32.9 C
Jakarta
Array

Mengurai Makna Surah al-Mulk (Bagian-III)

Artikel Trending

Mengurai Makna Surah al-Mulk (Bagian-III)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Penindakan Hamba-Hamba Penuh Kufur dan Maksiat

Wa Lilladzîna Kafarû Birabbihim ʻAdzâbu Jahannam wa Bi’sa al-Mashîr

Orang-orang yang kufur terhadap Tuhan mereka akan mendapatkan siksa Jahanam. Itu adalah tempat kembali paling buruk.

Neraka Jahanam ini memang sengaja disiapkan bagi siapapun yang kufur, dusta terhadap Allah swt dan Rasul-Nya. Baik dari kalangan jin maupun manusia. Tempat yang mereka tempati itu adalah tempat terburuk.

Pada ayat-ayat selanjutnya Allah swt memberikan sedikit ilustrasi neraka

Idzâ Ulqû Fîhâ Samiʻû Lahâ Syahîqan Wa Hiya Tafûr

Ketika mereka dilemparkan ke neraka, mereka mendengar suara memekik yang dapat membuat mereka mendidih.

Pelemparan yang dilakukan terhadap mereka layaknya kayu bakar yang dilemparkan pada api besar. Saat itu mereka mendengar suara memekik seperti suara keledai atau sama dengan suara orang marah. Suara tersebut membuat kaki-kaki mereka mendidih.

Takâdu Tamayyazu Min al-Ghaizh Kullamâ Ulqiya Fîhâ Faujun Saalahum Khazanatuhâ Alam Ya’tikum Nadzîr

Karena marah terhadap mereka, bara api dan suara pekikan itu terputus-putus untuk menyiksa mereka. Tiap kali golongan orang-orang kufur dilemparkan ke sana, penjaga neraka menanyai mereka, tidakkah datang seorang Rasul yang membawa peringatan.

Qâlû Balâ Qad Jâanâ Nadzîrun Fakadzdzabnâ Wa Qulnâ Mâ Nazzalallâh Min Syain In Antum Illâ Fî Dhalâlin Kabîr

Mereka menjawab, “iya sudah kami sudah didatangi Rasul pembawa peringatan. Namun kami mendustainya. Kami pun juga mengatakan kepada Rasul itu bahwa Allah tidak menurunkan apapun melalui lisanmu. Kalian wahai para rasul hanya dalam kesesatan besar”.

Mereka juga meyakini bahwa Allah swt tidak memberikan wahyu kepada Rasul mereka. Baik berupa ajaran syariat, informasi tentang akhirat maupun hal-hal gaib lainnya. Bahkan mereka lancang telah mencap para rasul Allah swt dalam kesesatan.

Wa Qâlû Lau Kunnâ Nasmiʻu Au Naʻqilu Mâ Kunnâ Fî Ashhâb al-Saʻîr

Mereka mengatakan, “Jikalau kami dahulu mau mendengar atau berpikir, kami tidak akan berada bersama penghuni neraka”.

Penyesalan memang berada di belakang. Akhirnya mereka berandai-andai jika saja dahulu di dunia mau mendengarkan apa yang disampaikan oleh para rasul Allah swt. Kalaupun saja dahulu mau berpikir jernih dan merenunginya, neraka tidak akan menjadi tempat kembali mereka.

Faʻtarafû Bidzanbihim Fasuhqan Li Ashhâb al-Saʻîr

Mereka mengakui dosa saat pengakuan sudah tidak berguna lagi. Laknat Allah swt bagi penghuni neraka.

Dosa-dosa yang mereka akui adalah dosa terbesar yaitu kufur dan dusta terhadap para nabi. Ayat ini juga memberikan pelajaran bahwa Allah swt tidak akan menindak suatu kejahatan sampai jelas kejahatan itu terbukti dilakukan dan diakui. Sebagaimana riwayat Ahmad bahwa, Orang-orang tidak akan disiksa hingga mereka mengakuinya. Dalam riwayat lain juga senada, Tidak seorang pun masuk neraka kecuali hingga dia tahu bahwa neraka lebih tepat baginya ketimbang surga.

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru