29 C
Jakarta

Al-Qur’an Telah Memprediksi Penyerangan Wiranto?

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanAl-Qur'an Telah Memprediksi Penyerangan Wiranto?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Peristiwa penyerangan seorang tak dikenal terhadap Wiranto, politikus Indonesia dan tokoh militer Indonesia menjadi trending topic di media sosial. Ada yang menyebutkan peristiwa ini hanyalah settingan untuk mengalihkan sebuah isu. Ada yang membenarkan peristiwa ini real, benar-benar terjadi.

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj melihat peristiwa penyerangan ini secara serius. Dia menyebutkan penyerangan ini termasuk tindakan kekerasan (ekstrem) yang harus diamputasi, agar tidak terulang kembali peristiwa yang sama nanti. Bisa jadi–bila enggan berkata “tentu”–kegelisahan Said Aqil melihat peristiwa ini disebabkan penyerangan itu bukan cara yang benar sebagaimana yang dipahami oleh ormas Nahdlatul Ulama (NU) yang mencita-citakan nilai-nilai wasathiyyah, moderat. Menurut Nasaruddin Umar, moderat itu memiliki standar yang arif: tidak mengklaim diri sendiri yang paling benar dan tidak menyalahkan orang lain.

Sikut-menyikut antar sesama, bahkan saling melukai, bukan sesuatu yang baru dalam perjalanan hidup manusia. Bila sedikit saja Anda mengingat sebuah pembunuhan yang terjadi antar dua anak Nabi Adam, pasti Anda tidak akan kaget melihat peristiwa penyerangan tragis terhadap Wiranto. Peristiwa kekerasan yang dilakukan oleh Qobil kepada Habil merupakan peristiwa pertama tumbuhnya tindakan kekerasan atas nama kepentingan. Kepentingan Qobil adalah mendapatkan pasangan yang didambakan sesuai keinginan hawa nafsunya sendiri, bukan atas petunjuk ayahnya.

Kepentingan demi kepentingan akan terus berlanjut hingga dunia ini Kiamat. Kerena, kepentingan itu merupakan bagian dari fitrah manusia. Apakah semua kepentingan cenderung negatif? Tidak selamanya. Kepentingan antar sesama manusia biasanya melahirkan sebuah istilah “take and give“, memberi dan menerima. Ingatlah, bahwa kepentingan itu hendaknya tidak dikendalikan oleh hawa nafsu sehingga merugikan orang lain. Namun, hendaknya kepentingan itu dikendalikan oleh hati nurani sehingga menguntungkan satu sama lain.

Kepentingan yang dikuasai oleh hawa nafsu akan membutakan seseorang melihat kebenaran menjadi kesalahan dan melihat kesalahan menjadi kebenaran. Penyerangan terhadap Wiranto adalah salah satu dari tindakan picik yang telah membutakan pelakunya melihat keburukan menjadi kebaikan demi kepentingan sesaat yang dikendalikan oleh hawa nafsunya. Karena, tindakan kekerasan ditentang oleh semua agama, termasuk agama Islam. Kekerasan bukan lahir dari nilai agama, tapi lahir dari dorongan hawa nafsu. Tidak benar siapa saja yang mengatasnamakan kekerasan atas nama agama.

BACA JUGA  Membangun Jakarta ala Anies Baswedan

Penyerangan terhadap Wiranto itu sesungguhnya menjadi bagian dari sekian banyak tindakan picik manusia yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an beberapa abad silam: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Qs. al-Baqarah/2: 30).

Benar apa yang dikeluhkan malaikat pada Tuhannya pada ayat tersebut. Malaikat melihat, pertumpahan darah akan terjadi di antara sesama manusia yang sesungguhnya mereka saling bersaudara. Tapi, keluhan ini direspons secara optimis oleh Tuhan, sehingga penciptaan manusia akan terus berlangsung dan perkembangannya akan tetap berlanjut. Bagi saya, bisa jadi Tuhan melihat potensi besar yang ada dalam diri manusia sehingga mereka dipercaya untuk menjadi khalifah di muka bumi, sekalipun tugas ini sering diabaikan sehingga amanah mengembangkan bumi berganti menghancurkannya.

Berangkat dari pesan Al-Qur’an tersebut dan dibuktikan dengan peristiwa penyerangan tragis terhadap Wiranto, hendaknya mulai direnungkan apa yang akan Anda perbuat: apakah ini berada pada kendali nafsu yang membutakan atau ini berada pada kendali hati yang memberi petunjuk? Perbanyaklah bertanya pada diri sendiri sebelum berbuat. Jika perbuatan itu menyenangkan diri Anda, silahkan share kepada orang lain agar orang lain merasakan sesuatu yang sama dengan apa yang Anda rasakan. Sebaliknya, jika perbuatan itu menyakitkan diri Anda, jauihi dan jangan sampai Anda perbuat kepada orang lain. Karena, apa yang dirasakan orang lain sama dengan apa yang Anda rasakan.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru