31.7 C
Jakarta

Amien Rais Membela HTI dan Jualan Produk PKI

Artikel Trending

KhazanahOpiniAmien Rais Membela HTI dan Jualan Produk PKI
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Demi membela HTI, Amien Rais menggunakan jurus kuno tidak berkemajuan, dan tidak memiliki sensitivitas sebagai seorang negarawan. Dia mengatakan:

Kalau HTI dibubarkan itu kemudian itu apa hasilnya? Jelas sekali PKI di depan mata dibiarkan. Ya toh. Nggak diapa-apakan. Hanya punya prinsipil yang berbeda dengan kita, dan nggak ada kata makar. Jadi kesalahan fatal Jokowi bila HTI  dibubarkan.” Itu dikemukakan di depan kantor DPP PAN, 12/7/2017 (Detiknews, 12 Juli 20017).

Semakin kentara saja setelah Perppu No. 2 dikeluarkan, siapa-siapa yang mendukung dan siapa yang tidak, bila dihubungkan dengan para Islamis. Ternyata bukan argumen demokrasi dan legalitas konstitusi yang dipakai. Jurus yang tidak mencerdaskan pun dipakai. Contohnya justru dipakai Amien Rais, seorang profesor politik, yang semakin dimakan usia ini. Semakin tidak negarawan dan berpikir tidak berkemajuan. Yang dibela HTI, yang disalahkan PKI. Pikirannya masih kuno politik, dengan isu PKI, yang bagi aktivis-aktivis kritis dan tahu soal sepak terjang Amien Rais, semakin lucu saja. Seperti kehilangan amunisi untuk menyerang Jokowi, harus menggunakan isu PKI, bahkan ketika membela HTI.

PKI di depan mata adalah jualan Orba, dulu. Para aktivis yang dikejar-kejar dan mengalami hidup zaman itu jelas tahu.  Kalau dulu hal itu dikatakan penguasa, sekarang justru dikatakan, orang sipil, ya Amien Rais, dan orang-orang yang seperti dia. Tunjukkan saja di mana PKI di depan mata kepada Jokowi, dan sebutkan orang-orangnya: bahwa dia membangkitkan organisasi PKI. Rakyat biar tahu. Jangan disimpen sendiri. Wkkk. Jokowi pernah jawab soal ini: dia akan menggebuknya, kalau nongol organisasi PKI.

Sebagai politisi berumur, Amein Rais semakin menampakkan lebih suka gaduh. Sebagai mantan ketua Ormas Muhammadiyah, dan sekarang menjadi mahaguru PAN, masih seperti orang yang  sedang bingung, dengan jurus-jurus politik, dan sebagai professor politik tidak terlihat kosakata-kosakata dalam ilmu politiknya yang penuh fatsoen. Justru jurus-jurusnya seperti orang terkena hoax, dan berkata tentang hoax. PKI sudah mati dan dimatikan, kok dibilang di depan mata, bahkan sudah dihancurkan dengan tuntas. Maunya mau menakut-nakuti, bahwa PKI itu hantu.

Amien Rais, pikirannya juga tidak adil sebagai mahaguru politik: kalau PKI dijadikan sasaran stigma, dan tidak syah karena dianggap memberontak, menjadi penyakit kusta dalam duri kebangsaan. Harusnya kan sama dilakukan kepada Masyumi dan orang-orangnya. Para pentolannya juga ikut memberontak di PRRI Permesta. Kalau orang sudah kehilangan fatsoen dan kenegarawannnya, semakin memperlihatkan kehoaxannya. Tampak jelas dalam diri Amien Rais.

Katanya, HTI itu hanya berbeda, dan tidak ada kata makar. Ya jelas, dong. HTI tidak mengatakan makar, aku arep makar bro, aku mau makar besuk. Bagi yang mengkaji literatur-literatur HT, di mana HT adalah induk dari HTI, sudah sangat jelas kok, tapi jangan disembunyikan, bahwa HT mengungkapkan strategi yang ditempuh, yaitu: “Menentang para penguasa di negara-negara Arab maupun  negara-negara Islam lainnya, mengungkapkan kejahatan mereka, menyampaikan nasehat, dan kritik kepada mereka, dan berusaha untuk meluruskan mereka, setiap kali mereka merampas hak-hak rakyat atau pada saat mereka melalaikan kewajibannya kepada umat, atau bila mereka menyimpang dari hukum-hukum Islam. Di samping berusaha untuk menggulingkan sistem pemerintahan mereka, yang menerapkan perundang-undangan dan hukum-hukum kufur.” (Hizbut Tahrir, Strategi Dakwah Hizbu Tahrir, Bogor: Pustaka Thoriqul Izzah, 1992, hlm. 52).

BACA JUGA  Manifesto Perbedaan Hari Raya Idulfitri, Masih Perlukah Penetapan?

Lihat di situ tekanannya, soal menentang dan penggulingan pemerintahan. Ihsan Samarah, penulis salah satu biografi singkat Taqiyuddin an-Nabhani, juga menulis:

“Di bawah kepemimpinan beliau (Taqiyuddin an-nabhani-pen.), Hizbut Tahrir telah melancarkan beberapa upaya pengambilalihan kekuasaan di banyak negeri-negeri Arab, seperti di Yordania pada tahun 1969, di Mesir tahun 1973, dan di Iraq tahun 1972. Juga di Tunisia, Aljazair, dan Sudan. Sebagian upaya kudeta ini diumumkan secara resmi oleh media massa, sedang sebagian lainnya memang sengaja tidak diumumkan” (Bogor: al-Azhar Press, 2002, hlm. 13).

Jadi, semakin tidak indah saja melihat orang yang menjadi otak menggulingkan presiden Gus Dur ini. Bukan karena semakin tua dan dimakan usia. Tetapi karena semakin kehilangan nalar dan sikap kenegarawanannya, tidak berpikir kemajuan dalam mendidik publik. Mau bela HTI, yang disalahkan PKI. Ini semakin membuat saya tidak optimis, ketika para professor memegang dan berkiprah di politik, dan salah satu contohanya adalah Amien Rais ini. Semakin tidak terang dan maju bangsa kita, cara mendidik dan komunikasi publiknya tidak mencerminkan sikap sebagai seorang negarawan.

Nur Khalik Ridwan, Penulis adalah pengamat sosial-keagamaan, tinggal di Yogyakarta

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru