Sudah jamak diketahui bahwa pada hari Asyura umat Muslim dianjurkan untuk melaksanakan ritual puasa. Saat Abdullah bin Abbas ra ditanya mengenai puasa Asyura, beliau menceritakan bahwa Rasulullah nampak betul usahanya untuk mencari keutamaan dua puasa yakni puasa Asyura dan puasa bulan Ramadan (HR. al-Bukhari dan Muslim). Bahkan hingga para sahabat ‘memuasakan’ anak-anak kecil mereka.
Tidak heran jika di awal-awal masa Islam, puasa yang diwajibkan –menurut pandangan Abu Hanifah dan Ahmad bin Hanbal- adalah puasa Asyura. Setelah datang wahyu yang memerintahkan puasa Ramadan, bergantilah status kewajiban puasa Asyura menjadi suatu kesunahan (HR. al-Bukhari dari Asiyah dan Abdullah bin Umar). Keutamaan berpuasa pada hari Asyura dapat melebur dosa setahun yang telah lewat (HR. Muslim dari Abu Qatadah).
Keutamaan puasa Asyura sebetulnya sudah dapat dilihat dari catatan sejarah. Tercatat puasa Asyura terlebih dahulu dilakukan oleh orang-orang sebelum umat Islam, di antaranya:
- Para nabi terdahulu
Ritual puasa Asyura ini sejatinya sudah ada sejak zaman para nabi tedahulu (HR. Ibnu Makhlad dari Abu Hurairah). Sebut saja Nabi Nuh as, dan Nabi Musa as.
- Kaum Yahudi Madinah
Riwayat yang cukup populer dan familier di telinga kaum Muslimin mengenai kaum Yahudi Madinah yang berpuasa untuk memperingati keselamatan Nabi Musa as. Puasa Yahudi Madinah ini membuat Nabi saw beserta para sahabat juga berpuasa pada hari Asyura. (HR. al-Bukhari dan Muslim). Bahkan Rasulullah saw menganjurkan para sahabat yang sudah terlanjur makan di hari itu untuk puasa hingga Maghrib (HR. al-Bukhari).
Para sahabat pernah mengajukan semacam protes terhadap Nabi Muhammad saw. Mengapa Nabi saw memerintahkan puasa pada hari yang dimuliakan oleh umat Yahudi dan Nasrani? Akhirnya Nabi saw pun memberikan puasa tambahan sehari sebelum Asyura (Tasu’a, red) dan sehari sesudah Asyura sebagai pembeda dengan mereka (HR. Muslim dan Ahmad dari Ibnu Abbas).
- Kaum Quraisy di masa Jahiliyah.
Menurut seorang tabiin bernama Ikrimah, dahulu apabila Quraiys melakukan dosa besar yang mengganjal di hati. Mereka bertaubat dengan berpuasa pada hari Asyura.
- Binatang dan serangga.
Sejumlah riwayat menyatakan bahwa ada sejenis burung yang ikut berpuasa di hari Asyura, sebagaimana dincantumkan oleh al-Khathib dalam kitab Tarîkh-nya yang juga diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Hewan lain yang ikut berpuasa di hari Asyura adalah semut dan binatang-binatang buas.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Asyura merupakan hari puasanya lintas umat. Mulai para nabi, umat beragama hingga binatang. Semoga kita semua mendapat kekuatan untuk menjalankan puasa Asyura. (Ali Fitriana)