29.1 C
Jakarta
Array

Tuhanpun Berinisiatif Mencipta Perbedaan (Bagian-II)

Artikel Trending

Tuhanpun Berinisiatif Mencipta Perbedaan (Bagian-II)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Dalam kitab al-Amtsal disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan” adalah asal penciptaan dan pengembalian nasab manusia kepada Adam dan Hawa maka selama seluruh manusia berasal dari satu akar tidak diperbolehkan satu kabilah membanggakan diri atas yang lainnya dari segi nasab, dan Allah SWT menciptakan setiap kabilah dan memberikan mereka kekhususan dan tugas tertentu itu adalah untuk menjaga tatanan kehidupan sosial manusia,  karena keragaman ini memancing manusia untuk saling mengenal, dan tatanan dalam masyarakat tidak akan tegak kecuali dengan pengenalan individunya, karena jika mereka memiliki model yang sama maka fitnah dan kekacauan akan menguasai masyarakat.

Makna Kata as-Syu’ub dan al-Qabail Para ahli tafsir berbeda pendapat dalam menjelaskan perbedaan antara as-syu’ub yang merupakan jamak dari kata sya’b (sekelompok besar manusia) dan al-qaba’il jamak dari qabilah, berkaitan dengan hal ini mereka memiliki beragam asumsi.

Sebagiannya mengatakan bahwa cakupan as-sya’b lebih luas dari cakupan qabilah sebagaimana yang populer pada saat ini as-sya’b digunakan untuk bangsa tertentu yang besar. Sedang sebagian lainnya mengatakan bahwa kata as-sya’b digunakan untuk sekelompok orang Ajam adapun ¬al-qabilah adalah isyarat untuk sekelompok orang Arab. Sebagian lainnya mengatakan bahwa as-sya’b adalah isyarat untuk orang-orang yang dinisbatkan kepada daerah geografis yang mereka tinggali sedangkan al-qabail adalah isyarat untuk orang-orang yang dinisbatkan kepada keringat dan darah. Tetapi tafsiran yang pertama lebih cocok dari pada yang lainnya sebagaimana dzahir ayatnya.

Dalam Kitab al-Mizan disebutkan bahwa As-syu’ub adalah jamak dari As-sya’b sebagaimana disebutkan dalam kitab al-Majma’ ia adalah sekumpulan besar dari manusia seperti suku Rabiah dan Madhar, sedangkan al-qabail jamak dari al-qabilah adalah di bawah (lebih kecil dari) As-sya’b seperti Tamim dari suku Madhar. Dan pendapat lain mengatakan bahwa As-syu’ub berada di bawah al-qabail dan dinamakan dengannya karena ia berkelompok-kelompok, ar-Raghib mengatakan: As-sya’b adalah al-qabilah yang berkelompok-kelompok dari satu kampung dan jamaknya adalah As-syu’ub. Pendapat lainnya mengatakan bahwa As-syu’ub adalah sekumpulan orang-orang non-Arab sedangkan al-qabail adalah sekumpulan orang-orang Arab.

Sabab Nuzȗl Ayat ini berkaitan dengan sebab turunnya ayat ini, diceritakan bahwa setelah penaklukan kota Mekah Nabi saw. memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan adzan, maka bilal pun naik ke atas Ka’bah  dan mengumandangkan adzan, lalu Attab bin Asid berkata: “Aku bersyukur kepada Allah karena ayahku telah meninggal dunia dan tidak melihat hari semacam ini”, kemudian al-Harits bin Hisyam berkata: “Apakah Rasulullah tidak dapat menemukan orang lain untuk mengumandangkan adzan selain gagak hitam ini?” Maka turunlah ayat di atas menjelaskan tentang standar nyata dari nilai kemuliaan seseorang.

Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa ayat ini turun ketika Rasulullah saw. memerintahkan untuk menikahkan beberapa budak / orang-orang non-Arab dengan anak-anak perempuan keturunan Arab. Maka mereka terheran-heran dan berkata: “Wahai Rasulullah apakah engkau memerintahkan kami untuk menikahkan anak-anak perempuan kami dengan para budak?” Maka turunlah ayat ini dan membatalkan pemikiran-pemikiran takhayul ini.

Dalam kitab al-Kafi disebutkan dari Abu Bakar al-Hadhrami dari Abi Abdillah as berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw menikahkan Miqdad bin al-Aswad dengan Dhuba’ah binti az-Zubair bin Abdul Muththalib, beliau menikahkannya agar mereka tahu bahwa yang paling mulia di antara mereka di Sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara mereka.

Dalam beberapa riwayat Islam diceritakan bahwa suatu hari Nabi saw. berkhutbah di Mekah dan berkata: “Wahai manusia sesungguhnya Allah telah menghilangkan aib Jahiliyah dari pada kalian yang mengagungkan diri mereka dengan ayah-ayah mereka. Sesungguhnya manusia itu ada dua macam yakni orang yang baik, bertakwa dan mulia di sisi Allah kemudian orang yang jahat, celaka dan terhina di sisi Allah. Dan manusia semuanya adalah keturunan Adam yang Allah ciptakan dari tanah, Allah SWT berfirman: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Disebutkan dalam kitab Adab An-Nufus karangan At-Thabrasi bahwa Nabi saw memalingkan wajahnya kepada orang-orang pada saat beliau sedang menunggangi untanya di hari Tasyriq di Mina (yakni hari kesebelas, kedua belas dan ketiga belas bulan Dzulhijjah) lalu beliau bersabda:

يا أيها الناس الا ان ربكم واحد و ان اباكم واحد الا لا فضل لعربي على عجمي و لا لعجمي على عربي و لا لأسود على احمر و لا لأحمر على أسود الا بالتقوى الا هل بلغت قالوا: نعم قال: ليبلغ الشاهد الغائب

Wahai manusia ketahuilah sesungguhnya Tuhan kalian adalah satu dan ayah kalian adalah satu ketahuilah tidak ada keutamaan yang dimiliki oleh orang Arab atas orang non-Arab dan tidak pula orang non-Arab atas orang Arab, dan tidak pula orang berkulit hitam atas orang yang berkulit merah dan tidak pula orang yang berkulit merah atas orang yang berkulit hitam kecuali dengan ketakwaan. Apakah aku telah menyampaikannya (kepada kalian), mereka berkata: Iya, beliau berkata: hendaknya yang menyaksikan menyampaikan kepada yang tidak hadir

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits lain yang maknanya serupa dengan hadits di atas dalam kata-kata yang pendek namun memiliki makna yang luas yakni bahwa Rasulullah saw bersabda:

إن الله لا ينظر الى احسابكم و لا الى انسابكم و لا الى اجسامكم و لا الى اموالكم و لكن ينظر الى قلوبكم، فمن كان له قلب صالح تحنن الله عليه و انما انتم بنو آدم و احبكم اليه اتقاكم.

Sesungguhnya Allah tidak melihat kemuliaan leluhur kalian dan tidak pula pada nasab-nasab kalian dan tidak pula pada fisik kalian dan tidak pula pada harta-harta kalian tetapi Dia melihat kepada hati kalian, maka barang siapa memiliki hati yang baik Allah akan menyayanginya dan sesungguhnya kalian adalah keturunan Adam dan yang paling dicintai Allah di antara kalian adalah yang paling bertakwa.

*Fairozi, Pengiat ISQH Nasional, sedang menyelesaikan studi magister di Pascasarjana UNUSIA Jakarta

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru