25.4 C
Jakarta

Quraish Shihab Membenarkan, Pelaku Teror itu Mati Kafir

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanQuraish Shihab Membenarkan, Pelaku Teror itu Mati Kafir
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Terorisme bukan sesuatu yang asing di telinga kita. Terorisme sudah lama sekitar beberapa tahun yang lalu memporak-poranda Indonesia. Terlebih aksi teror yang dilakukan oleh Amrozi dan kawan-kawannya di Bali. Kemudian, diikuti oleh aksi-aksi teror yang terjadi di pelbagai wilayah di Indonesia. Sebut saja, di Surabaya, di Jakarta, dan beberapa kota yang lain.

Terorisme seringkali mengatasnamakan agama. Semua itu dilakukan untuk memuluskan kepentingannya, mengganggu dan memecah belah persatuan. Tak sedikit orang yang ketakutan begitu terdengar ledakan bom, apalagi yang tinggal tak jauh dari tempat kejadian. Bahkan, yang paling yang tragis adalah aksi teror yang dilakukan dengan tindakan nekat bom bunuh diri.

Melihat persoalan pelik terorisme, tokoh tafsir di Indonesia Prof. Quraish Shihab melihat bahwa teror itu tindakan yang zalim yang memakan banyak korban, sedang korbannya adalah orang-orang yang tidak bersalah, seperti anak-anak, orang-orang yang harus dilindungi, dan lain-lain. Teror yang dianggap sebagai jihad merupakan suatu kekeliruan. Karena, jihad itu berusaha untuk mengurangi sedapat mungkin kerusakan, walau terhadap lawan. Sedang, teror itu melakukan kegiatan yang berlawanan dengan sesuatu yang semestinya dipelihara oleh agama, seperti masjid, gereja, dan lain-lain.

Agama, sebut Prof. Quraish Shihab, memang mewajibkan berjihad, semisal berjihad untuk menjaga biara-biara dan masjid-masjid yang jika dibiarkan akan runtuh. Sayangnya, jihad untuk menjaga masjid tidak diindahkan oleh pelaku teror. Mereka malah melakukan teror di sana. Mereka mengorbankan orang yang semestinya terpelihara. Karena itu, jihad jelas berbeda jauh dengan teror. Jihad tetap menghormati lawan dengan cara memeliharanya. Sebaliknya, teror malah mengorbankan lawan.

Prof. Quraish Shihab menambahkan, orang yang meninggal sebab diteror itu kemungkinan mati dalam keadaan husnul khatimah. Kendati, hanya Allah yang maha tahu siapa di antara hamba-Nya yang mati dalam keadaan husnul khatimah ini. Sebaliknya, pelaku teror matinya akan sangat berat menanggung dosanya. Sehingga, dugaan akan mendapatkan ganjaran berupa bidadari di surga, sangatlah mustahil. Yang mendapatkan bidadari di surga hanyalah orang yang berjihad sesuai tuntunan agama kemudian dia menjadi korban. Pahala bagi orang yang berjihad itu memang dijanjikan oleh Allah berupa jalan yang bermacam-macam. Tidak harus dalam bentuk bidadari. Pahala yang dijanjikan pelaku teror itu hanyalah iming-iming semata. Bahkan, pelaku teror itu bisa jadi mati kafir. Karena, mereka membunuh dan menganggap pembunuhannya dibenarkan Tuhan, padahal Tuhan tidak menghendaki itu.

BACA JUGA  Perbedaan Muhammadiyah dengan NU dalam Penetapan Awal dan Akhir Ramadhan, Mana yang Benar?

Sebagai penutup, Prof. Quraish Shihab menegaskan, kita tidak bisa menyebutkan satu hukuman tertentu bagi pelaku teror. Tapi, kita lihat apa kesalahannya. Karena, teror bermacam-macam. Kalau kita dapat menghindari pembunuhan mereka, itu akan lebih baik, ditahan atau diinsafkan. Menghilangkan nyawa itu, walau itu wajar tetap saja kalau bisa tidak dilakukan. Hindarilah pembunuhan, walau terhadap teroris kecuali kalau terpaksa dan kesalahannya sedemikian besar. Tapi, kalau teror sekedar menakutkan orang, bisa dihukum sesuai dengan kesalahannya. Hukuman mati yang dijatuhkan oleh pengadilan yang adil merupakan sesuatu yang dibenarkan oleh agama. Al-Qur’an menyatakan, dalam menjatuhkan qishash, menghukum mati setelah melalui proses pengadilan itu sesuatu yang wajar. Karena, dapat membuat keluarga korban merasa lega.[] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini disadur dari perbincangan Prof. Quraish Shihab dengan putrinya Najwa Shihab di Akun YouTube Najwa Shihab

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru