27.1 C
Jakarta

Al Washliyah Kutuk Radikal dan Terorisme Sebagai Ajaran Pemikiran Menyimpang

Artikel Trending

AkhbarNasionalAl Washliyah Kutuk Radikal dan Terorisme Sebagai Ajaran Pemikiran Menyimpang
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta-menimbulkan dampak sosial luar biasa kepada masyarakat. Kebosanan, frustasi, dan kepanikan sosial bisa memprovokasi pandangan ekslusif dan radikal yang kemudian dapat meradikalisasi masyarakat.

Karena itu, penting adanya “vaksin” yang bisa menjaga imunitas sosial dan kultural agar tidak mudah terprovokasi dari “virus” radikalisme.

Ketua Umum Pengurus Besar Al Washliyah, KH Yusnar Yusuf Rangkuti mengatakan paham radikal terorisme sebenarnya adalah sesuatu ajaran pemikiran menyimpang dari paham yang sebenarnya tentang Islam itu sendiri.

Penyimpangan tersebut akibat tidak memahami ajaran Islam secara sempurna dan mendalam. “Sehingga kemudian memandang orang lain itu tidak sesuai dengan pandangan dia. Inilah yang kemudian menjadi paham radikal. Padahal paham yang benar tentang Islam itu tentunya adalah ya’lu wala yu’la ‘alaihi’ yang artinya adalah Islam itu adalah sesuatu agama yang lebih tinggi dari pada agama yang lain sehingga tidak perlu khawatir,” ujar Yusnar di Jakarta, Jumat 19 Juni 2020.

Dia mengatakan, salah satu cara untuk membendung penyebaran radikalisme adalah melalui dakwah secara terus menerus.

“Dakwah harus terus dilakukan tanpa henti untuk memberikan pandangan yang benar dan meluruskan padangan-pandangan yang melenceng terhadap Islam itu tadi. Dengan begitu masyarakat memiliki paham yang benar bahwa Islam itu adalah agama yang rahmatan lil alamin dan tidak mengajarkan kekerasan atau pun melakukan aksi terorisme,” tuturnya.

Imam Besar Masjid Raya Telaga Kahuripan Bogor ini mengungkapkan sebenarnya perbedaan pendapat di dalam agama Islam adalah hal biasa. Contohnya mengenai adanya kebijakan yang mengatakan boleh salat Jumat beberapa gelombang saat pandemi Covid-19 ini.

“Ada yang mengatakan boleh dilakukan bergelombang, berganti-gantian sebagai upaya untuk mencegah peyebaran virus Corona. Ini juga semapat menjadi pertentangan di media. Tapi ya silakan saja salat Jumat sesuai yang ditetapkan, kan itu hanya sementara saja yang tujuannya baik untuk mencegah penyebaran virus,” terang pria yang juga Wakil Ketua Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) ini.

Dalam menghadapi virus Covid-19, ada sejumlah provokasi yang menentang kebijakan pemerintah dan bahkan kebijakan ulama yang diembuskan pihak yang tidak bertanggung jawab. Menurut dia, hal itu terjadi karena kurangnya pengawasan di media sosial (medsos) sehingga mudah sekali dalam menyebarkan hoaks.

BACA JUGA  Cegah Radikalisme, BNPT Gandeng Kemendes PDTT Sukseskan Desa Siapsiaga

“Saya melihat di medsos yang sekarang itu tidak terawasi maka seharusnya pemerintah melakukan tindakan kepada mereka-mereka yang menyebarkan hoaks. Tangkap saja yang suka menyebar hoaks itu. Karena itu telah menyebarkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang telah dikatakan pemerintah,” tuturnya.

Yusnar yang sering melakukan dakwah dan syiar Islam ke berbagai negara bertematik Islam agama rahmatan lil alamin sebagai Islam toleran ini juga menambahkan bahwa perlunya moderasi beragama untuk menanamkan sikap toleransi keberagaman kepada masyarakat.

“Kalau dalam moderasi beragama, apa yang telah disampaikan oleh pemerintah ataupun ulama, hal tersebut merupakan suatu hal untuk kebaikan banyak umat, tentunya kita harus mematuhinya. Itu juga bagian dari melaksanakan toleransi. Di dalam Islam juga mengajarkan seperti itu, ‘ruhama bainahum’ yang artinya menebarkan kasih sayang terhadap sesama,” katanya.

Selain itu dalam menanamkan “vaksin” antiradikalisme pada diri masyarakat, dia mengatakan sebenarnya sejak dahulu imunitas itu sudah ada pada diri masing-masing manusia termasuk imunitas untuk melawan virus radikal.

“Kita sebenarnya sejak dulu bisa menumbuhkan imunitas untuk diri kita sendiri bahkan tanpa ‘vaksin’. Tetapi apakah boleh ada ‘vaksin’? Ya boleh saja. Terkait vaksin anti radikalisme untuk menjaga diri dari pengaruh paham radikal, tentunya Islam sendiri sudah mengajarkan sejak awal yang namanya ‘Thaharah’ yang bermakna bersih atau menyucikan diri yang mencakup secara lahir dan batin. Kalau diri kita sudah bersih, tentunya tidak akan kena yang namanya vius radikal seperti itu,” tuturnya

Terkait peran ormas Islam dalam berperan saat menghadapi Covid-19 ini, peraih gelar Master dari Institut Pertanian Bogor itu mengungkapkan bahwa selama ini ormas Islam termasuk ormas Al Washliyah yang dipimpinnya sebagai salah satu anggota LPOI ini sudah memberikan bantuan kepada masyarakat, bahkan tanpa diminta oleh pemerintah terlebih dahulu.

“Sejak awal kita dari ormas Islam termasuk Al Washliyah sudah turun langsung memberi bantuan kepada masyarakat. Kami berkumpul dulu lalu kemudian turun membantu masyarakat yang terdampak itu. Kita lihat masyarakat disekitar kita yang tidak bekerja karena terkena PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), kita kasih mereka bantuan untuk meringankan,” tuturnya.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru