31.4 C
Jakarta

Ustadz Khalid Basalamah: Kita Wajib Taati Presiden

Artikel Trending

KhazanahInspiratifUstadz Khalid Basalamah: Kita Wajib Taati Presiden
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Mengeja Humanisme Pancasila dalam Kacamata Teologi Gus DurDi Balik Tulisan Wah, Ada Sekelumit Perjuangan DidalamnyaMenghakimi Teroris“Teman-teman sekalian, kalau ada seseorang yang sudah terpilih menjadi pemimpin (presiden) kita wajib patuh dengannya dan tidak boleh memberontak,” kata Ustadz Khalid Basalamah dalam sebuah pengajian.

Ia melanjutkan, “Kecuali memang (kalau) orang ini (presiden) sudah masuk dalam syarat bolehnya diberontaki. Apa itu syaratnya? Ada hadits Nabi Saw. Kata Nabi, nanti akan datang setelahku pemimpin-pemimpin yang bodoh sekali.”

Yaitu, Ustadz Khalid melanjutkan hadits tersebut, mereka yang tidak pernah mengambil sunnah dan petunjuk Nabi Muhammad. Kemudian sahabat mengusulkan agar memberontak terhadap orang-orang yang seperti itu dengan mengangkat pedang.

“Tapi kata Rasulullah, tidak boleh. Selama mereka masih membolehkan kalian salat. Atau dalam riwayat lain, selama mereka masih salat bersama kalian,” lanjut Ustadz Khalid.

Dengan demikian berarti ada syaratnya.

Penjelasan lebih lanjut, “Kalau masjid ditutup, tidak boleh ada pengajian, maka itu tidak bisa didiamkan. Diingatkan. Jika tidak bisa juga, ya sudah kita harus memberontak. Karena sudah dilarang salat.”

Akan tetapi, lanjut Ustadz Khalid, kalau hanya yang lain-lain saja. “Mungkin seperti keadaan kita sekarang, tidak ada hubungannya dengan pemberontakan. Karena pemerintah masih menjalankan maslahat-maslahat agama.”

Yakni bolehnya umat Islam (mengadakan) pengajian, masjid boleh di-ta’mir, izin membangun masjid dibuka, Ramadan diiklankan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Kementerian Agama ada, nikah dan cerai dengan cara Islam boleh, orang-orang Islam memakai nama-namanya, dan Al-Qur’an disebarluaskan.

“(Maka) tidak ada sesuatu yang mendesak kita untuk itu (memberontak). Karena semua (aktivitas umat Islam) masih boleh,” jelas Ustadz Khalid.

Kata Nabi Saw, kalau kalian dikaruniai oleh Allah pemimpin yang zalim, maka ambil-lah dari hakmu yang dia (pemimpin) kasih.

“Misal kita dikasih keamanan, kita bisa sekarang (warga) Indonesia keluar jam 12 malam, jam 1 malam, ada kriminal tapi sedikit. Umumnya aman-aman saja kita keluar jam 2 malam, jam 3 malam,” terang Ustadz Khalid.

Kemudian, ia menceritakan pengalamannya yang sering keluar pada dini hari.

“Saya berulang-ulang pergi ke pengajian pada saat subuh, sebelum subuh keluar, alhamdulillah tidak ada masalah ke mana-mana. Ke luar kota (atau) dalam kota. Ada (kriminal) tapi sedikit. Dan itu kriminal wajar jika terjadi kalau masih sedikit,” kata Ustadz Khalid.

Menurutnya hal tersebut menjadi wajar karena memang pada zaman nabi kerap terjadi berbagai tindak kriminal. Misalnya mencuri dipotong tangannya, ada orang yang berzina dirajam.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXII): Dodi Suridi Eks Napiter Pernah Rakit Bom untuk Diledakkan di Thamrin

“Tapi kita bicara globalnya,” ucap Ustadz Khalid.

Kata Nabi Saw, lanjutnya, ambil yang mereka (pemimpin) berikan kepada kalian yang merupakan hak kalian. Sedangkan (hak-hak) yang belum didapatkan, mintalah kepada Allah.

“Sesungguhnya, kekuasaan orang itu punya batas. Ada saatnya nanti dia (pemimpin) akan selesai dari jabatannya. Tinggal kita berdoa kepada Allah untuk diberikan pemimpin yang lebih baik,” tegas Ustadz Khalid.

Jadi, ada berbagai poin yang harus digarisbawahi.

“Kesimpulan penyampaian kita (adalah) taati pemerintah selama tidak ada peraturan pelanggaran-pelanggaran agama walaupun ada kekurangan-kekurangan yang terjadi,” kata Ustadz Khalid menyimpulkan.

Ia melanjutkan, “Mulia sekali hadits Nabi Saw tadi yang saya sebutkan, kalau kalian dicoba oleh Allah dengan pemimpin yang punya kekurangan, (maka) ambil-lah apa yang telah diberikan dari hak kalian. Lalu yang belum diberikan, mintalah kepada Allah.”

“Sesungguhnya dia punya masa jabatannya. Dia akan selesai kok dari masa jabatannya,” jelas Ustadz Khalid.

Selain itu juga pernyataan Imam Ali bin Abi Thalib dengan sangat bijaksana mengatakan, harus ada pemimpin dalam Islam. Baik dipimpin oleh orang mukmin atau orang fasik.

“Orang mukmin berarti apa? Menjalankan kelima rukun Islam, mengimani keenam rukun iman. Atau fasik. Fasik (adalah) muslim, iya, tapi masih banyak pelajaran,” kata Ustadz Khalid.

Kata para pengikut Imam Ali:

“Ya Amirul Mukminin, kalau (pemimpin) orang mukmin, kami bisa paham, maka wajar (menjadi) pemimpin kami. Tapi kalau pemimpin fasik? Artinya tidak ada pilihan, orang ini saja yang menjadi pemimpin. Baik itu karena keturunan (dengan) sistem kerajaan, misalnya. Atau mungkin sistem suku, atau mungkin seperti sekarang sistemnya dipilih siapa yang paling banyak suaranya, misalnya. Tapi dia muslim dan punya kekurangan. Bagaimana kami bisa paham kalau kami harus patuh dengan pemimpin seperti itu?”

Imam Ali menjawab dengan sangat bijaksana:

“(Karena) dengan dia, jalan-jalan tetap aman. Tetap bisa jalan, tetap bisa pergi (dengan aman). Pendapatan negara (bisa diperoleh, karena) ada roda kehidupan, bisa didapatkan. Dan seorang Muslim bisa ibadah di rumahnya sampai meninggal dan bertemu dengan Allah dalam keadaan aman.”

“Paling tidak itu. Karena itu sudah cukup bagi seorang Muslim. Wallahu’alam,” kata Ustadz Khalid Basalamah mengakhiri pengajian.

(Aru El-Gete).

Tonton video lengkap Ustadz Khalid Basalamah, di sini

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru