26.1 C
Jakarta

Antara Umat Muhammad ﷺ dan Umat Terdahulu (Bagian II)

Artikel Trending

Asas-asas IslamSirah NabawiyahAntara Umat Muhammad ﷺ dan Umat Terdahulu (Bagian II)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF
  1. Penyamarataan hukum kishos antara yang sengaja dan tidak di sengaja.

Ketentuan hukum kishos bagi umat muhammad yaitu ketika seorang membunuh atau melukai orang lain secara sengaja, maka dia akan dibunuh juga atau dilukai juga sama seperti korbannya, namun apabila pelaku mendapat maaf dari pihak keluarga korban, maka dia tidak di kishos dan hanya diwajibkan membayar denda. Dan apabila dia membunuh atau melukai namun tidak ada unsur kesengajaan seperti kecelakaan atau lainnya, maka dia tidak di kishos dan hanya membayar denda saja. Maka dapat dilihat bahwa ketentuan hukum ini berlaku sesuai motif dari si pelaku.

Berbeda halnya dengan umat terdahulu, ketika seorang diantara mereka membunuh atau melukai orang lain, baik sengaja maupun tidak sengaja, di maafkan pihak keluarga korban ataupun tidak, maka hukumannya tetap sama yaitu dibunuh juga bagi yang membunuh dan dilukai juga sesuai ketentuan bagi yang melukai.

2. Bertaubat dengan cara bunuh diri.

Kasih dan sayang Alloh SAW bagi umat muhammad sungguh sangat berlebih dan tumpah ruah. Sehingga jika ada diantara mereka yang bermaksiat dan dosa sebesar apapun kesalahannya, maka cukup bagi mereka bertaubat dan beristigfar dengan bersungguh-sungguh sudah mendapat ampunan dari Alloh SWT. Serta batasan mereka untuk bertaubat yaitu selama nyawa masih belum sampai pada tenggorkan, Alloh masih mengampuni dan menerima tobatnya.

Namun untuk umat terdahulu, tidak serta merta mereka mendapat ampunan Alloh SWT. ketika diantara mereka ada yang berkubang dalam maksiat dan dosa kemudian ingin bertaubat maka cara taubat mereka harus membunuh diri mereka sendiri baru taubatnya diterima disisi Alloh SWT. Bahkan batas masa taubat mereka satu tahun sebelum kematian mereka baru bertaubat, maka taubatnya sudah tidak diterima disisi Alloh SWT.

3. Ditampakkannya maksiat yang di lakukan.

Umat terdahulu, ketika seorang diantara mereka berbuat maksiat atau dosa ,maka Alloh akan mengutus malaikat untuk menulis di depan pintu rumah mereka sesuai dosa yang dilakukan sehingga akan tampak tulisan pada pintu rumah “si pencuri”, “si perampok”, “si pemabuk”, dan lain sebagainya. Maka pada pagi harinya para tetangganya dapat melihat dan mengetahui maksiat yang dilakukan oleh orang tersebut.

Tetapi untuk umat muhammad, Alloh SWT senantiasa menutupi dan menyembunyikan aib hambanya selama bukan ia sendiri yang membukanya. Sehinnga tidak ada yang tau maksiat yang ia perbuat dan menjadi rahasia antara ia dengan Alloh saja. Oleh karnanya Alloh sangat membenci para pelaku maksiat yang dengan bangga menampakkan dan menceritakan maksiat yang ia lakukan kepada orang lain.

BACA JUGA  Ini 8 Pesan Penting Khutbah Ramadhan Rasulullah

4. Di hisabnya maksiat yang dilakukan maupun yang hanya sebatas siratan hati.

Dikisahkan dalam satu riwayat bahwasanya para umat terdahulu ketika datang kepada mereka serang rosul untuk menyebarkan agama alloh membawa ketentuan hukum syariat. Maka turunlah wahyu kepada seorang rosul tersebut bahwasanya alloh SWA akan menghisab setiap perbuatan maksiat hambanya baik yang dilakukan maupun yang hanya sebatas siratan hatinya saja. Maka wahyu inipun kemudian dikabarkan kepada umatnya oleh rosul tersebut. Kemudian ketika para umatnya mendengar perihal ketentuan ini mereka berkata “ apakah kami juga akan dihisab terhadap maksiat yang hanya tersirat di hati kami tanpa kami mengerjakannya?” maka merekapun ingkar dan membangkang dengan perkataan “ sami’na wa asoina” cukuplah kami mendengar saja namun kami tidak mau patuh dan tunduk. Maka ahirnya Alloh pun tambah memberatkan ketentuan ini sebagai balasan karna mereka membangkang. Maka ketika ketentuan yang sama ini turun kepada nabi muhammad dan kemudian beliau mengabarkannya kepada para sahabat mereka kemudian menjawab “ sami’na wa ato’na” kami mendengar dan bersiap patuh dan tunduk, tanda kepasrahan mereka yang luarbiasa kepada tuhannya. Maka karna kepatuhan inilah Alloh kemudian mencabut ketentuan yang berat ini dan di ganti dengan ketentuan yang memudahkan dan bahkan lebih kasih sayang. Sebagaimana di terangkan dalam sebuah hadis bahwa barangsiapa berniat melakukan suatu kebaikan namun tidak ia kerjakan maka ia akan mendapatkan satu pahala, dan barangsiapa yang berniat suatu kebaikan dan ia mengerjakannya maka ia mendapat sepuluh pahala. Sebaliknya barangsiapa yang berniat suatu keburukan sedangkan ia tidak mengerjakannya maka ia mendapat satu pahala, dan barangsiapa berniat suatu keburukan dan ia mengerjakannya maka ia hanya akan ditulis satu dosa saja. Maka perhatikanlah bagaimana kasih sayang Alloh bagi umat muhammad berkat ketunduk patuhan mereka ini.  

5. Di hisabnya suatu maksiat yang dilakukan dalam keadaan lalai dan lupa.

Alloh SWT menentapkan suatu ketentuan syariat yang berisi kewajiban dan larangan yang harus di patuhi oleh segenap hambanya. Dan barang siapa yang melanggarnya secara sengaja, maka Alloh akan menghisabnya nanti di hari kiamat. Namun bagi umat muhammad, ketika mereka melanggar aturan Alloh dalam keadalan lalai dan lupa ataupun tanpa unsur kesengajaan maka Alloh tidak akan mencatatnya sebagai berbuatan maksiat. Berbeda halnya dengan umat terdahulu, segala berbuatan mereka yang melanggar aturan Alloh baik yang sengaja maupun tidak di sengaja baik yang lupa ataupun di ingat, maka Alloh tetap akan mencatatnya sebagai perbuatan maksiat dan akan menghisabnya di hari kiamat nanti.

Ahmad Hilmi Aziz

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru