memahami makna jihad. Mereka harus banyak belajar lagi tentang konsep jihad yang benar. Ingat, jihad yang benar akan selalu menghadirkan kemaslahatan, dan menolak kemafsadatan. Pertanyaannya, apakah jihad Wahabi dan kelompok radikal lainnya sudah sesuai dengan nilai-nilai positif jihad? Sejauh ini Wahabi dan kelompok radikal yang lain hanya membawa problem/mafsadat di Indonesia, jadi perjuangan mereka tidak dapat dinilai sebagai jihad. Lalu, sebagai apa? Bisa jadi sebagai pemberontakan saja.

Sebagai penutup, tidak semua orang yang meneriakkan “Ayo jihad” disebut dengan jihadis. Mereka kebanyakan pemberontak yang bersembunyi di balik istilah jihad. Mereka gunakan istilah jihad agar gerakan mereka diterima oleh umat. Atau mereka hanya ingin membodoh-bodohi umat saja. Sehingga, umat yang tidak mendalam pengetahuannya akan mudah terjebak propagandanya, dan mereka menjadi orang yang tersesat. Mungkin itulah orang yang tersesat yang disinggung dalam penutup surah al-Fatihah? Wa Allahu A’lam.[] Shallallahu ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru