29.5 C
Jakarta

Menulis; Adalah Cara Menghindari Lupa

Artikel Trending

KhazanahLiterasiMenulis; Adalah Cara Menghindari Lupa
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Lupa merupakan perilaku yang dimiliki manusia hingga penulis sekalipun, jika berbicara tentang berliterasi, sangat sempit jangkauannya jika hanya membahas seputar membaca, meskipun membaca menjadi modal utama seseorang berliterasi. Dengan membaca seseorang mendapat informasi penting, termasuk ilmu pengetahuan.

Selain membaca, menulis merupakan lingkup literasi yang tak kalah penting. Kegiatan sederhana ini ternyata tidak banyak diminati orang, sekalipun berminat, tidak sedikit orang kesulitan dalam menulis. Banyak orang yang menjalani profesi penulis, namun terkadang tidak konsisten dan istiqamah dalam menekuni profesi tersebut.

Pada dasarnya, kemampuan seseorang sangat beragam dalam merespon buku atau bacaannya. Ada yang mudah sekali mencerna kandungan bacaan, ada pula yang sukar. Ada orang yang cepat dalam membaca, ada yang lambat. Yang jauh lebih menyebalkan adalah orang yang pelupa. Seseorang dengan daya ingat rendah tentu akan merasa kesusahan dalam aktivitas literasinya.

Dari sekian banyak penulis yang melahirkan buku dan berbagai ide belum menjamin sepenuhnya seluruh isi bukunya terekam dalam ingatannya. Penulis sendiri kadang lupa akan semua gagasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Bayangkan jika ia berhasil menyelesaikan satu eksemplar buku dalam waktu kurang dari sehari, namun tak ada satupun inti gagasan buku yang bertahan di otaknya selama lebih dari satu minggu. Ini menjadi tanda tanya besar, apa yang salah?

Masalah Gampang Lupa

Setidaknya ada dua faktor penyebabnya. Pertama, karena kesalahan teknik membaca yang hanya berprinsip pada cepat atau tidaknya ia membaca satu buku secara utuh. Teknik membaca cepat (scanning) sebetulnya dibenarkan, jika yang dibaca adalah poin penting dari gagasan yang ada di buku, sehingga bagian yang tidak menunjukkan gagasan buku tidak perlu dibaca. Kesalahannya, seringkali seseorang membaca utuh seluruh bagian dalam buku dengan ritme yang cepat, sehingga intisari bacaannya tidak bisa ditangkap dengan baik.

BACA JUGA  Inilah Privilege Profesi dan Skill Menulis di Era Digital

Kedua, adalah karena memang faktor daya ingat seseorang itu cukup rendah. Ini biasanya disebabkan oleh genetis atau kemampuan internal tubuh manusia itu sendiri. Sekalipun membaca dengan teknik yang benar, jika memang pada dasarnya pelupa, maka akan susah untuk mengingat hasil bacaan. Kalaupun ingat, mestinya tidak terlalu banyak apalagi menyeluruh. Ini menyebabkan ke-galau-an yang cukup mengganggu seseorang dalam kegiatan literasinya.

Budaya Baca-Tulis

Faktor daya ingat lemah ini boleh jadi menghambat seseorang dalam mengingat, namun bukan berarti tidak ada solusinya. Karena literasi itu luas, maka sebaiknya orang yang bersungguh-sungguh dalam berliterasi menerapkan pola baca-tulis. Pola ini dapat dijadikan alternatif ketika susah untuk mengingat hasil bacaan. Artinya, setelah membaca seseorang perlu masuk ke tahap kedua, yaitu menulisnya kembali. Ini adalah sebuah refleksi terhadap hasil bacaan yang masih segar di otak sebelum kabur terbawa angin.

Setelah itu, masuk ke tahap yang ketiga, yakni diskusi. Dengan diskusi, seseorang berpindah pada tahap verbal atau lisan, dari semula yang berbasis tulisan. Banyak orang yang justru dengan diskusi dapat mengingat sebuah intisari bacaannya. Aktivitas diskusi ini selain mengasah ingatan, sekaligus mengasah kemampuan berbicara seseorang di hadapan orang lain. Hal tersebut yang menjadikan diskusi itu penting, tetapi tentunya, diskusi yang sehat adalah yang berdasar pada bacaan, bukan diskusi yang ngalor-ngidul tanpa dasar dan pegangan.

Manusia memang makhluk tidak sempurna, banyak kelemahan yang dimiliki oleh seseorang yang bahkan tidak selalu sama dengan orang lain. Begitu pula dengan kelebihannya. Kondisi pelupa sebagai sifat alamiah manusia ini harus kita akui dan terima dengan hati yang lapang. Oleh karena pelupalah, seseorang justru didekatkan dengan kegiatan menulis secara intensif, dan diskusi secara progresif.

Indarka Putra
Indarka Putra
Alumni Fakultas Syariah IAIN Surakarta, Ketua Umum Generasi Baru Indonesia (GenBI) Jawa Tengah periode 2020-2022, bermukim di Telatah Kartasura.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru