27.8 C
Jakarta
Array

Tuhanpun Berinisiatif Mencipta Perbedaan (Bagian-III)

Artikel Trending

Tuhanpun Berinisiatif Mencipta Perbedaan (Bagian-III)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Nilai Kemuliaan yang Hakiki dan yang Palsu Setelah al-Quran menggugurkan keutamaan dengan menggunakan nasab dan kabilah, ia mengarahkan pada standar nilai yang hakiki dengan mengatakan: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu”.

Demikianlah al-Quran mencoret dengan tinta merah semua keistimewaan-keistimewaan fisik dan materi seraya memberikan kepastian terhadap permasalahan takwa dan takut kepada Allah dengan mengatakan bahwa tidak ada sesuatu yang lebih utama dan mulia dari takwa yang merupakan karakter jiwa dan batin yang harus menancap dalam hati dan jiwa sebelum hal apapun.

Dalam kitab tafsir al-Mizan deisebutkan bahwa ayat “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu” menjelaskan apa yang menjadi kemuliaan di sisi Allah SWT, yakni sebagaimana yang telah dijelaskan di awal ayat bahwa manusia mereka semuanya sama tidak ada perbedaan satu dengan yang lainnya dan tidak ada yang lebih utama dari yang lainnya, dan bahwa perbedaan dari segi bangsa atau suku itu hanyalah agar mereka saling mengenal dan dengan demikian juga bisa menjadi masyarakat yang kokoh dan tolong menolong dan inilah tujuan dari penciptaan bangsa dan suku yang berbeda-beda bukan untuk membanggakan diri dengan nasab dan mengaku lebih utama karena hal-hal seperti kulit putih atau hitam sehingga sebagiannya memperbudak sebagian yang lainnya dan menyebabkan munculnya kerusakan di muka bumi dan kehancuran.

Pada ayat tersebut Allah SWT menjelaskan apa yang menjadi kemuliaan di sisi-Nya dan ini adalah hakikat dari kemuliaan. Yakni bahwa manusia tercipta untuk mencari suatu kemuliaan yang membedakannya (menjadikannya istimewa) dari yang lainnya, dan kebanyakan manusia karena keterikatan mereka dengan dunia memandang bahwa kemuliaan ada pada keutamaan meterial berupa harta, kecantikan nasab, kemuliaan leluhur dan lain sebagainya, sehingga mereka mencurahkan daya upaya mereka untuk mendapatkannya untuk kemudian membanggakannya atas yang lainnya.

Keutamaan tersebut semuanya adalah palsu dan tidak memberikan kemuliaan apapun bagi mereka kecuali kesengsaraan dan kehancuran.

Kemuliaan yang hakiki adalnah yang mengantarkan manusia kepada kebahagiaan hakiki yakni kehidupan yang baik dan abadi di sisi Tuhannya dan kemuliaan ini adalah takwa kepada Allah SWT dan ini merupakan satu-satunya cara untuk sampai kepada kebahagiaan di akhirat dan kebahagiaan di dunia juga akan mengikutinya.

Allah SWT berfirman:

تُرِيدُونَ عَرَضَ الدُّنْيا وَاللَّهُ يُرِيدُ الْآخِرَةَ

Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). (Qs. al-Anfal: 67)

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوى

 Dan berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa

(Qs. al-Baqarah: 197)

Jika kemuliaan itu diukur dengan takwa maka paling mulianya manusia adalah yang paling bertakwa di antara mereka sebagaimana firman dari Allah. Dan tujuan yang dipilih oleh Allah dengan ilmu-Nya ini adalah tujuan bagi manusia yang tidak akan menemui benturan dan tidak akan ada saling dorong-mendorong antara pihak yang terlibat dengannya, berbeda dengan tujuan-tujuan dan kemuliaan-kemuliaan yang dituju manusia berdasarkan khayalan mereka seperti kekayaan, kepemimpinan, kecantikan dan lain sebagainya.

Dan firman Allah: “Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”adalah penekanan untuk ayat ini dan sebagai isyarat bahwa kemuliaan yang Allah pilihkan untuk manusia adalah kemuliaan hakiki yang Ia pilih dengan ilmu dan pengetahuan-Nya berbeda dengan kemuliaan yang dipilih oleh manusia untuk diri mereka sendiri yang merupakan khayalan palsu  dan hanyalah hiasan dunia belaka. Allah SWT berfirman:

وَما هذِهِ الْحَياةُ الدُّنْيا إِلاَّ لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوانُ لَوْ كانُوا يَعْلَمُونَ

Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”. (Qs. al-Ankabut: 64)

Pada ayat ini terdapat isyarat yang menunjukkan bahwa untuk mencapai tujuan hidupnya manusia wajib mengikuti perintah Tuhan-nya dan memilih apa yang telah dipilih oleh-Nya dan Allah telah memilihkan untuk mereka takwa.

Bisa jadi banyak orang yang mengklaim bahwa dirinya telah bertakwa sedangkan nyatanya yang menyandang ketakwaan itu lebih sedikit maka al-Quran menambahkan di akhir ayat dengan kata-kata: “Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Allah mengenal orang-orang yang benar-benar bertakwa dan Dia mengetahui derajat ketakwaan mereka serta keikhlasan niat mereka dan kesucian mereka maka Dia memuliakan mereka sesuai dengan pengetahuan-Nya. Adapun para pengklaim palsu mereka juga akan dihisab dan dibalas atas kebohongannya.

*Fairozi, Pengiat ISQH Nasional, sedang menyelesaikan studi magister di Pascasarjana UNUSIA Jakarta

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru