26.7 C
Jakarta

Punya Uang Jutaan Dolar, Siapa Sponsor Amir Hizbut Tahrir?

Artikel Trending

KhazanahTelaahPunya Uang Jutaan Dolar, Siapa Sponsor Amir Hizbut Tahrir?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Punya Uang Jutaan Dolar, Siapa Sponsor Amir Hizbut Tahrir?

Ayik Heriansyah*

Menjadi kaya hak setiap orang. Bergaya hidup mewah dan berfoya-foya dengan harta pun tidak dilarang secara mutlak. Bukan soal halal atau haram, tapi soal adab, akhlak, etika dan moral. Rasanya kurang pantas, di tengah sejuta problematika yang sedang melanda kaum muslimin, ada segelintir oknum pejuang khilafah bergaya borju.

Syaikh Mahmud Abdul Latif (Abu Iyas) salah seorang anggota Lajnah Qiyadah (pengurus pusat internasional) yang sudah meninggalkan Hizbut Tahrir karena melihat penyimpangan yang dilakukan Amir Hizbut Tahrir Atha bin Khalil Abu Rusytah, mengkritik perilaku borju sang calon khalifah tersebut.

Di akun medianya, Abu Iyas menulis status yang menyebut Atha Abu Rusytah seorang haalik (orang binasa), berkhianat dan menyimpang. Atha Abu Rusytah bergaya hidup mewah. Mempunyai uang jutaan dolar, yang bisa membiayai satu negari.

Di Hizbut Tahrir, hanya Amir yang punya otoritas mengelola keuangan partai. Pemasukan dan pengeluaran uang, hak yang bersangkutan. Sumber uang jutaan dolar yang dipedang Atha Abu Rusytah kemungkinan dari akumulasi infaq para syabab dari seluruh dunia, sejak dari Amir yang pertama Taqiyuddin an-Nabhani (1953 – 1977), Amir kedua Abdul Qadim Zallum (1977 – 2003) dan masa kepemimpinannya (2003 – sekarang).

Jumlah anggota pada masa Amir yang pertama dan kedua sangat sedikit dan terbatas di kawasan Arab, Asia Tengah, Selatan dan Tenggara. Di Amerika, Australia dan Eropa, lebih sedikit lagi. Mereka terdiri dari imigran Arab dan Asia Selatan. Sangat sedikit dari kalangan pribumi. Mayoritas anggota Hizbut Tahrir dari kalangan bawah secara ekonomi. Yang agak kaya, terdapat di negara-negara Barat. Sehingga jumlah infaq bulanan yang mereka setor ke Amir Hizbut Tahrir, sangat kecil.

Pada masa Amir yang sekarang, Hizbut Tahrir mengembangkan sayap ke Afrika Tengah, negara-negara sekitar gurun Sahara dan Afrika Tenggara. Negara-negara tersebut adalah negara miskin. Anggota Hizbut Tahrir di sana kemungkinan besar dari kalangan bawah. Jadi, tambahan infaq yang diterima Amir Hizbut Tahrir dari mereka tidak begitu signifikan. Jadi, tidak mungkin uang jutaan dolar yang dimiliki Amir Hizbut Tahrir diperoleh dari akumulasi infaq bulanan yang disetor para syabab Hizbut Tahrir dari seluruh dunia.

Kemungkinan kedua, Amir Hizbut Tahrir mendapat uang sebanyak itu dari usaha/bisnis. Amir Hizbut Tahrir bersama anggota-anggota yang dipilihnya, melakukan bisnis sehingga menghasilkan keuntungan yang besar bagi kas Hizbut Tahrir.

BACA JUGA  Mengapa Isu Khilafah Terus Mengakar pada Waktu Pemilu?

Namun, jika melihat kondisi Amir Hizbut Tahrir dan syabab-syabab di Arab, Asia Tengah dan Selatan yang menjadi buronan aparat, bersembunyi di tempat yang sangat rahasia dan selalu berpindah-pindah tempat, sulit rasanya bisa menjalankan suatu bisnis yang keuntungannya jutaan dolar. Paling rasional, bisnis Hizbut Tahrir dijalankan oleh anggota mereka yang berada di Amerika, Australia dan Eropa.

Kemungkinan terakhir, uang jutaan dolar yang ada di tangan Amir Hizbut Tahrir didapat dari negara-negara Barat yang mensponsori aktivitas Hizbut Tahrir di negeri-negeri Islam. Pemikiran Hizbut Tahrir hanya akan mendirikan khilafah di negara-negara muslim, segaris dan sebangun dengan agenda Barat untuk menguasai kaum muslimin.

Keberadaan Hizbut Tahrir di negeri-negeri Islam menciptakan kegaduhan, memecah belah masyarakat, membuat instabilitas politik dan disintegrasi bangsa. Hizbut Tahrir tanpa sadar menjadi proxy Barat di dunia Islam. Dana untuk Amir Hizbut Tahrir bisa disalurkan langsung atau melalui perantara pihak ketiga, keempat, dst.

Status yang ditulis Abu Iyas mengalihkan perhatian kita kepada analisa politik global yang mengatakan bahwa Hizbut Tahrir adalah proxy Inggris. Diperkuat oleh kesimpulan dari tesis Muhammad Muhsin Rodhi seorang anggota Hizbut Tahrir Irak, yang berjudul Hizb at Tahrir, Tsaqafatuhu wa Manhajuhu fi Iqamti al-Khilafah al-Islamiyah di Universitas Islam Baghdad pada tahun 8 Shafar 1428 H/25 Pebruari 2007 M dengan nilai Summa Cumlaude (Mumtaz), yang mengatakan Hizbut Tahrir berdiri pada tahun 1948 bukan 1953.

Hizbut Tahrir berdiri bertepatan tahun dengan deklarasi berdirinya negara Israel yang disponsori Inggris. Sejak negara Israel berdiri sampai sekarang, Hizbut Tahrir belum pernah terlibat perang melawan tentara Israel. Bahkan Hizbut Tahrir menyalahkan faksi-faksi militer di Palestina dan keterlibatan Ikhwanul Muslimin pada perang Arab-Israel.

Saat yang sama, Hizbut Tahrir mengalihkan perhatian umat dan menyibukkan umat kepada pendirian khilafah tahririyah, yang menurut asumsi Hizbut Tahrir menjadi solusi dalam membebaskan Palestina dari cengkraman Israel.

Tidak salah, jika opini yang beredar di tengah kaum muslimin, bahwa Hizbut Tahrir merupakan bentukan Inggris dan disponsori Inggris. Kesimpulan dari tesis Muhammad Muhsin Rodhi dan testimoni Abu Iyas, tentang uang jutaan dolar yang bisa membiayai satu bangsa di tangan Atha bin Khalil Abu Rusytah, memperkuat opini tersebut.

*Ayik HeriansyahPengamat Sosial Keagamaan, dan Mantan Ketua DPD HTI Bangka Belitung

 

Ayik Heriansyah
Ayik Heriansyah
Mahasiswa Kajian Terorisme SKSG UI, dan Direktur Eksekutif CNRCT

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru