26.7 C
Jakarta

Pelaku Penusukan Syekh Ali Jaber Korban Doktrin Islamophobia?

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanPelaku Penusukan Syekh Ali Jaber Korban Doktrin Islamophobia?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Saya terkaget-kaget begitu mendengar Syekh Ali Jaber ditusuk oleh seorang pemuda yang berusia sekitar dua puluh tahun. Syekh Ali saat itu lagi menghadiri acara tahfidz Al-Qur’an di Lampung. Sebagai syekh yang hafidz Al-Qur’an Syekh Ali dikenal fasih hafalannya dan sering menjadi juri tahfidz di berbagai stasiun televisi. Saya kaget karena selama ini Syekh Ali belum pernah terlibat dalam perselisihan dengan seseorang. Syekh Ali termasuk orang yang baik, penyabar, dan berkharisma.

Saya masih bertanya-tanya: Siapa sebenarnya pemuda yang menusuk Syekh Ali? Apa motif penusukan ini? Kalau dia orang gila, tapi kok nusuknya kepada orang tertentu? Bukan ngamuk di tengah massa yang menyesaki tempat di mana Syekh Ali menghadiri acara? Benarkah ini terdapat seorang yang menjadi dalang dari peristiwa tragis ini? Jika boleh menduga, apa tindakan itu adalah aksi terorisme? Terus, pelakunya termasuk orang yang tidak menghendaki Indonesia kelihatan damai dengan sistem republik demokratis?

Segala pertanyaan yang terbersit dalam benak sesungguhnya masih banyak. Tapi, beberapa pertanyaan tersebut mungkin dapat mewakili kekagetan saya mendengar dan menonton peristiwa tragis itu di media sosial. Satu hal yang paling menarik dari pertanyaan ini adalah dalang yang mencuci otak sang pelaku. Sejenak saya merenung. Tetiba saya teringat dengan aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok radikal yang berwajah terorisme. Mungkin, terorisme dalangnya. Karena, terorisme melakukan aksi-aksi picik tidak memandang siapapun, baik saudara semuslim maupun saudara sekemanusiaan. Aneh, bukan?

Begitu teringat terorisme, teringat semua peristiwa tragis yang melanda di pelbagai wilayah di negeri ini. Peristiwa itu dimulai dari pengeboman di Bali, Surabaya, ban banyak wilayah yang lain. Aksi kekerasan yang dilakukan oleh terorisme tidak selamanya berwujud pelontaran bom atau bom bunuh diri, namun juga berbentuk serangan penusukan. Serangan yang dilakukan oleh terorisme memang cenderung ngawur dan tidak bermoral. Terorisme melakukan aksinya secara tidak manusiawi. Yang terpenting segala rencana terlaksana dengan lancar dan mulus.

Bentuk penusukan secara tiba-tiba memang bukan sesuatu yang baru terjadi di Negara Indonesia. Tahun yang lalu pernah terjadi kepada Bapak Wiranto. Ya, sekarang terjadi lagi penusukan secara tiba-tiba kepada Syekh Ali Jaber. Kalau begitu, semua tindakan itu dapat digolongkan terhadap aksi terorisme. Sebab, aksi ini berbentuk penyerangan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan tiba-tiba tak ubahnya aksi-aksi pengeboman. Aksi semacam ini jelas dilaknat oleh Allah Swt. Islam dihadirkan bukan dengan jalan kekerasan, tetapi dengan jalan perdamaian. Perbuatan kekerasan berwajah terorisme adalah perbuatan setan yang berwujud manusia.

Penusul Ali Jaber Terdoktrin Pemahaman Radikal

Doktrin terorisme bagaimanapun sangat berbahaya. Doktrin ini dilakukan biasanya semenjak perekrutan anggota terorisme. Doktrin tersebut berbentuk membandingkan mana yang lebih utama didahulukan antara Al-Qur’an dan Pancasila. Perbandingan ini jelas perbandingan yang keliru, karena tidak balance, sesuai. Begitu anggota terdoktrin bahwa Al-Qur’an yang mesti didahulukan, anggota kemudian diajak untuk mengkafirkan Pancasila. Ketika Pancasila dikafirkan, secara tidak langsung Indonesia dan orang yang tinggal di dalamnya termasuk kafir semua. Bagi terorisme, orang yang kafir itu halal darahnya dibunuh. Naudzu billah!

Melihat alur doktrin terorisme itu masuk ke dalam alam bawah sadar seseorang, sehingga berhasil mencuci otaknya, sangat jelas bahwa pelaku penusukan terhadap Syekh Ali Jaber adalah anggota teroris. Si pelaku dengan sengaja melakukan aksi maha kejam kepada Syekh Ali yang tidak bersalah. Semoga si pelaku dan dalangnya mendapat siksa Allah yang sangat pedih, baik di dunia langsung maupun di akhir kelak! Syekh Ali mungkin memaafkan perbuatan pelaku, tetapi murid Syekh Ali di belahan dunia belum bisa memaafkan.

BACA JUGA  Berpuasalah, Agar Kamu Selamat dari Kejahatan Radikalisme

Mulai sekarang, mari tanamkan dalam benak untuk memerangi terorisme. Menteri Agama Fachrul Razi sudah menegaskan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk memerangi aksi radikalisme berwajah terorisme. Karena, kehadiran paham ini bukan membangkitkan Negara Indonesia menjadi negara yang disegani, malah menjadi negara yang ditakuti. Negara Indonesia nanti akan mendapat stigma negatif dari orang luar negeri seperti yang dialamatkan kepada agama Islam sendiri sebab perbuatan kejam terorisme. Kata orang Barat, “Islam adalah agama terorisme”.

Memerangi terorisme hendaknya dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, menanamkan paham moderat dalam benak masyarakat. Paham moderat ini menentang paham kekerasan yang biasanya dilakukan oleh kelompok terorisme, karena paham terorisme bukan paham yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Nabi Saw. tidak pernah menyakiti orang lain yang tidak sepaham dengan beliau, apalagi sesama muslim yang mengikuti ajaran beliau. Kedua, menghukum mati pelaku terorisme. Hukuman mati ini mungkin bisa meminimalisir angka terorisme di Indonesia. Hukuman mati ini termasuk pilihan yang relevan melihat aksi terorisme kian merambah negeri.

Sebagai penutup, Syekh Ali Jaber adalah orang baik yang ikhlas membumikan Al-Qur’an di Indonesia. Syekh Ali sangat senang melihat masyarakat Indonesia mencintai Al-Qur’an, terlebih menghafalnya. Karena, Al-Qur’an bagi Syekh Ali itu berisi pengetahuan yang luas melebihi samudera yang maha luas, sehingga siapapun yang membacanya dengan benar akan dituntun mendapatkan hidayah: keluar dari zaman Jahiliyah berwajah terorisme. Terorisme itu bukan orang Islam, tapi dia adalah orang kafir, karena dia menutup sifat kemanusiaanya terhadap saudaranya sendiri. Semoga para teroris mendapat laknat dari Tuhan![] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru