29.7 C
Jakarta

Bagaimana Islam Menyikapi Kontroversi kata Anjay?

Artikel Trending

Asas-asas IslamSyariahBagaimana Islam Menyikapi Kontroversi kata Anjay?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Saat ini dunia medsos kita kembali dihebohkan dengan viralnya kata “anjay”. Viralnya kata ini diawali dengan munculnya surat edaran Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) yang melarang penggunaan kata anjay untuk membullying anak-anak. Namun demikian, tanpa memperhatikan konteksnya dan gagal pahamnya penggunaan kata ini, akhirnya kata ini malah digunakan netizen untuk membullying Komnas PA.

Para netizen banyak yang mempersoalkan penggunaan kata anjay ini. Memang dalam penggunaan sehari-harinya, kata anjay ini bisa mengacu dua makna, yang pertama adalah kekaguman dan yang kedua adalah umpatan dengan menyebut nama hewan yang diperhalus.

Untuk makna yang pertama bisa dipahami ketika kita melihat pemain bola yang bisa mencetak hattrik dalam waktu sepuluh menit, lalu kita berkata “Anjay, hebat benar pemain ini”. Penggunaan kata anjay disini bukan maksud membully tapi menunjukan kata kekaguman. Sedangkan untuk makna yang kedua bisa dipahami ketika ada seseorang yang geram melihat orang yang melakukan teror kepada para anak-anak, seraya berseloroh “Anjay, dasar orang tidak punya logika”.

Gagal paham Komnas PA yang hanya memahami penggunaan kata anjay untuk bullying dan kemenangan para netizen yang kembali membully tanpa mengetahui konteksnya menyadarkan kita kepada jerat-jerat Islam radikal dalam konteks keagamaan.

Jerat-jerat Islam radikal ini muncul akibat tidak mau memahami konteks dan memaksakan kehendak agar orang lain satu pemahaman. Abai terhadap keragaman makna dan pemahaman ini bisa menjadi awal dari jerat menjadi Islam radikal.

Pemaksaan kehendak penggunaan kata anjay hanya untuk makna membullying saja dan tanpa mau menggunakan kata tersebut untuk makna kekaguman menunjukan bahwa seseorang telah mulai terpapar paham radikal. Hal yang sama juga dalam permasalahan keagamaan Islam, jika seseorang hanya mau mengakui pahamnya sendiri saja dan tidak mau menghargai keragaman pemahaman keagamaan adalah jerat awal menjadi Islam radikal.

BACA JUGA  Pergi Ke Pengajian Dengan Pacar, Bolehkah?

Jerat Islam Radikal dan Istilah Anjay 

Dari kasus viralnya kata anjay ini, kita bisa belajar bahwa jerat awal Islam Radikal berkembang di masyarakat adalah karena tidak mau memahami konteks ajaran Islam dan mengklaim kebenaran tunggal ajaran keagamaanya. Orang yang gagal memahami konteks ajaran Islam bisa dipastikan akan terjerat kedalam Islam radikal dan orang yang hanya bisa mengklaim kebenaran tunggal pasti akan menimbulkan kegaduhan.

Oleh karena yang demikian maka penting rasanya untuk seseorang untuk bisa memahami konteks ajaran Islam diberlakukan. Orang yang sudah bisa memahami konteks ajaran Islam biasanya akan terhindar dari jerat Islam radikal dan akan selalu menjunjung moderatisme Islam.

Sebagaimana contoh orang yang telah terjerat paham Islam radikal adalah orang yang telah menggangab bahwa non-muslim adalah musuh Islam, sehingga mereka mau mau mengebom geraja dan tidak mengharagi agama lain. Mereka juga mengatasnamakan aksi mengebom geraja dengan nama Jihad Fisabilillah. Jelas pemahaman jihad hanya untuk memerangi non-muslim adalah gagal paham dalam memahami ajaran Islam.

Walhasil, pahamilah konteks ajaran Islam dengan baik, ramahlah terhadap keragaman pemahaman ajaran Islam, serta jauhilah mengklaim kebenaran sendiri, Insya Allah akan terhindar dari jerat Islam radikal. Wallahu A’lam Bishowab

Ahmad Khalwani, M.Hum
Ahmad Khalwani, M.Hum
Penikmat Kajian Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru