25.4 C
Jakarta

Pandangan Al-Qur’an terkait Kasus Vanessa Angel

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanPandangan Al-Qur’an terkait Kasus Vanessa Angel
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Akhir-akhir ini berita media sosial diwarnai dengan artis Vanessa Angel yang terlibat kasus prostitusi online. Kasusnya terdengar di jagat Nusantara, bahkan emak penjual nasi uduk mengikuti perkembangan beritanya.

Merebaknya berita Vanessa tak sedikit yang merespons negatif, bahkan mencibirnya semisal Mohon maaf jika kemahalan, dan seterusnya. Sedikit banyak kata-kata ini menggores luka di hati Vanessa yang sedang digempur masalah pelik.

Masyarakat, lebih-lebih netizen, merasa enggan melihat Vanessa sebagai makhluk yang tercipta dengan sosok yang mulia seperti yang tersebut dalam QS. at-Tin [95]: 4: Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Terlibat dalam kasus prostitusi, di benak mereka, tak ubahnya manusia yang kotor dan hilang masa depannya, sehingga mereka gampang menuding Vanessa menjadi bagian dari makhluk yang disebutkan dalam lanjutan firman-Nya: Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. 

Asumsi demi asumsi tidak selamanya dapat diterima, karena persoalan baik dan buruk hanya Tuhan seorang yang mengetahui, tidak bisa menggunakan standar akal manusia yang serba terbatas. Al-Qur’an menegaskan: Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. al-Hujurat [49]: 13). Benar, penilaian manusia itu bukan kebenaran mutlak, melainkan kebenaran relatif. Manusia menilai baik-buruk sebatas kulitnya atau yang tampak di mata, sementara Tuhan melihat baik-buruk lebih daripada itu.

Prostitusi jelas perbuatan yang berdosa. Semua agama melarangnya, lebih-lebih agama Islam. Bila demikian, pertanggungjawabannya adalah antara si pelaku dengan Tuhan. Manusia yang lain tidak berhak mengungkit persoalan pribadi ini, karena mengungkit dan membicarakannya boleh jadi mereka akan terjebak dalam dosa ghibah karena membicarakan kejelekan orang lain di belakangnya, sementara orang itu tidak suka. Allah menyebutkan pengghibah ini seperti memakan daging saudaranya sendiri. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Demikian QS. al-Hujurat [49]: 12.

Biarkan Vannesa sendiri dan Tuhan yang tahu soal kasus prostitusi ini. Masyarakat tidak penting mengungkit, bahkan membeberkan kasus ini, karena itu tidak akan menyelesaikan masalah, malahan menambah masalah. Maka, ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh masyarakat, lebih-lebih netizen, yang gemar mencibir dan merendahkan Vannesa.

BACA JUGA  Ciri-ciri Calon Pemimpin yang Layak Dipilih pada Pilpres Tahun Ini

Pertama, mencibir adalah perbuatan terlarang. Al-Qur’an menyebutkan dengan tegas dalam QS. al-Hujurat [49]: 11, yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan mencela kumpulan lainnya, boleh jadi yang dicela itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. 

Ada sebuah riwayat yang penting direnungkan. Abu Jurayy berkata kepada Rasulullah saw., “Berilah wasiat kepadaku.” Rasul saw. pun memberi wasiat, “Janganlah engkau menghina seorangpun.” Abu Jurayy berkata, “Aku pun tidak pernah menghina seorangpun setelah itu, baik kepada orang yang merdeka, seorang budak, seekor unta, maupun seekor domba.”

Nabi saw. menambahkan, “Sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” Mencibir tak ubahnya orang yang sombong, karena merasa ia paling baik.

Bahkan, larangan mencela bukan hanya kepada saudara seagama, namun pula kepada saudara agama lain. Islam mengajarkan pemeluknya menghindari mencela saudara yang berbeda agama karena beda keimanan. Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. (QS. al-An’am [6]: 108).

Kedua, sejatinya yang disebut muslim adalah ketika orang di sekitarnya merasa selamat dan damai. Bagaimana dengan orang yang mengaku “muslim” atau beragama Islam, namun gemar mencibir saudaranya sendiri? Tentunya, ia belum muslim sejati, karena muslim sejati selalu menebar perdamaian.

Ada sebuah riwayat yang populer Anda dengar. Ketika Rasulullah ditanya siapakah muslim yang utama, beliau menjawab, “Yaitu orang yang selamat kaum muslim dari tangan dan lisannya.” Penyebutan lisan pada riwayat ini terlebih dahulu bisa jadi lisan adalah bagian organ tubuh yang mudah melukai saudaranya tempo dulu. Akan tetapi, kini berbeda. Tangan justru lebih berperan melukai, bahkan membunuh saudaranya sendiri melalui genggaman ponsel.

Nah, Vannesa adalah saudara Anda. Ingat pesan Quraish Shihab, “Sahabat itu adalah Anda dalam sosok yang lain. Kalau sahabat Anda bersalah, maka Anda tidak akan marah karena Anda juga bisa salah.”

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru