Harakatuna.com, Jakarta – Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas merasa riskan dengan maraknya terorisme di negeri ini. Pihaknya mengatakan, salah satu upaya dalam mengikis terorisme dengan mengakui adanya paham keagamaan yang salah. Menurutnya di negeri ini terdapat pemahaman agama yang salah di tengah masyarakat.
“Kalau kita tidak jujur maka selamanya kita akan begini. Karena pelaku terorisme seperti yang terjadi beberapa waktu lalu ada surat wasiat yang berisi pesan agama. Ajaran agamanya benar. Hanya saja pemahamannya yang belum benar,” ungkap dia, Minggu (18/4).
Kata dia, jika para pemangku kepentingan tidak mencoba mengoreksi hal tersebut, maka terorisme akan berlanjut. Tokoh masyarakat perlu segera mengoreksi pemahaman agama seperti ini, aga tidak terus terjadi. Terlebih, para tokoh agama di masyarakat juga lebih memilih dan menegaskan bahwa terorisme ini tidak ada kaitan dengan agama. Padahal, ada kaitannya.
Menag menambahkan, dalam mengatasi problem bangsa ini, Kemenag tidak bisa berjalan sendiri dan harus bersama-sama stakeholders lainnya, seperti BIN, Polri, Densus 88, TNI, BNPT, Watimpres dan instansi terkait lainnya.
“Mudah-mudahan dengan itu penanganan terorisme dan intoleransi di Indonesia dapat kita lakukan secara komprehensif. Kami di Kemenag akan melakukannya dengan soft power,” lanjut Menag.
Terkait meminimalisir intoleransi di sektor pendidikan tinggi, pihaknya perlu segera memberi sikap tegas. Ia menyampaikan bahwa pihaknya sudah mendapat arahan Presiden RI Joko Widodo dan Mensesneg. Terutama untuk mendirikan Rumah Tampung di empat perguruan tinggi.
Empat perguruan tinggi yang akan menyiapkan Rumah Tampung tersebut yakni UGM, UI, IPB, dan ITB untuk mahasiswa pertama.
“Di sana akan dilakukan pendidikan kebangsaan dan moderasi beragama serta rumah advokasi mahasiswa baru dengan ideologi nasional. Insya Allah pada tahun ajaran baru nanti Rumah Tampung ini sudah bisa dimanfaatkan dalam upaya meminimalisir upaya indoktrinasi di kalangan mahasiswa,” pungkasnya.