26.1 C
Jakarta

Ade Armando Membongkar Kebohongan Film “Jejak Khilafah”

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanAde Armando Membongkar Kebohongan Film "Jejak Khilafah"
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Analis Ade Armando ikut mengomentari sistem khilafah, lebih tepatnya film Jejak Khilafah yang baru ini tercium trailernya. Bagi Ade Armando, kampanye khilafah di Indonesia ini memang memalukan. Mereka rela berbohong, bahkan mencatut nama ilmuwan asing terkemuka, Profesor Peter Carey, sejarawan terkemuka di Universitas Oxford, Inggris. Mereka membelokkan fakta seolah-olah Carey membenarkan pandangan bahwa Islam di wilayah Nusantara sejak dulu adalah bagian dari khilafah Islam.

Carey sangat terkenal sebagai ahli sejarah Jawa. Jadi, kata-katanya akan dianggap valid. Kalau Carey bilang bahwa Islam di Indonesia sejak berabad yang lalu memang adalah bagian dari khilafah, tentu banyak ilmuwan akan menganggap itu sebagai kebenaran. Dan pelintiran itulah yang dilakukan para pengusung khilafah di Indonesia.

Sayangnya, kebohongan itu dengan mudah terbongkar. Beberapa hari yang lalu, melalui asisten penelitinya, Carey menyatakan namanya dicatut dalam acara launcing film berjudul Jejak Khilafah. Ada dua hal yang dia protes: Pertama, dalam poster acara launching yang diselenggarakan dalam format talkshow itu tertulis bahwa Carey menjadi tamu khusus dalam acara peluncuran film Jejak Khilafah. Sementara, semua itu bohong.

Dalam talkshow itu memang ada penayangan cuplikan video yang menampilkan Carey sedang bicara tentang sejarah Jawa, tapi dia sendiri tidak hadir dalam acara itu. Carey memang pernah menyatakan bahwa dia diwawancara oleh pembuat film Jejak Khilafah. Tapi, itu dilakukannya dalam rangka menjelaskan sejarah Pangeran Diponegoro, bukan dalam rangka film tentang khilafah.

Kebohongan kedua adalah pernyataan Carey dalam video tersebut telah diedit sedemikian rupa sehingga ia seolah-olah setuju dengan gagasan yang hendak disampaikan film tersebut, bahwa Islam Nusantara adalah bagian dari khilafah. Carey justru punya pandangan yang sepenuhnya berbeda. Menurut Carey, Islam di Nusantara tidak pernah menjadi bagian dari khilafah. Bahkan, khalifah Turki Ustmani tidak tahu dan tidak peduli dengan Jawa.

BACA JUGA  Dari Nonis Berburu Takjil Hingga Jihad Melawan Radikalisme

Para pejuang khilafah, katanya, sedang memperjuangkan politik yang berlandaskan diri pada nilai-nilai Islam. Sayang, mereka sedang berbohong. Mereka menghalalkan segala cara untuk mencapai sebuah tujuan. Buktinya, mereka mengampanyekan kebohongan itu dalam film Jejak Khilafah itu yang diluncurkan secara berseri menjadi tiga episode. Episode pertamanya akan diluncurkan pada 20 Agustus nanti. Sekarang baru tayang trailernya.

Pembuat film Jejak Khilafah itu adalah orang-orang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Di balik peluncuran film itu tampil Ismail Yusanto sebagai Sekjen HTI dan aktivis HTI yang populer Felix Siauw. Film itu berusaha mengarahkan publik bahwa kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara berabad-abad silam sesungguhnya memiliki hubungan yang erat dan bahkan menjadi bagian dari khilafah yang berpusat di Timur Tengah dan Turki. Sehingga, konsep khilafah bukan sesuatu yang asing di wilayah Nusantara.

Sebagai penutup, Ade Armando memberikan kesimpulan bahwa pembuat film Jejak Khilafah itu telah memelintirkan sejarah dengan mencatut sejarawan terkemuka Profesor Carey. Selain itu, film ini telah membohongi publik bahwa konsep khilafah yang berkembang di Turki dan Timur Tengah itu bukan bagian dari konsep Negara Indonesia. Islam di Nusantara lebih menggunakan sistem kebhinekaan yang merangkul semua orang yang memiliki agama yang berbeda, Islam dan non-Islam.[] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini secara keseluruhan dinarasikan dari gagasan Ade Armando yang disampaikan di kanal YouTube CokroTV

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru