25.4 C
Jakarta

Awas! Penyakit Mata Lalat dari Pejuang “Syari’at”

Artikel Trending

KhazanahTelaahAwas! Penyakit Mata Lalat dari Pejuang “Syari’at”
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Awas! Penyakit Mata Lalat dari Pejuang “Syari’at”

Ayik Heriansyah*

Mata lalat, mata yang selalu melihat benda-benda buruk dan kotor. Mata yang selalu tertuju kepada sampah. Sekecil apapun keburukan, kotoran dan sampah di suatu tempat yang bersih dan luas, akan di-zoom menjadi sebesar gunung oleh mata lalat. Mata lalat tidak bisa menyaksikan indahnya suatu taman, jika di taman tersebut ada setitik kotoran, karena matanya fokus melihat kotoran tersebut.

Di tengah-tengah kita ada saja orang yang bermata lalat. Selalu melihat aib dan sisi negatif dari orang lain. Matanya dalam keadaan untuk melihat keburukan, kelemahan dan kekurangan orang lain. Mata yang mengungkapkan ada penyakit di dalam  dirinya.

Yang lebih parah dari itu, ada sekelompok orang yang katanya pejuang syari’at, tidak henti-hentinya membicarakan dan menyebarkan keburukan pemerintah. Di mata mereka, pemerintah tidak ada baiknya. Semua kebijakan pemerintah divonis “melanggar hukum Allah swt”. Mereka tidak peduli, apakah tuduhan itu, benar atau salah.

Penyakit Mata Lalat Kaum Radikal

Penyakit mata lalat telah menutupi mata hati mereka. Mereka tidak sadar, semua fasilitas hidup yang mereka nikmati sekarang lahir dari kebijakan pemerintah. Pemerintah berusaha keras untuk mengatur semua urusan mereka agar hajat hidup mereka bisa terpenuhi. Meski belum sempurna, pemerintah telah menunaikan tugasnya sebagai “wakil” Tuhan dalam mengatur dan mengurus hamba-hamba-Nya.

Penyakit mata lalat representasi dari penyakit hati. Hati yang busuk, kotor dan penuh dengan sampah maksiat, mata kepalanya selalu tertuju kepada sesuatu yang busuk dan kotor pula. Penyakit mata lalat tidak akan kita temui pada orang-orang yang hatinya bersih. Para wali yang menempati maqam orang-orang suci setelah para Nabi menghidar dari melihat aib orang lain dan pemerintah.

BACA JUGA  Kemiskinan: Akar Penyebab Seseorang Terjerat Radikalisme

Mereka selalu bersama pemerintah dengan taat dan penuh kesabaran. Di dalam kitab Qautul Qulub, jilid 2 hlm. 242 seorang waliyullah tersohor Sahl bin Abdullah at-Tustary rahimahullah berkata:

‏هذه الأمة ٧٣ فرقة ٧٢ هالكة كلهم يبغضون السلطان، والناجية هذه الواحدة التي مع السلطان.

“Umat ini terpecah menjadi 73 golongan, 72 golongan yang binasa semuanya mereka membenci pemerintah, sedangkan satu golongan yang selamat mereka inilah yang bersama pemerintah.”

Hal senada diucapkan oleh wali yang lain, Al-Imam Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata:

جور ستين سنة خير من هرج ساعة، فلا يتمنى زوال السلطان إلا جاهل مغرور أو فاسق يتمنى كل محذور.

“Ketidakadilan (pemerintah) selama 60 tahun lebih baik dibandingkan pembunuhan (akibat memberontak) sesaat saja, sehingga tidak akan berangan-angan lenyapnya penguasa kecuali orang yang bodoh dan tertipu atau orang fasiq yang mengangankan semua keburukan.” (Sirajul Muluk, hlm. 48).

Bukan berarti kita membenarkan kezhaliman yang dilakukan pemerintah, akan tetapi, bersabar dalam taat kepada pemerintah dan bersabar dalam meluruskan kezhaliman mereka itu lebih baik ketimbang memberontak. Pemberontakan biasanya dimulai dengan cara mengkondisikan masyarakat melalui penyebaran keburukan-keburukan pemerintah. Bisa jadi, itu cuma asumsi dari kelompok bermata lalat yang terlalu terobsesi dengan “syari’at” versi mereka.

*Ayik HeriansyahPengamat Sosial Keagamaan dan Mantan Ketua DPD HTI Bangka Belitung

Ayik Heriansyah
Ayik Heriansyah
Mahasiswa Kajian Terorisme SKSG UI, dan Direktur Eksekutif CNRCT

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru