26.1 C
Jakarta

Memanas Lagi, Seniman Arab Boikot UEA

Artikel Trending

AkhbarInternasionalMemanas Lagi, Seniman Arab Boikot UEA
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Abu Dhabi – Langkah Uni Emirat Arab (UEA) mengejar normalisasi Hubungan dengan Israel telah memicu reaksi keras dari para seniman dan intelektual Arab. Mereka memboikot penghargaan dan acara budaya yang didukung Emirat dengan alasan mendukung perjuangan Palestina.

“Saya mengumumkan bahwa saya menarik diri dari pameran Anda,” tulis fotografer Palestina Mohamed Badarne untuk Sharjah Art Foundation, yang berbasis di salah satu dari tujuh emirat yang membentuk UEA.

“Sebagai orang di bawah pendudukan, kami harus mengambil sikap terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan rekonsiliasi dengan penjajah (Israel),” kata Badarne yang berbasis di Berlin kepada AFP, Jumat (4/9/2020).

EA bulan lalu setuju untuk membangun hubungan diplomatik penuh dengan Israel dalam kesepakatan yang ditengahi Amerika Serikat (AS), yang menjadikannya negara Teluk pertama dan negara Arab ketiga yang melakukannya.

Perjanjian tersebut dikecam oleh Palestina sebagai “tikaman dari belakang”, dan memicu protes yang meluas. Banyak warga Palestina melihat kesepakatan itu sebagai pengkhianatan, melanggar konsensus bahwa normalisasi dengan Israel hanya diperbolehkan setelah masalah Palestina diselesaikan.

Menteri Kebudayaan Palestina Atef Abu Seif mendesak para intelektual Arab untuk menentang keputusan yang memperkuat Israel. Tokoh budaya sekaligius seniman dari Aljazair, Irak, Oman dan Tunisia—serta UEA sendiri—mengutuk kesepakatan tersebut.

“Hari yang menyedihkan dan bencana,” tulis penulis Emirat, Dhabiya Khamis, menyusul pengumuman mengejutkan dari Presiden AS Donald Trump tentang kesepakatan itu pada 13 Agustus. “Tidak untuk normalisasi antara Israel dan Emirat serta negara-negara Teluk Arab!,” lanjut Khamis. “Israel adalah musuh seluruh bangsa Arab.”

BACA JUGA  Israel Kembali Lancarkan Serangan Udara ke Kota Gaza

Seniman Arab Lakukan Protes Keras

Seniman arab mengutuk keras sikap UEA dalam beberapa tahun terakhir telah menginvestasikan banyak uang dalam budaya, termasuk Louvre Abu Dhabi, cabang dari museum Paris yang ikonik, yang dibuka pada 2017.

Negara Teluk yang kaya minyak itu juga mendanai beberapa penghargaan sastra, seperti The Sheikh Zayed Book Prize, yang diambil dari nama mantan presiden Emirat, yang membagikan medali emas dan hadiah uang tunai dengan total sekitar USD1,9 juta setiap tahun.

Penulis Maroko; Zohra Ramij, telah mengumumkan penarikan novel terbarunya dari kompetisi, sementara penyair Maroko; Mohamed Bennis, mengundurkan diri dari panitia penyelenggara.

“Merupakan dosa untuk mendapatkan hadiah Emirat,” kata penulis Palestina Ahmed Abu Salim, yang menarik dirinya dari International Prize for Arabic Fiction (IPAF).

Kompetisi yang dimulai pada 2007 dan dibimbing oleh Booker Prize Foundation di London ini didanai oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Abu Dhabi.

Kompetisi ini memberikan USD50.000 kepada pemenang dan masing-masing USD10.000 untuk mereka yang terpilih. “Saya adalah pendukung intelektual perjuangan Palestina, berapa pun harga yang harus dibayar,” kata Salim kepada AFP.

Beberapa mantan pemenang hadiah dan anggota juri, termasuk intelektual Palestina Khaled Hroub, menulis surat terbuka kepada wali IPAF menuntut penghentian pendanaan Emirat.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru