28.4 C
Jakarta

Mantan Anggota HTI Ustadz Taufik Hamid Bongkar Propaganda Perekrutan HTI

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanMantan Anggota HTI Ustadz Taufik Hamid Bongkar Propaganda Perekrutan HTI
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Dibubarkannya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menjadi isu publik yang tak kunjung selesai. Satu sisi Indonesia dinilai berhasil karena mampu mencegah organisasi radikal menjamur di Indonesia. Sisi lain Indonesia dibilang gagal melihat pengikut-pengikut HTI masih berseleweran di pelbagai pelosok Nusantara. HTI memang sudah dibubarkan secara formal, namun ideologinya masih hidup sampai sekarang. Buktinya, kampanye khilafah yang tak henti-hentinya diperlihatkan oleh ustadz-ustadz amatiran pendukung HTI. Sebut saja, Felix Siauw, Gus Nur, Khalid Basalamah, dan seterusnya.

Pembubaran HTI dilakukan dengan alasan yang sangat matang. Sederhanya, HTI dibubarkan karena kehadirannya mengancam keberlangsungan NKRI dan Pancasila. Dalam dunia kompetisi, HTI adalah rival yang kurang sehat terhadap Indonesia. Indonesia bukan tidak mau bersaing, tapi bukan saatnya lagi menghadirkan kompetisi bagi Indonesia. Selain itu, Indonesia dengan Pancasila sudah final, tidak perlu diotak-atik lagi. Tidak penting mempersoalkan Pancasila, bahkan menganggapnya sebagai sistem negara yang bukan Islam. Sebab, pesan-pesan yang terkandung dalam Pancasila sesungguhnya telah diramu dari pelbagai ajaran yang dimuat dalam beberapa kitab semua agama yang ada di Indonesia, tak terkecuali kitab suci Al-Qur’an.

Mengingat ancaman HTI yang begitu membahayakan, perlu masyarakat Indonesia mengetahui langkah-langkah orang HTI dalam melakukan perekrutan anggota. Orang yang tidak tahu, kemungkinan besar akan terjebak dengan tipu daya mereka. Sungguh sangat menakutkan! Mantan anggota HTI, Ustadz Taufik Hamid membongkar langkah-langkah jitu yang digunakan orang HTI untuk mencuci otak banyak orang. Orang akan dibuat terlena, tidak akan merasa kalau dirinya sedang terhipnotis, bahkan membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar. Naudzu billah!

Begini Cara HTI Rekrut Anggotra Baru dan Simpatisan

Ustadz Taufik menyebutkan bahwa orang HTI merekrut pengkaderan dengan beberapa langkah: pendekatan, penanaman doktrin, dan tindakan. Pertama, pendekatan yang dilakukan oleh orang HTI adalah memberikan bantuan dana terhadap madrasah atau sekolah yang membutuhkan. Logikanya, orang yang membantu (HTI) tentunya lebih berkuasa dibandingkan dengan orang yang dibantu (institusi). Kemudian, orang yang dibantu secara tidak sadar sedang dirampas kebebasannya dalam berpendapat dan bertindak. Bahkan, orang yang dibantu akan merasa memiliki hutang budi untuk membalas jasa orang yang membantu.

Orang yang dibantu akan sangat mudah melakukan perintah atau arahan yang disampaikan oleh orang yang membantu. Karena itu, pada langkah kedua orang HTI mulai melakukan penanaman doktrin paham HTI. Salah satu doktrin itu adalah membandingkan predikat kemuliaan antara Al-Qur’an dan Pancasila. Yang jelas, orang yang terdoktrin akan bilang Al-Qur’an menduduki posisi yang jauh lebih tinggi dibandingkan Pancasila, karena Al-Qur’an itu adalah produk Tuhan, sedangkan Pancasila adalah hasil kesepakatan manusia. Bagi orang yang ilmu agamanya sangat minim akan mudah memilih Al-Qur’an dan meninggalkan Pancasila.

BACA JUGA  Mengulik Model Lebaran Ketupat di Madura

Perbandingan yang dilakukan oleh orang HTI sesungguhnya tidak dapat dibenarkan. Sebab, Al-Qur’an itu kitab suci yang tidak ada bandingan. Lebih dari itu, perbandingan yang dihadirkan oleh HTI tidak balance, serasi. Perbandingan yang tidak serasi ini termasuk cara berpikir yang rancu. Hanya orang-orang yang dungu yang membandingkan dua sesuatu yang tidak sebanding (fair). Al-Qur’an dalam Islam hanya dapat dibandingkan dengan Yesus Kristus dalam Kristen dan perbandingan semacam ini dapat dibilang serasi, karena Al-Qur’an adalah kata-kata Tuhan, sedangkan Yesus adalah Tuhan itu sendiri.

Selain menanamkan doktrin penolakan terhadap Pancasila, Ustadz Taufik membongkar langkah orang HTI meng-judge kafir dan thaghut terhadap Pancasila. Sebagai orang Islam, bagi HTI, hendaknya meninggalkan kekufuran. Karena, kufur itu termasuk ajaran yang negatif. Jika Pancasila sebagai ideologi negara sudah dianggap kafir, maka negara yang berlindung di bawahnya diklaim kafir juga. Tugas orang muslim, bagi HTI, memberantas kekufuran tersebut. Salah satu cara memberantasnya pada langkah ketiga adalah melakukan tindakan teror (terorisme). Terorisme sudah terjadi di beberapa wilayah yang ada di Indonesia, seperti di Surabaya, Banten, dan lain sebagainya.

Paham lain yang didoktrinkan oleh orang HTI adalah khilafah. Khilafah di sini adalah sistem imajinatif yang menghendaki umat Islam dipersatukan oleh seorang pemimpin di seluruh dunia. Sedangkan, Indonesia sendiri tidak menggunakan sistem khilafah di sini. Karena, sistem republik demokratis yang sudah berlangsung lebih utama dibandingkan sistem khilafah yang masih berbentuk ide. Lagi-lagi, sistem khilafah itu hanyalah produk politik yang diciptakan oleh sekelompok oposisi yang bersikeras menentang keputusan penguasa, bukan ajaran Islam yang semestinya dipatuhi. Siapa yang menganggap khilafah itu syariat Islam adalah kebodohan berpikir.

Sebagai penutup, Ustadz Taufik menegaskan bahwa doktrin HTI tidak akan mampu mempengaruhi orang yang memiliki dasar keagamaan yang kuat. Sebut saja, pesantren yang di dalamnya para santri (sebutan bagi orang yang belajar di pesantren) dibimbing mempelajari ilmu agama yang benar. Biasanya ilmu agama yang dipelajari di pesantren bersifat moderat. Hukum fikihnya bermadzhab kepada Imam Syafi’i yang mampu mempertemukan antara teks dan konteks. Teologinya bermakmum terhadap Sekte Asy’ariyah. Terus, bidang tasawufnya mengikuti Imam al-Ghazali yang moderat. Karena itu, santri akan selamat dari doktrin HTI yang menyesatkan.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru