26.9 C
Jakarta

Ada Amerika di Balik Konflik Iran

Artikel Trending

AkhbarInternasionalAda Amerika di Balik Konflik Iran
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Washington- Pada 2015, AS, Inggris, China, Prancis, dan Rusia, plus Jerman menandatangani pakta nuklir dengan Iran dan Uni Eropa. Namun Presiden Trump tahun lalu mengumumkan bahwa Amerika Serikat (AS) meninggalkan perjanjian tersebut. AS menyebutnya pernyataan itu adalah “kesepakatan terburuk yang pernah ada”. Bahkan pihaknya menuding Iran telah melanggar kesepakatan perdamaian dunia.

Presiden Iran Hassan Rouhani menyebut AS adalah pendukung terorisme di Timur Tengah. Menurutnya AS telah membuat kesalahan besar dan menyesatkan masyarakat dunia dengan isu terorisme. Rouhani mengecam Presiden AS, Donald Trump telah salah arah dalam kritiknya terhadap Iran.

“Hari ini, kami sangat menyayangkan Amerika. AS adalah pendukung terorisme di wilayah kami – dan ke mana pun Amerika pergi, terorisme segera berkembang,” imbuhnya seperti dikutip dari kantor berita yang berbasis di AS itu, Rabu (25/9/2019).

Rouhani kemudian menunjuk keterlibatan militer AS di Suriah tanpa izin dari Presiden Bashar al-Assad. Prerlakuan AS yang demikian itu adalah contoh kongket dari apa yang dianggapnya sebagai ‘terorisme’ oleh dirinya sendiri, Amerika.

BACA JUGA  Israel Kembali Lancarkan Serangan Udara ke Kota Gaza

“Saya kagum dengan interpretasi Mr. Trump, vis-a-vis terorisme,” kata Rouhani dalam sebuah wawancara eksekutif dengan Fox News.

“Negara yang hadir dan terbang di atas ruang udara dan membombardir tanah negara Suriah tanpa izin pemerintah adalah Amerika Serikat,” ujarnya.

Saat ditanya tentang pidato Trump yang menyebut Iran haus darah dan sangat fanatik untuk senjata nuklir. Awal bulan ini, Rouhani mengatakan kepada Parlemen Inggris dalam pidatonya bahwa Teheran akan terus menolak tawaran Washington untuk pertemuan bilateral.

“Ada banyak tawaran untuk pembicaraan tetapi jawaban kami akan selalu negatif,” katanya, seperti dilaporkan BBC.Namun, Rouhani mencatat, Iran akan terbuka untuk melakukan pembicaraan multilateral jika AS setuju untuk membatalkan hukuman ekonominya yang menargetkan Iran.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru