31.2 C
Jakarta
Array

Perilaku Radikal dari Kacamata Psikologi

Artikel Trending

Perilaku Radikal dari Kacamata Psikologi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Jika berbicara mengenai perilaku manusia dalam teori psikologi maka akan kembali pada 5 perspektif yang paling dominan membicarakan manusia. Ke-lima mazhab besar tersebut adalah Psikoanalisa, Behavioral, Humanistik, Kognitif, serta Biologis. Masing-masing mazhab memiliki pandangan tersendiri mengenai sifat manusia, misalnya, Psikoanalisa menganggap bahwa perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu, atau aliran Biologis dan Psikodinamika meyakini bahwa perilaku manusia ditentukan oleh pembawaan dasarnya, seperti genetik, neural, hormonal, evolusi, dan faktor insting ketidaksadaran. Sementara perspektif Behavioris dan Humanistik mempercayai bahwa faktor lingkungan (environmental) dan internal diri (self) lebih memiliki pengaruh pada perilaku kita. Selanjutnya aliran Kognitif berpendapat bahwa baik faktor alamiah seperti potensi otak, maupun faktor pengasuhan (nurture) seperti kognisi dan proses belajar berperan besar dalam membentuk perilaku manusia.

Sepintas Ke-lima mazhab psikologi tersebut sudah berhasil menjelaskan perilaku manusai, tidak sedikit pakar psikologi berhenti disitu dan berkutat dalam teori pesikoligi Ke-lima mazhab tersebut. Namun jika dicermati lagi masih terdapat banyak celah dalam teori-teori tersebut karena untuk memahami perilaku manusia secara utuh tidak cukup dengan teori yang ada di dalam madzhab-madzhab itu. Jika diibaratkan pandangan-pandangan tersebut seperti lima orang buta yang sedang meraba tubuh gajah, mereka akan mendeskripsikan tubuh gajah tersebut sebagaimana apa yang mereka sentuh. Jika yang satu memegang belalai, ia akan mengira gajah bertubuh panjang seperti ular. Ketika yang satunya meraba telinga gajah, ia akan berasumsi bahwa tubuh gajah lebar dan pipih. Dan seterusnya. Tidak ada dari ke-lima orang buta tersebut dapat mendeskripsikan tubuh gajah secara kesuluhan dengan benar. Karena pada dasarnya mereka menyentuh bagian-bagian yang berbeda satu sama lain.

Begitu juga lima mazhab di atas, mereka belum menjelaskan manusia secara holistik dan hakiki, mereka bersepakat bahwa ada tiga aspek dalam diri manusia. Yaitu aspek biologis, psikologis, dan sosio-kultural. Akan tetapi mereka meninggalkan satu dimensi yang sangat penting dan besar peranannya dalam membentuk perilaku manusia, yaitu dimensi Spiritual. Para psikolog barat menafikan pentingnya dimensi spiritualitas, khususnya dalam memaknai fenomena perilaku unik manusia yang membutuhkan analisis khusus dari teori-teori psikologi kepribadian yang berbasiskan spiritualitas agama. Seperti perilaku radikalisme beragama yang marak terjadi dewasa ini, bom bunuh diri yang populer dengan sebutan bom syahid, maraknya jamaah zikir dan muhasabah, dan sederet perilaku keagamaan lainnya. Karena boleh jadi dalam teori Psikologi Kepribadian modern, perilaku tersebut merupakan ekspresi patologis, sementara dalam perspektif spiritualitas agama diyakini sebagai perilaku yang mencerminkan aktualisasi atau realisasi diri.

Manusia tidak cukup dipahami dengan teori psikologi barat, psikologi barat hanya tepat untuk mengkaji manusia barat sesuai dengan kultur sekularnya yang melatarbelakangi lahirnya ilmu itu. Untuk memahami manusia di belahan bumi lain harus digunakan pula basis kultur dimana manusia itu hidup. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu kerangka teori pesikologi yang mampu menjelaskan perilaku manusia secara komprehensif, tidak dibatasi oleh tempat dan budaya.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru