26.7 C
Jakarta

Serial Pengakuan Mantan Teroris (XX-IV): Ngadimun Korban Doktrin NII dan ISIS

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Mantan Teroris (XX-IV): Ngadimun Korban Doktrin NII dan ISIS
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Semua orang pasti bercita-cita menjadi muslim yang baik. Yang jelas, muslim yang baik itu yang berakhlak, baik kepada sesama manusia maupun kepada selainnya. Dalam agama akhlak memiliki posisi tertinggi dibandingkan ajaran agama yang lain. Namun, cita-cita menjadi muslim yang baik seringkali mengantarkan seseorang memilih jalan yang salah, sehingga ia terjebak dalam kubangan paham radikal, termasuk dalam ini adalah Ngadimun.

Seorang narapidana terorisme (napiter), Ngadimun termasuk salah seorang muslim yang terus belajar agama. Di tengah perjalanannya ia terjebak dalam jebakan paham radikal berwajah Negara Islam Indonesia (NII). Tidak sampai masuk terlalu jauh, ia merasa ngelisah, karena menyadari sepertinya ia berada di tempat yang salah. Ia terus merenungkan setiap keraguan yang terbersit dalam benaknya.

Perjalanan hidup memang semacam itu. Kadang yang terlihat indah di permukaan, kadang menjijikkan di dalam. NII mungkin terlihat memukau dan menggugah hati Ngadimun untuk belajar Islam di sana. Sayang, itu hanya berlangsung beberapa bulan saja. Akhirnya ia keluar dari organisasi radikal itu. Ia kemudian bergabung dengan mantan-mantan NII.

Saat bergabung dengan mantan-mantan NII Ngadimun meyakini betul kalau pilihan bergabung dengan NII adalah pilihan yang salah di masa lalu. Ia merasa kosong jiwanya. Belum menemukan secercah cahaya keislaman. Hidayah hanya sebatas diusahakan oleh manusia. Sedang, Tuhan yang menganugerahinya.

Kisah Ngadium Terseret Pada Kubangan Radikalisme

Kisah Ngadimun tak ubahnya kisah perjalanan spiritual Imam Al-Ghazali yang rela menghabiskan waktunya bertahun-tahun menyelami samudera pengetahuan dengan tujuan mencapai kebenaran yang hakiki. Sang imam memulai dari mendalami ilmu kalam, terus ilmu adab, sampai mengakhirinya pada ilmu tasawuf. Titik finish yang digapai oleh Imam Al-Ghazali memang tidak semudah perjalanan Ngadimun. Sehingga, perjalanan ini terus dikenang sapanjang zaman.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXV): Eks Napiter Mahmudi Kini Memilih Jalan Hidup Sebagai Pengusaha

Ngadimun kemudian bergabung dengan Islamic State of Irak and Suriah (ISIS). Tak lama Ngadimun bergabung dengan kelompok ISIS. Ia merasa terjebak dalam kesalahan yang sama pada waktu yang berbeda. Hal yang paling membuat Ngadimun jenuh belajar Islam dengan ISIS adalah kebodohan kelompok ISIS dalam memahami Islam.

Islam hanya dipahami secara dangkal oleh orang-orang ISIS. Mereka hanya pintar berbicara, sedang pada kenyataannya mereka bodoh. Ngadimun merasa risih ngobrol dengan orang yang tidak memiliki basic pengetahuan agama yang kuat. Ngadimun memilih keluar dari ISIS. Tidak peduli ia dibilang penghianat atau apa.

Tak lama setelah itu Ngadimun tertangkap oleh polisi karena ia terkasus menyimpan informasi tentang kelompok radikal di mana ia pernah menjadi bagian di dalamnya. Ngadimun terpaksa mendekam dalam penjara. Ia menyesal melewati masa-masa yang sangat menyedihkan ini: memalukan keluarga, meninggalkan anak dan istri, dan mencoreng citra baik agama Islam.

Hikmah selama di penjara adalah timbulnya secercah hidayah di hati Ngadimun. Ia menyesali segala perbuatan dosa yang berlalu. Ia berada pada ujung taubat nashuha. Ia menangis telah menghabiskan waktu buat sesuatu yang tidak berdaya guna. Ia kemudian memutuskan hijrah dari paham radikal menuju paham moderat: Islam rahmatan lil alamin.

Sekarang Ngadimun sudah meninggalkan Ibu Kota Jakarta dan kembali ke Solo. Ia memilih hidup bersama istri dan anak-anaknya. Hidup bersama keluarga terasa memberikan ketenangan batin yang tiada terhingga dibandingkan bergabung dengan kelompok radikal yang memperdangkan  ajaran Islam dengan produk khilafah dan kafir.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru